Aktivitas Konsumsi Strategi nafkah rumahtangga desa sekitar hutan (studi kasus desa peserta phbm (pengelolaan hutan bersama masyarakat) di kabupaten kuningan, provinsi jawa barat)

Pendapatan utama yang diinginkan dari pekerjaan bangunan adalah pendapatan berupa uang. Pekerja dianggap sebagai pekerja lepas yang dibayar harian. Pembayaran dilakukan dengan hitungan kerja per hari. Pekerja harian dapat pindah ke pekerjaan lain dan dapat diganti dengan pekerja lain. Pekerja lebih menyukai pekerjaan borongan dari pada harian. Pekerjaan borongan lebih disukai karena memberikan jaminan ketersediaan pekerjaan dan uang dalam jangka waktu lebih lama. Pembayaran dengan cara bor ongan jarang terjadi karena supplier atau bos lebih banyak memilih pembayaran dengan cara harian. Pembayaran harian dianggap mampu mengurangi resiko kerugian yang ditanggung supplier atau bos jika pekerja pergi atau pembayaran dari owner atau perusahaan kontraktor tersendat. Uang kiriman dari perantauan ditentukan oleh jenis pekerjaan, waktu merantau dan selisih antara penghasilan dengan kebutuhan hidup selama merantau. Jumlah uang yang dapat dibawa pulang dari setiap jenis pekerjaan merantau dapat diamati pada tabel berikut: Tabel 14. Jenis Pekerjaan dan Jumlah Uang Gaji Jenis pekerjaan Waktu pembayaran Besarnya Uang Gaji Rp Pembantu rumahtangga Per bulan 100.000-300.000 Pekerja pabrik Per bulan 200.000-600.000 Supplier per pembayaran dari perusahaan 1000.000- 3.000.000 Tukang Per hari 35.000- 45.000 Pekerja bangunan Knek Per hari 30.000- 32.000 Sumber: Diolah dari data primer, 2005. Penghasilan berupa uang merupakan penghasilan terpenting dari pekerjaan merantau seperti tukang, knek , pembantu rumahtangga, supplier atau bos.

5.4 Aktivitas Konsumsi

Aktivitas nafkah dengan menggunakan modal alami, modal sosial, dan peluang pekerjaan berorientasi pada menghasilkan sesuatu produksi untuk memenuhi kebutuhan rumahtangga. Rumahtangga petani Desa Padabeunghar juga melakukan aktivitas untuk mengatur konsumsi rumahtangga. Beberapa aktivitas konsumsi yang ditemukan adalah menyekolahkan anak, merencanakan kelahiran anak dan tinggal bersama orang tua setelah menikah 5 .4.1 Menyekolahkan Anak Menyekolahkan a na k dilakukan masyarakat Desa Padabeunghar minimal sampai SMP. Tingkat pendidikan menjadi salah satu dasar penghargaan masyarakat Desa Padabeunghar. Menyekolahkan anak telah menjadi kelembagaan yang mengatur bagaimana pendidikan anak dilakukan. Setiap anak akan disekolahkan sampai SD, kemudian SLTP. Menyekolahkan anak sampai SLTA, D1, D3 atau S1 tidak dilakukan oleh setiap rumahtangga. Menyekolahkan anak menyebabkan rumahtangga kehilangan tenaga kerja produktif di bidang pertanian atau pekerjaan dan membutuhkan biaya untuk ongkos sekolah serta biaya buku dan SPP. Pendidikan SLTP tidak menjamin anak dapat mendapatkan pekerjaan di pabrik atau pekerjaan di dalam desa. Pekerjaan yang banyak dilakukan oleh anak lulusan SLTP adalah pekerja bangunan atau pembantu rumahtangga, pekerjaan yang dapat diperoleh tanpa pendidikan tinggi. Namun, menyekolahkan anak tetap dilakukan rumahtangga. Menyekolahkan anak tetap menyita sebagian besar anggaran rumahtangga. Menyekolahkan anak menyebabkan rumahtangga memiliki harapan bahwa anak dapat mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dan meningkatkan status rumahtangga. Pekerjaan yang lebih baik berarti bukan pekerjaan penggunaan modal alami atau menjadi penggarap lahan pertanian. 5 .4.2 Tinggal Bersama Orang T ua Setelah Menikah Tinggal bersama orang tua setelah menikah merupakan pola tempat tinggal umum yang dilakukan pasangan yang baru menikah. Pasangan yang baru menikah dapat tinggal di orang tua laki-laki atau orang tua perempuan. Tidak ada norma yang mengatur tempat tinggal pasangan yang baru menikah. Tinggal bersama dengan orang tua memberikan empat keuntungan, 1 mengurangi biaya perumahan, 2 mendapatkan bantuan konsumsi sehingga dapat melakukan akumulasi pendapatan, 3 mendapatkan bantuan tenaga pe ngasuhan anak, dan 4 menjaga hubungan baik dengan orang tua. Pembuatan rumah membutuhkan biaya besar yang tidak dimiliki anak pada saat menikah. Tinggal bersama orang tua merupakan pilihan untuk memenuhi kebutuhan tempat tinggal. Ini juga disebabkan karena tidak ada alternatif untuk mengontrak rumah di Desa Padabeunghar. Jika ada rumah yang akan disewa dan pasangan baru itu mampumembayar, maka pilihan untuk mengontrak rumah terbentur pada perasaan tidak enak pada orang tua dan takut dianggap bermusuhan dengan orang tua oleh orang lain 95 . Peranan orang tua penting dalam memberikan bantuan pemenuhan konsumsi sehingga anak dapat menabung untuk membuat rumah sendiri. Pola nafkah seperti ini tampak pada rumahtangga anak dengan KK bekerja sebagai pekerja bangunan di perantauan. Uang hasil bekerja di perantauan dapat disimpan istri dalam bentuk bahan bangunan atau perabotan rumahtangga karena orang tua memenuhi kebutuhan konsumsi istri dan anak yang ditinggalkan 96 . 5.4.3 Alokasi Tenaga Kerja Rumahtangga Aktivitas nafkah konsumsi banyak dilakukan oleh anggota rumahtangga perempuan. Ibu yang mengetahui berapa banyak uang yang dikeluarkan untuk biaya sekolah anak, dari mana uang tersebut diperoleh, apa yang harus dilakukan untuk menutupi kekurangan kebutuhan dan menga pa itu dilakukan. Meskipun laki-laki sebagai pencari nafkah utama, namun perempuan yang bertanggungjawab mengelola uang. Perempuan juga merupakan anggota rumahtangga yang dituntut untuk melakukan adaptasi saat tinggal bersama orang tua. Perempuan melakukan pembagian kerja rumahtangga dan berinteraksi setiap hari dengan orang tua yang dijadikan tempat tinggal. Laki-laki lebih sedikit berinteraksi dengan orang tua 95 Wawancara dengan Ceu Mm, 3 Mei 2005. Ceu Mm telah tiga tahun menikah dengan Pak Kd dan tinggal bersama orang tua Ceu Mm. Ceu Mm sebenarnya lebih suka untuk ngontrak rumah. Namun di Desa Padabeunghar tidak ada rumah yang dapat dikontrakan. Kalaupun ada, tidak lazim mengontrak rumah sementara ada rumah orang tua. Kalau tetap memaksa mengontrak rumah akan menjadi omongan tetangga. 96 Wawancara dengan Ceu Im, 10 Maret 2005. Ceu Im tinggal bersama mertuanya, pasangan Pak Suh dan Bu Kun, setelah menikah dengan Nirman tiga tahun yang lalu. Bu Kun dan Pak Suh menanggung kebutuhan Ceu Iim dan Dika anak Ceu Iimselama Nirman pergi merantau. Ceu Im dapat menabung bahan pembuatan rumah dan perabotan rumah dari uang yang diberikan Nirman. atau mertua yang ditempati karena memiliki pekerjaan yang menuntutnya untuk keluar rumah.

5.5 Faktor yang Mempengaruhi Aktifitas Nafkah

Dokumen yang terkait

Bentuk Kearifan Lokal Terkait Pemanfaatan Hasil Hutan Di Sekitar Tahura Bukit Barisan (Studi Kasus Di Desa Kuta Rakyat, Desa Dolat Rakyat, Desa Jaranguda, Dan Desa Tanjung Barus, Kabupaten Karo)

2 38 114

DAMPAK PROGRAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT(PHBM) TERHADAP EKONOMI MASYARAKAT DESA HUTAN

0 4 12

DAMPAK PROGRAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT(PHBM) TERHADAP EKONOMI MASYARAKAT DESA HUTAN

0 4 3

DAMPAK PROGRAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT(PHBM) TERHADAP EKONOMI MASYARAKAT DESA HUTAN (Studi Evaluasi Program Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat di Lembaga Masyarakat Desa Hutan Artha Wana Mulya Desa Sidomulyo Kabupaten

0 2 14

Analisis gender pada kegiatan pengelolaan hutan bersama masyarakat (Kasus rumahtangga peserta PHBM, Desa Lolong, Jawa Tengah)

1 16 172

Formulasi Strategi Kebijakan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat di Taman Nasional Gunung Ciremai, Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat

2 35 364

Pengetahuan masyarakat dalam Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM): kasus di Desa Bojong Koneng dan Karang Tengah, Kecamatan Babakan Madang, Bogor, Jawa Barat

0 11 70

Struktur dan Strategi Nafkah Rumahtangga Petani Peserta Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di Bogorejo

1 16 141

Analisis Efektivitas Kelembagaan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) Di Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bandung Utara Jawa Barat

4 28 104

Strategi Dan Struktur Nafkah Rumahtangga Petani Sekitar Hutan Desa Seputih Kecamatan Mayang Kabupaten Jember

2 21 89