VII. RASIONALITAS RUMAHTANGGA DALAM
MENENTUKAN PILIHAN STRATEGI NAFKAH
Bab ini membahas rasionalitas yang melandasi strategi nafkah rumahtangga penduduk Desa Padabeunghar. Studi rasionalitas dilakukan untuk
menjawab pertanyaan penelitian, mengapa strategi nafkah dipilih dan dilakukan oleh rumahtangga penduduk Desa Padabeunghar. Jawaban pertanyaan penelitian
ini diperlukan untuk menjelaskan pola strategi nafkah penduduk Desa Padabeunghar yang berbeda dengan pola strategi nafkah yang dirancang oleh
PHBM. Rasionalitas tindakan penduduk Desa Padabeunghar dilihat berdasarkan
pemaknaa n rasionalitas yang dibangun oleh penduduk Desa Padabeunghar sendiri. Rasionalitas rumahtangga dalam melakukan pilihan strategi nafkah
diamati dari pilihan aktivitas nafkah dan alasan melakukan aktivitas nafkah. Studi rasionalitas ini menggunakan kerangka pikir teori pilihan rasional
Blau dalam Turner 1998 dan Colleman 1994 karena sistem nafkah PHBM disusun berdasarkan logika berpikir Blau 1998 di mana MDH akan menggarap
lahan hutan karena penggarapan hutan akan memberikan keuntungan kepada MDH. Rasio nalitas strategi nafkah penduduk Desa Padabeunghar sebagai suatu
rasionalitas lokal yang memiliki karakteristik yang khas diidentifikasi setelah dibandingkan dengan teori pilihan rasional Blau dalam Turner 1998 dan
Colleman 1994.
7.1 Dasar Rasionalisasi Nafkah PHBM
PHBM dirancang dengan anggapan bahwa MDH memerlukan akses lahan hutan sehingga harus diberikan akses lahan hutan. Bagi Perhutani, tekanan nafkah
MDH pada hutan mengancam kelangsungan produksi Perhutani. Akses lahan hutan diberikan untuk menjaga keamanan produksi hutan. Akses lahan hutan
diberikan sebagai suatu bentuk kompromi antara kepentingan produksi perhutani dan desakan nafkah MDH pada lahan hutan
106
.
106
Penafsiran pelaksanaan PHBM, wawancara dengan Yana R.W., staff produksi dan tanaman Perhutani KPH Kuningan; Qomar, Asper Kecamatan Cibingbin; Diskusi LSM tentang
Rancangan PHBM ini diwarnai oleh LSM. LSM mempengaruhi proses pembentukan Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis PHBM sehingga PHBM
menjadi proses pembagian akses lahan hutan antara MDH dengan Perhutani. Pembagian akses berarti proses tawar menawar antara pemilik lahan Perhutani
dengan penggarap lahan MDH. Proses yang berarti MDH tidak dapat menentukan pola pengelolaan lahan hutan sesuai dengan strategi nafkah
rumahtangga yang diterapkannya. Bentuk-bentuk pengelolaan dan hubungan antara pemilik lahan dan penggarap diinstitusionalisasikan dalam bentuk pedoman
pelaksanaan PHBM di Kabupaten Kuningan, NKB dan NPK
107
. Lahan hutan diharapkan dapat menjadi lahan tambahan untuk menutup
kekurangan lahan di desa-desa sekitar hutan dan meningkatkan kesejahteraan MDH. PHBM menjadi sebuah sistem nafkah di mana pengelolaan sumberdaya
hutan menjadi sumber na fkah utama. Seperti yang telah dibahas pada bagian 2.5 dan 2.6, PHBM dilandasi
kerangka pikir bahwa penambahan sumberdaya sumberdaya hutan, peluang mendapatkan pendapatan tambahan yang disertai pengurangan biaya pengelolaan
lahan hutan akan mendorong pengelolaan hutan. Sumberdaya hutan dianggap sebagagai sumberdaya yang efektif untuk meningkatkan produktivitas
rumahtangga petani di desa-desa sekitar hutan. Penambahan sumberdaya hutan akan meningkatkan hasil produksi pertanian yang diperlukan sebagai tambahan
pendapatan bagi rumahtangga yang ada di sekitar wilayah hutan Perhutani. Pendapatan rumahtangga dapat meningkat jika hasil produksi pertanian diolah
dalam proses pasca panen untuk meningkatkan harhga jual. Peningkatan pendapatan dari hasil produksi per tanian dan pengolahan hasil pertanian menjadi
sarana untuk meningkatkan kesejahteraan MDH. Kesejahteraan diartikan sebagai peningkatan pendapatan uang dan
barang
108
. Peningkatan pendapatan uang dan barang dapat dicapai jika biaya produksi dan cara produksi diperbaiki. Bantuan dalam bentuk bibit diberikan
untuk mengurangi biaya yang dikeluarkan rumahtangga untuk memperoleh bibit
pembentukan taman Nasional di Kuningan, Kanopi, 22 Februari 2005; Wawancara dan presentasi dengan LSM LATIN, KANOPI, Telapak, dan PILI.
107
Materi Sosialisasi PHBM Kabupaten Kuningan tahun 2003 dalam Laporan PHBM KPH Kuningan Tahun 2003
108
Pokok -pokok Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat PHBM di Kabupaten Kuningan, 2001.
tanaman yang akan ditanam. Pelatihan pengolahan lahan, penanaman bibit, pengolahan hasil hutan, dan pendampingan MDH dilakukan agar MDH mengelola
lahan hutan dengan baik sehingga lahan hutan dapat meningkatkan pendapatan rumahtangga.
Berdasarkan pembahasan pada 2.2, 2.5,.2.6 maka strategi nafkah PHBM dirancang berdasarkan rasionalitas pengamanan lahan hutan, kelangsungan
produksi hutan, kesejahteraan MDH, dan mempertahankan akses lahan. Rasionalitas Nafkah PHBM ini bukan murni rancangan PHBM yang tersurat
dalam Pokok-pokok Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat di Kabupaten Kuningan, NKB atau NPK, namun hasil interpretasi dari analisis dokumen,
wawancara dengan Perhutani, LSM dan penduduk Desa Padabeunghar.
7.1 .1 Pengamanan Lahan Hutan