Lokasi dan Lingkungan Fisik

VI. PROFIL SOSIAL EKONOMI DESA PADABEUNGHAR

4.1 Lokasi dan Lingkungan Fisik

Desa Padabeunghar merupakan salah satu desa yang dikelompokkan sebagai desa hutan. Desa Padabeunghar terletak di sekitar hutan lindung Gunung Ciremai dan hutan produksi yang semuanya berada dalam penguasaan Perhutani. Hutan lindung Gunung Ciremai dahulu merupakan hutan produksi Perhutani. Pada tahun 2000, status hutan produksi beralih menjadi hutan lindung. Tahun 2002, akses sumberdaya hutan dibuka melalui PHBM. Bulan Mei tahun 2005, Perhutani di Gunung Ciremai ditetapkan menjadi taman nasional. Hutan di sekitar Desa Padabeunghar gundul sejak awal tahun 1980-a n. Hutan tersebut hanya tinggal semak-semak diantara tanah berbatu sekarang. Jika kita melalui jalan ke Desa Padabeunghar pada siang hari, kita akan mencium bau sangit yang berasal dari batu yang terbakar matahari. Bau sangit tersebut akan semakin keras pada saat musim kemarau. Musim kemarau yang sangat panjang dan panas dianggap sebagai penyebab kebakaran yang menghabiskan semak- semak diantara batu-batu yang ada di bukit. Tiga tahun terakhir, musim kemarau tidak terlalu panjang sehingga tidak terjadi kebakaran 35 . Desa Padabeunghar memiliki kontur tanah berbukit yang curam. Kontur tanah berbukit disebabkan oleh letak Desa Padabeunghar yang berada di lereng gunung. Kontur tanah berbukit menyebabkan tidak cukup banyak dataran yang dapat digunakan untuk sawah atau pemukiman penduduk. Sawah dan pemukiman berada di tempat-tempat yang cukup datar dan menyediakan cukup banyak sumber air. Sumber air menjadi masalah untuk pengairan sawah sejak hutan pinus gundul. Mata air di Desa Padabeunghar sekarang hanya tinggal tiga, mata air Cipari, mata air Bujangga dan mata air Talaga Bogo. Mata air Cipari merupakan mata air yang terbesar yang masih ada di hutan Desa Padabeunghar. Mata air Cipari terletak di dekat hutan lindung yang masih memiliki banyak tegakan pohon pinus yang terletak di Kabupaten Majalengka. Mata air Cipari berada sekitar sembilan kilometer dari bala i Desa Padabeunghar. Mata air Cipari digunakan 35 Wawancara dengan Bu E, 30 April 2005 sebagai penyedia air bersih untuk kebutuhan hidup sehari-hari masyarakat Desa Padabeunghar dan untuk irigasi sawah Cipari, sawah Tarikolot, sawah Gibug sampai sawah Ciseeng yang berada di dekat pemukiman penduduk. Mata air Cipari dapat menyediakan air untuk pengairan sawah dan kebutuhan sehari-hari penduduk pada musim hujan. Pada musim kemarau, mata air Cipari tidak cukup mengairi sawah-sawah lain yang terletak lebih jauh dari mata air. Bahkan, pada musim kemarau yang sangat panjang, penduduk Desa Padabeunghar harus mencari air untuk kebutuhan sehari-hari ke sungai di Cikalahang. Kesulitan air dirasakan penduduk setelah hutan pinus dan kebun karet ditebang. Sebelumnya, selokan-selokan di Desa Padabeunghar selalu mengalirkan air bersih dari mata air di hutan. Desa Padabeunghar terletak 300-500 m di atas permukaan laut. Desa Padabeunghar sering digunakan sebagai persinggahan pendaki gunung yang akan mendaki Gunung Ciremai. Pendaki tersebut biasanya akan mengajak seorang warga Desa Padabeunghar yang biasa naik ke Gunung Ciremai sebagai pemandu. Jalur Desa Padabeunghar memang tidak seramai jalur Desa Puncak. Menurut Evi, aktivis LSM KANOPI yang biasa mendaki Gunung Ciremai, jalur Desa Padabeunghar lebih jauh, membutuhkan waktu yang lama, dan lebih melelahkan. Evi merasakan lebih cepat sampai jika naik Gunung Ciremai melalui jalur Desa Puncak dari pada melalui jalur Desa Padabeunghar. Evi hanya memerlukan waktu 2-3 hari untuk mencapai puncak gunung jika mendaki dari Desa Puncak, sedangkan jika menggunakan jalur Desa Padabeunghar, Evi membutuhkan waktu satu minggu 36 . Keadaan fisik Desa Padabeunghar ini berpengaruh pada ketersediaan lahan untuk usaha pertanian rumahtangga. Desa Padabeunghar memiliki sedikit lahan yang dapat diklaim menjadi milik rumahtangga petani dari pada lahan hutan dan lahan kebun karet milik Perhutani dan pengusaha pemegang HGU yang ada di Desa Padabeunghar.

4.2 Keterhubungan Dengan Daerah Lain

Dokumen yang terkait

Bentuk Kearifan Lokal Terkait Pemanfaatan Hasil Hutan Di Sekitar Tahura Bukit Barisan (Studi Kasus Di Desa Kuta Rakyat, Desa Dolat Rakyat, Desa Jaranguda, Dan Desa Tanjung Barus, Kabupaten Karo)

2 38 114

DAMPAK PROGRAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT(PHBM) TERHADAP EKONOMI MASYARAKAT DESA HUTAN

0 4 12

DAMPAK PROGRAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT(PHBM) TERHADAP EKONOMI MASYARAKAT DESA HUTAN

0 4 3

DAMPAK PROGRAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT(PHBM) TERHADAP EKONOMI MASYARAKAT DESA HUTAN (Studi Evaluasi Program Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat di Lembaga Masyarakat Desa Hutan Artha Wana Mulya Desa Sidomulyo Kabupaten

0 2 14

Analisis gender pada kegiatan pengelolaan hutan bersama masyarakat (Kasus rumahtangga peserta PHBM, Desa Lolong, Jawa Tengah)

1 16 172

Formulasi Strategi Kebijakan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat di Taman Nasional Gunung Ciremai, Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat

2 35 364

Pengetahuan masyarakat dalam Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM): kasus di Desa Bojong Koneng dan Karang Tengah, Kecamatan Babakan Madang, Bogor, Jawa Barat

0 11 70

Struktur dan Strategi Nafkah Rumahtangga Petani Peserta Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di Bogorejo

1 16 141

Analisis Efektivitas Kelembagaan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) Di Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bandung Utara Jawa Barat

4 28 104

Strategi Dan Struktur Nafkah Rumahtangga Petani Sekitar Hutan Desa Seputih Kecamatan Mayang Kabupaten Jember

2 21 89