Berdasarkan usia, anggota rumahtangga dapat dibedakan menjadi kelompok usia kakek selanjutnya disebut kelompok usia kakek
74
, kelompok usia ayah selanjutnya disebut kelompok usia orang tua
75
, dan kelompok usia anak yang telah menikah selanjutnya disebut kelompok usia anak
76
. Kelompok anak sebenarnya terbagi menjadi dua, kelompok anak yang telah menikah dan
kelompok anak yang belum menikah, namun analisis strategi nafkah dilakukan pada kelompok usia anak yang telah menikah. Kelompok anak yang belum
menikah menjadi bagian dari rumahtangga orang tua. Pengelompokan ini dilakukan atas dasar identifikasi basis strategi nafkah dan aktor utama dalam
rumahtangga yang menjalankan strategi nafka h. Keterampilan khusus dan pendidikan yang dimiliki anggota rumahtangga
merupakan modal yang menentukan pekerjaan yang diperoleh anggota rumahtangga. Keterampilan khusus dapat membuka peluang pekerjaan bagi
perempuan.
4.9 Ekonomi di Luar Pertanian
Ekonomi di luar pertanian dibagi menjadi dua, pekerjaan di dalam desa dan pekerjaan di luar desa di luar pengelolaan lahan pertanian yang tersedia di
dalam desa. Pekerjaan di luar pertanian yang dapat diperoleh di dalam Desa Padabeunghar adalah pekerjaan sebagai pamong desa, buruh pertanian, guru SD
atau SMP, pedagang, tukang, dukun bayi, dan bidan desa. Pekerjaan-pekerjaan ini ditekuni oleh warga asli dan pendatang. Bidan Desa bukan warga asli Desa
Padabeunghar, ia orang Kuningan yang ditugaskan di Desa Padabeunghar. Sebagian besar orang yang menekuni pekerjaan ini masih memiliki pekerjaan di
bidang pertanian. Pekerjaan-pekerjaan di luar pertanian yang ada di dalam Desa
Padabeunghar hanya ditekuni oleh sedikit orang. Selain buruh tani, pekerjaan- pekerjaan ini hanya ditekuni oleh sebagian kecil masyarakat Desa Padabeunghar.
Dukun bayi hanya ada dua orang di Desa Padabeunghar, pedagang hanya ada
74
Kelompok usia kakek adalah perempuan atau laki-laki yang berusia 60 tahun ke atas
75
Kelompok usia orang tua adalah peremp uan dan laki-laki yang berusia 40 tahun ke atas
76
Kelompok usia anak yang telah menikah adalah perempuan dan laki-laki yang berusia 20-40 dan telah menikah
sembilan orang, bidan satu orang, tukang 40 orang, guru 13 orang, dan pamong desa delapan orang. Jumlah ini sangat sedikit dib anding dengan jumlah angkatan
kerja Desa Padabeunghar. Pekerjaan di dalam Desa Padabeunghar membutuhkan pendidikan dan
keterampilan tertentu yang tidak dimiliki oleh setiap orang di Desa Padabeunghar. Buruh pertanian merupakan pekerjaan yang paling mudah karena tidak
membutuhkan tingkat pendidikan yang telah ditetapkan dan pembelajaran keterampilan buruh yang dapat diperoleh dari orang tua dalam pekerjaan sehari-
hari di pertanian. Selain keterampilan atau pendidikan, pekerjaan sebagai pedagang membutuhkan modal. Pendidikan, keterampilan dan modal kerja
menjadi penghambat utama perkembangan pekerjaan di dalam desa. Selain buruh tani, pekerjaan di luar pertanian menjadi pekerjaan utama.
Orang yang sama sekali tidak memiliki dasar pertanian sama sekali tidak akan bekerja di bidang pertanian. Bidan desa dan suaminya, guru SMP, sama sekali
tidak memiliki sawah, kebon atau lahan garapan. Tukang, dukun bayi dan Pamong desa masih mengolah sawah, kebon atau lahan garapan dalam waktu luangnya.
Jika tidak memiliki sawah, mereka akan menggarap kebon dan lahan garapan di hutan atau di lahan kebun karet.
Pekerjaan di luar pertanian di luar Desa Padabeunghar disebut merantau. Merantau dilakukan untuk mencari pekerjaan di kota besar. Kota-kota besar yang
dijadikan tujuan merantau adalah Jakarta, Bandung, dan kota-kota di luar Jawa seperti Bali dan Batam. Orang Desa Padabeunghar bekerja di perantauan sebagai
pekerja bangunan, tukang roti, pembantu rumahtangga, pekerja di pabrik, dan TKW di Arab Saudi dan Malaysia.
Pekerjaan mer antau tidak memerlukan keterampilan dan pendidikan khususPekerjaan merantau dilakukan oleh anak laki-laki atau anak perempuan
yang telah menyelesaikan sekolah. Merantau baru akan selesai dilakukan jika sudah tidak ada lagi pekerjaan di kota, usia sudah tua dan sudah mendapatkan
banyak uang untuk membangun rumah atau sekolah anak. Setelah selesai merantau, perantau akan kembali pada pekerjaannya di desa sebagai petani atau
sebagai ibu rumahtangga. Pekerjaan di luar desa yang dilakukan penduduk Desa
Padabeunghar adalah pekerja pabrik, pembantu rumahtangga, Tenaga Kerja Indonesia TKI, dan pekerja bangunan.
Pekerja pabrik dilakukan oleh anak laki-laki atau perempuan yang telah selesai sekolah SMP atau SMA. Mereka memilih pekerjaan di pabrik dengan
alasan gaji dan tidak ada pekerjaan di desa. Pekerjaan di pabrik akan berhenti dilakukan jika pekerja menikah atau menemukan pekerjaan lain di Desa
Padabeunghar. Contoh kasus, Ceu Mm, berhenti bekerja di pabrik garmen di bandung ketika akan menikah dengan Pak Kd. Begitupula Pak Kd, suami Ceu
Mm, berhenti bekerja di pabrik elektronik di Tanggerang ketika mempersiapkan diri menjadi kepala desa
77
. Pekerjaan sebagai pekerja bangunan atau pembantu rumahtangga
merupakan pekerjaan yang banyak ditekuni oleh penduduk Desa Padabeunghar. Pekerjaan sebagai pekerja bangunan atau pembantu rumahtangga tidak
memerlukan keterampilan khusus sehingga dapat diakses oleh setiap orang yang mau bekerja. Pekerja bangunan juga memiliki organisasi kerja yang menyebabkan
calon pekerja tidak perlu mencari pekerjaan sendiri. Pekerja bangunan atau pembantu rumahtangga juga menyediakan uang dalam jumlah besar dalam waktu
yang bersamaan, sesuatu yang tidak ada pada penggarapan lahan. Pekerjaan di luar pertanian merupakan basis ekonomi di luar pertanian
pada masyarakat Desa Padabeunghar. Pekerjaan di luar pertanian penting bagi ekonomi rumahtangga karena: 1 memberikan status sosial yang lebih baik dari
pada pekerjaan pertanian, 2 memberikan penghasilan dalam jumlah besar dan waktu bersamaan terutama bagi pekerjaan bangunan dan pembantu rumahtangga,
3 pendapatan yang terus menerus terutama pada pekerjaan pedagang, dan 4 penghasilan tambahan terutama untuk pekerjaan buruh tani.
4.10 Perubahan Ketersediaan Sumberdaya