Pengembangan Buku Teks Bahasa Inggris Integratif untuk Sekolah Menengah Kejuruan Penelitian Pengembangan Pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan Jurusan Usaha Jasa Pariwisata di Yogyakarta
commit to user
USAHA JASA PARI WI SATA DI YOGYAKARTA
DI SERTASI
Diaj ukan kepada Pr ogr am Pascasar j ana Univ ersit as Sebelas
Mar et dalam Mem enuhi Sebagian Per syar at an
unt uk Mem per oleh Gelar Dokt or Linguist ik
Pem inat an Ut am a Pengaj ar an Bahasa
I m am Ghozali
T. 1205002
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI LI NGUI STI K S3
UNI VERSI TAS SEBELAS MARET
2 0 1 1
(2)
commit to user
iiPENGEMBANGAN BUKU TEKS BAHASA INGGRIS INTEGRATIF: PENELITIAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN
DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN JURUSAN USAHA JASA PARIWISATA DI YOGYAKARTA
DISERTASI UNTUK MEMPEROLEH GELAR DOKTOR DALAM BIDANG LINGUISTIK
MINAT UTAMA: PENGAJARAN BAHASA PADA UNIVERSITAS SEBELAS MARET
DIPERTAHANKAN DI HADAPAN DEWAN PENGUJI PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET PADA TANGGAL 15 JUNI 2011
OLEH I MAM GHOZALI
LAHI R
DI TULUNGAGUNG 1954
PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI LI NGUI STI K S3
UNI VERSI TAS SEBELAS MARET 2011
(3)
commit to user
v
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini
Nama : Imam Ghozali
NIM : T. 1205002
Program : Pascasarjana S3 UNS Program Studi : Linguistik
Tempat & Tanggal Lahir : Tulungagung, 5-9-1954
Alamat : Perum. Sukoharjo Indah. C. 31 Ngaglik, Sleman
menyatakan dengan sesungguhnya bahwa disertasi yang berjudul: “PENGEMBANGAN BUKU TEKS BAHASA INGGRIS INTEGRATIF: PENELITIAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN JURUSAN USAHA JASA PARIWISATA DI YOGYAKARTA” adalah asli, bukan jiplakan dan belum pernah diajukan oleh penulis lain untuk memperoleh gelar akademik tertentu.
Semua temuan, pendapat atau gagasan orang lain yang dikutip dalam disertasi ini ditempuh melalui tradisi akademik yang berlaku dan dicantumkan dalam sumber rujukan dan dalam daftar pustaka.
Apabila kemudian terbukti pernyataan ini tidak benar, saya sanggup menerima sanksi yang berlaku.
Surakarta, 15 Juni 2011
Yang membuat pernyataan
(4)
commit to user
viPRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena hanya atas ridho-NYA penulis mampu menyelesaikan penyusunan disertasi ini. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Moch. Syamsul Hadi. Sp.KJ., Rektor UNS periode 2007-2011, Prof. Dr. Ravik Karsidi. MS., Rektor UNS periode 2011-2015, dan Direktur Program Pascasarjana UNS, Prof. Drs. Suranto, M.Sc. Ph.D, yang telah memberi kesempatan penulis menempuh program doktor di UNS. Ucapan terima kasih juga penulis haturkan kepada Prof. Dr. H. D. Edi Subroto sebagai Ketua Pogram Studi Linguistik S3 UNS dan segenap staf Program Pascasarjana UNS yang memberikan segala bentuk layanan dan dukungan demi selesainya penyusunan disertasi ini baik dalam bentuk kesempatan belajar, beasiswa dan bantuan penyelesaian penyusunan disertasi. Penulis menyadari bahwa tanpa fasilitas dan bantuan tersebut disertasi ini tidak akan pernah terwujud.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan Kepada Prof. Dr. H. Joko Nurkamto, M. Pd. dan Dr. H. Sujoko, M.A selaku komisi promotor yang telah memberikan bimbingan penyusunan disertasi ini dari awal sampai selesai. Penulis juga berterima kasih kepada Prof. Dr. Sri Samiati Tarjana, Prof. Dr. Soepomo Prodjosoedarmo, Prof. Dr. Syamsi Haryanto, M. Pd., dan Dr. Tri Wiratno, M.A. yang telah berkenan memberi masukan serta dorongan dalam menyelesaikan penyusunan disertasi ini.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan Kepada: Prof. Dr. Ir. Budi Santoso Wignyosukarto–Koordinator Kopertis Wilayah V periode 2005-2010 dan Dr. Ir. Bambang Supriyadi, CES., DEA.– Koordinator Kopertis Wilayah V periode 2010-2015 yang telah memberi izin belajar, Prof.Dr. Djohar, M.S–Rektor UST, Prof. Dr. Supriyoko, M. Pd. –Direktur Pascasarjana UST, Drs. Tarto, ST, M. Pd.— Dekan FKIP UST, serta T.M.A. Kristanto, M. Hum.—Ketua Prodi PBI-UST atas izin dan berbagai bentuk bantuan yang diberikan kepada penulis untuk meneyelsaikan program Doktor di UNS ini. Penulis menyadari bahwa sebaga bantuan dan dorongan tersebut telah memberikan kekuatan batin yang sangat berguna untuk menyelesaikan program ini.
(5)
commit to user
viiUcapan terima kasih penulis sampaikan kepada Kepala SMKN 4 Yogyakarta yang telah mengizinkannya melaksanakan penelitian di sekolah tersebut. Terima kasih penulis sampaikan kepada para guru dan siswa Jurusan Usaha Jasa Usaha Pariwisata yang terlibat langsung dalam rangkaian kegiatan penelitian yang menjadi dasar penyusunan disertasi ini. Ucapan terima kasih juga kami ucapkan kepada semua nara sumber, baik dari Kepala SMK di DIY, guru bahasa Inggris SMK, Widayaiswara, maupun pengawas yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan berbagai data yang penulis perlukan dalam penyusunan disertasi ini.
Ucapan terima kasih yang tulus penulis berikan khusus kepada Ayu M. Rahayu, isteri tercinta, beserta Eva dan Dewi, kedua puteri penulis yang tanpa lelah selalu memberi dorongan agar penulis menyelesaikan program Doktor ini. Doa dan dorongan yang terus menerus yang diberikan telah memberi kekuatan penulis menyelesaikan program ini.
Akhirnya, penulis berdoa semoga segala bantuan dan pengorbanan semua yang penulis sebutkan di atas menjadi amal kebaikan; dan semoga Allah SWT berkenan memberikan balasan yang setimpal. Amiin.
Surakarta, 15 Juni 2011
(6)
commit to user
viii ABSTRAKImam Ghozali: T. 1205002. 2011. Pengembangan Buku Teks Bahasa Inggris Integratif untuk Sekolah Menengah Kejuruan: Penelitian Pengembangan Pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan Jurusan Usaha Jasa Pariwisata di Yogyakarta. Disertasi. Program Pascasarjana Program Studi Linguistik S3, Universitas Sebelas Maret. Pembimbing Utama: Prof. Dr. H. Joko Nurkamto, M. Pd. Pembimbing Pendamping: Dr. H. Sujoko, M.A.
Belum adanya buku teks bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang secara integratif mengakomodasi tuntutan kurikuler dan dunia kerja membuat proses pengajarannya kurang efektif. Kondisi tersebut dapat dijembatani dengan penyusunan buku teks yang memenuhi kriteria tersebut melalui penelitian pengembangan pendidikan atau educational research and development (R & D).
Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan prosedur R & D (Borg dan Gall, 1983) yang diterapkan dalam tiga tahap. Tahap pertama—penelitian eksplorasi— dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2006-2007 dan melibatkan 14 SMK dan 27 stakeholder pengajaran bahasa Inggris di DIY dengan beragam latar belakang. Data yang berupa informasi tentang buku teks bahasa Inggris dan pemakaiannya dikumpulkan melalui wawancara, observasi dan analisis dokumen. Penelitian tahap kedua—penelitian pengembangan —dilaksanakan pada semester gasal tahun pelajaran 2007-2008 dan melibatkan empat orang narasumber, dua orang guru dan satu kelas siswa Usaha Jasa Pariwisata (UJP) SMKN 4 Yogyakarta yang terdiri dari 32 siswa. Data yang berupa fitur kelemahan dan kekuatan prototipe buku teks yang digunakan dalam tahap pengembangan dikumpulkan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Tahap ketiga—penelitian eksperimen—dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2007-2008 dan melibatkan dua kelas siswa UJP SMKN 4 Yogyakarta dan dua guru kolaborator. Data yang berupa skor efektifitas pembelajaran dikumpulkan melalui pre- dan pos-tes. Data penelitian eksplorasi dan PT dianalisis dengan analysis data Model Miles dan Huberman (1994) yang terdiri dari tiga langkah yang saling terkait. Model tersebut dikombinasikan dengan content analysis model Mayring (2000). Inti pemakaian model ini adalah pertama, data yang diperoleh disaring dan disederhanakan berdasarkan permasalahan yang diteliti (reduction), disajikan (display) dalam format tertentu. Data penelitian eksperimen dianalisis dengan t-test.
Temuan penelitian eksplorasi menunjukkan bahwa para guru menggunakan beberapa bahan ajar cetak yang beragam baik dari segi kualitas maupun penyusunnya. Pemilihan buku tersebut didasarkan atas cakupan kompetensi sasaran. Sebagian guru menggunakan buku teks apa adanya dan mengikuti alur sajian yang ada. Sebagian lain hanya memilih bagian-bagian yang dinilai sesuai dengan kompetensi yang dikembangkan. Temuan tahap pengembangan adalah bahwa buku teks bahasa Inggris yang baik perlu mencakup Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang tertuang dalam KTSP serta cakupan
TOEIC test; dan beragam tema dan task sesuai dengan kebutuhan dan minat siswa. Temuan penelitian eksperimen menunjukkan kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan buku teks integratif yang dikembangkan melalui R & D ini
(7)
commit to user
ixmenunjukkan prestasi yang lebih tinggi dari kelas lain yang menggunakan LKS yang biasa digunakan guru. Kondisi ini ditunjukkan dengah hasil uji t. Sebesar –3,365 dan berada dalam taraf signifikasi dua ekor Sig. (2-tailed) sebesar 0,001. Artinya bahwa perbedaan tersebut sangat meyakinkan.
Kesimpulan penelitian ini adalah upaya peningkatkan prestasi pembelajaran bahasa Inggris siswa SMK dapat dilakukan, antara lain, melalui pemakaian buku teks yang memenuhi tuntutan kurikulum dan tuntutan dunia kerja secara integratif. Buku teks— Bahasa Inggris Integratif untuk SMK—yang disusun berdasarkan atas rambu-rambu tersebut mampu meningkatkan prestasi belajar bahasa Inggris siswa lebih tinggi dari mereka yang belajar dengan menggunakan bahan LKS. Berdasarkan temuan tersebut para guru bahasa Inggris di SMK disarankan untuk menggunakan buku teks memuat fitur seperti yang diterapkan dalam Bahasa Inggris Integratif untuk SMK agar mereka dapat mengembangkan proses pembelajaran yang efektif. Karena belum tersedianya buku teks seperti itu, mereka yang mengajar di UJP disarankan untuk menggunakan Bahasa Inggris Integratif untuk SMK yang telah terbukti kinerjanya dalam mengembangkan pengalaman belajar yang efektif di jurusan UJP SMKN 4 Yogyakarta.
(8)
commit to user
x
Copromoter
: Dr. H. Sujoko, M.A.
The present study reports an attempt of developing an integrative English
textbook for the students of vocational school or
SMK
to enhance the efficacy of the
teaching-learning processes to achieve the curricular and job demands.
The study belongs to an educational research and development or R & D (Borg
and Gall, 1983) which aims at: describing fetures of text books used in teaching
English in
SMK
s
in Yogyakarta province, using these features to design a text book
that accommodates the curricular as well as the job-market demands integratively, and
revealing the efficacy of the newly designed text book compared to that of the
ordinarily used by teachers called
LKS
, the short form for
Lembar Kerja Siswa
. The
study was conducted in
SMK
s in Yogyakarta province for three semesters, from the
even semester of 2006-2007 to the even semester of 2007-2008 academic year. The
study involved 14
SMKs
and 27 stakeholders of education in
SMK
to cover the
principals, English teachers, textbook writers, test constructors, teacher supervisors,
and students of the Tourism Industry Department or
Jurusan Usaha Jasa Pariwisata
(
UJP
) of SMK N 4 Yogyakarta. Data on English texbooks and their usage in
SMKs
and the strengths and weaknesses of the newly constructed text book were collected by
means of interviews, observation, questionnaires and document analysis. These data
were analyzed by means of Miles and Huberman’s (1994) Interactive model combined
with Mayring’s (2000) model of Content Analysis. Data on the students’ learning
achivement were collected by means of an objective test with 60 items and were
analyzed by means of
t-test
for independent sample.
Findings show that teachers use varieties of text books of their preference to
fulfill their varieties of needs. Two of the main indicators for the selection are the
curricular and job-market demands. These were, then, used as the bases for
constructing a new model of a text book accomplished through a classroom action
research. Compared to
LKS
, the newly designed text book, called
Bahasa Inggris
Integratif untuk SMK
is significantly more effective in enhacing students’ achievement
in learning English. This is shown by the obtained value of t-test of –3.365 which lies
in the significance level of 2-tailed of 0.001.
Based on the findings, the researcher draws the conclusions that enhancing the
quality of the teaching of English in
SMK
could be conducted through improving the
quality of the text book. The text book which bears features of effective text books is
more effective in building classroom activities which, further, contributes to the better
learning achievements of the students compared to those learning using the
LKS
.
Therefore, teachers teaching English to SMK students are sugested to use text books
having similar features as those used in
Bahasa Inggris Integratif untuk SMK.
As such
books are scarce, this text book is highly recommended to use because through the R
& D it has proven its efficacy in developing effective classroom activities.
(9)
commit to user
xi
PENGEMBANGAN BUKU TEKS BAHASA INGGRIS INTEGRATIF: PENELITIAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN
DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN JURUSAN USAHA JASA PARIWISATA DI YOGYAKARTA
DAFTAR ISI
Halaman JUDUL i
PEMERTAHANAN DISERTASI ii
PENGESAHAN iii
PERNYATAAN v
PRAKATA vi
ABSTRAK viii
DAFTAR ISI xi
DAFTAR TABEL xvii
DAFTAR BAGAN xix
DAFTAR SINGKATAN xx
DAFTAR LAMPIRAN xxii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 11
C. Pembatasan Masalah 13
D. Tujuan Penelitian 13
E. Manfaat Penelitian 15
F. Tata Organisasi Pemikiran dalam Disertasi 16
BAB II LANDASAN TEORI KAJIAN PUSTAKA DAN
KERANGKA BERPIKIR 18
A. Landasan Teori 18
(10)
commit to user
xii
a. Model Behaviorist 19
b. Model Innatist 23
c. Model Interactionist 25
2. Sekolah Menengah Kejuruan 29
a. Hakekat Pendidikan SMK 29
b. Sistim Pendidikan SMK 30
c. Pola Penyelenggaraan Pendidikan SMK 31
d. Tujuan Pendidikan SMK 33
e. Struktur Kurikulum 34
f. Evaluasi 36
g. Pengajaran Bahasa Inggris di SMK 38 3. Beberapa Metode Pengajaran Bahasa Inggris di SMK 40 a. Grammar Translation Method 42
b. Direct Methods 43
c. Audiolingual Method 46
d. Total Physical Response 49 e. Communicative Language Teaching 51 f. Competency Based Language Teaching 55
4. Buku Teks 59
a. Pengertian Buku Teks 62
b. Peran Buku Teks 64
c. Penyusunan Buku Teks 70 d. Penyusunan Buku Teks Bahasa Inggris untuk SMK 75 5. Buku Teks Bahasa Inggris Integratif 81
B. Kajian Pustaka 83
C. Kerangka Berpikir 87
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 89
(11)
commit to user
xiii
B. Prosedur Penelitian 90
1. Tahap Eksplorasi 94
a. Jenis Penelitian 94
b. Tempat dan Waktu Penelitian 94
c. Subjek Penelitian 95
d. Data dan Sumber Data 96
e. Teknik Pengumpulan Data 97 f. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data 98
g. Teknik Analisis Data 100
2. Tahap Pengembangan 101
a. Prosedur Penelitian 101
b. Tempat dan Waktu Penelitian 105
c. Data dan Sumber Data 107
d. Teknik Pengumpulan Data 107
e. Teknik Analisis Data 108
f. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data 109 g. Subjek Penelitian dan Peran Peneliti 110
3. Tahap Pengujian 113
a. Jenis Penelitian 113
b. Tempat dan Waktu Penelitian 114
c. Variabel Penelitian 115
d. Rancangan Penelitian 116
e. Populasi, Sampel, dan Teknik Penentuan Sampel 117
f. Instrumen Penelitian 118
1) Tes 118
2) Bahan Ajar Bahasa Inggris 137 g. Pengendalian Extraneous Variable 137 1) Pengendalian Validitas Internal 137
(12)
commit to user
xiv
2) Pengendalian Validitas Eksternal 148
BAB IV BUKU TEKS BAHASA INGGRIS di SMK 152 A. Buku Teks yang Digunakan di SMK 152
B. Penilaian Buku Teks 154
1. Penilaian Impressionistic Overview 155
a. Global Access 155
b. English for Vocational School 155
c. Interchange 156
2. Penilaian In-depth Analysis Evaluation 157
a. Global Access 158
b. English for Vocational School 160
c. Interchange 163
3 Rangkuman Penilaian Buku Teks 166 C. Penilaian Buku Teks oleh Praktisi 170 1. Buku Teks Bahasa Inggris yang Digunakan di SMK 170
a. Jenis Buku Teks 170
b. Pemilihan Bahan Ajar Cetak 172
c. Bahan Ajar Non-cetak 177
d. Persepsi Keragaman Buku teks 178
2. Muatan Buku Teks 179
3. Penyajian Muatan Buku Teks 182 a. Sistematika dan Penyajian Muatan Buku Teks 183 b. Penyajian Muatan Bahan Ajar dalam EVS 185 c. Penyajian Muatan Bahan Ajar dalam Interchange 187 4. Pemakaian Buku Teks di SMK 190 5. Keunggulan dan Kelemahan Buku Teks 192 6. Kelebihan dan Kekurangan Pemakaian BukuTeks 195
(13)
commit to user
xv
7. Peran BukuTeks dalam Mendukung Pencapaian Tujuan
Kurikuler 199
a.Interchange 200
b. Global Access 201
c. English for Vocational School 202
D. Pembahasan 206
1. Alasan Pemilihan Buku Teks 206 2. Kriteria Pemilihan BukuTeks 208 3. Sistematika Penyajian Muatan BukuTeks 217 4. Pemakaian Buku Teks di SMK 220 E. Rekomendasi Penyusunan BukuTeks Integratif 222
1. Tujuan dan Pendekatan 222
2. Sistematika Penyajian Muatan 223
3. Kegiatan Pembelajaran 223
4. Bahasa 224
5. Tampilan 224
BAB V PENGEMBANGAN BUKU TEKS BAHASA INGGRIS
INTEGRATIF UNTUK SMK 225
A. Draf Buku Teks 225
B. Hasil Uji Coba 227
C. Penyusunan Buku Teks Bahasa Inggris Integratif untuk SMK 234 D. Deskripsi Buku Teks Bahasa Inggris Integratif untuk SMK 235
E. Catatan Peneliti 246
BAB VI KEEFEKTIFAN BUKU TEKS BAHASA INGGRIS
INTEGRATIF UNTUK SMK 248
A. Hipotesis Penelitian 248
(14)
commit to user
xvi
C. Uji Persyaratan 252
D. Pengujian Hipotesis 254
E. Pembahasan 257
F. Keterbatasan Penelitian 266
BAB VII SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 270
A. Simpulan 270
B. Implikasi 273
C. Manfaat Teoritis 278
D. Saran 281
DAFTAR PUSTAKA 284
(15)
commit to user
xxiiDAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Buku Teks Bahasa Inggris Integratif untuk SMK 1-122
Lampiran 2 Contoh Draf Unit dari Buku Teks Bahasa Inggris
Integratif
123-128
Lampiran 3
a. Contoh Transkrip Wawancara dengan Kepala SMK b. Focus Group Discussion dengan peserta MGMP c. Focus Group Discussion dengan siswa
d. Contoh Transkrip interaksi guru-siswa
129 - 137 138 - 150 151 - 152 153 - 163
Lampiran 4 Naskah Tes 163 - 172
Lampiran 5 Lembar Pengamatan 173 - 174
Lampiran 6 Data Siswa SMKN 4 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2007 – 2008
175
Lampiran 7 Hasil Analisis Butir Tes 176 - 178 Lampiran 8 Hasil Analisis Statistik dengan SPSS 179 - 184
(16)
commit to user
xxALM = AudioLingual Method
AP = Administrasi Perhotelan BSE = Buku Sekolah Elektronik
BSNP = Badan Standisasi Nasional Pendidikan
CBLT = Compentency Based Language Teaching
CC = Communicative Competence CLT = Communicative Language Teaching Diklat = Pendidikan dan Pelatihan
Dikmenjur = Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan DIY = Daerah Istimewa Yogyakarta
DUDI = Dunia Usaha/ Dunia Industri
ESP = English for Specific Purposes
EVS = English for Vocational Schools Based on the 2006 KTSP Model
GA = Global Access to the World of Work
GTM = Grammar Translation Method
KD = Kompetensi Dasar
Kemendiknas= Kementerian Pendidikan Nasional KP = Kegiatan Pembelajaran
KTSP = Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan LKS = Lembar Kerja Siswa
LPMP = Lembaga Penjaminan Mutu Pendikan LPTK = Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan MGMP = Musyawawah Guru Mata Pelajaran
PPL = Praktik Pengalaman Lapangan Prakerin = Praktik Kerja Industri
PSG = Pola Pendidikan Sistem Ganda
R & D = Educational Research and Development
(17)
commit to user
xxi SKL = Standar Kompetensi LulusanSKKNI = Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia SMK = Sekolah Menengah Kejuruan
SPN = Sistem Pendidikan Nasional
SPSS = Statistical Package for Social Science TEFL = Teaching English as a Foreign Language TKI = Tenaga Kerja Indonesia
TOEIC = Test of English for International Communication UN = Ujian Nasional
(18)
commit to user
xviiDAFTAR TABEL
Halaman 1.1 Analisis Tiga Buku Teks Berdasarkan atas Kandungannya 8 1.2 Rumusan Masalah Penelitian berdasarkan Tahapan Penelitian 15 1.3 Rumusan Tujuan Penelitian berdasarkan Tahapan Penelitian 17 3.1 Perbandingan Tahapan R & D antara Borg dan Gall dan Sukmadinata 97 3.2 Kegiatan, Tempat dan Waktu Penelitian Tahap Eksplorasi 100
3.3 Subjek Penelitian berdasarkan Sekolah dan Statusnya 101
3.4 Narasumber Wawancara dalam Penelitian Tahap Eksplorasi 103 3.5 Waktu Pelaksanaan Uji Coba Buku Teks 112 3.6 Jumlah Siswa UJP SMKN 4 Yogyakarta Th. 2007-2008 123 3.7 Perbandingan Jumlah dan Komposisi Butir Tes Bahasa Inggris UN SMK
dengan Instrumen Penelitian 126 3.8 Ringkasan Hasil Analisis Kesukaran Butir 130 3.9 Perbandingan Komposisi tes berdasarkan Item Facility 132 3.10 Korelasi antara Instrumen dengan Unit dalam Buku Teks 138 3.11 Data Statistik Deskriptif 141 3.12 Hasil Analisis Reliabilitas Instrumen 142 4.1 Daftar Buku dan Sekolah Pemakai 159
4.2 Hasil Penilaian Selintas Buku Teks 164
4.3 Ringkasan Hasil Analisis Buku Teks 166
4.4 Hasil Analisis Buku Teks berdasarkan Model Cunningsworths 1995 176
4.5 Buku Teks Bahasa Inggris yang Diperoleh Sekolah 183
4.6 Sistematika Penyajian Cakupan Tiga Buku Teks 190
(19)
commit to user
xviii4.8 Contoh Kegiatan Pembelajaran Tiap Unit dalam Interchange 196 4.9 Kelebihan dan Kekurangan Pemakaian Buku Teks di SMK 206 4. 10 Ringkasan Kegiatan Belajar Siswa dalam Tiga Kelas 212 4.11 Perbedaan Bahasa dalam Intechange dan EVS 219 4.12 Kriteria Pemilihan Buku Teks oleh Cunningsworth dan Guru 222 4.13 Perbandingan Interchange, GA dan EVS berdasarkan Kriteria
Pemilihan Buku Teks 225
4.14 Perbedaan Penyajian Bahan Ajar dalam Interchange dan EVS 227 5.1 Fitur Draf Buku Teks Bahasa Inggris Integratif untuk SMK 234 5.2 Perkembangan Prestasi Siswa dalam Proses Pembelajaran 241
5.3 Daftar Isi Buku Teks Bahasa Inggris Integratif untuk SMK 245
5.3 Halaman Pembuka Unit 8 246
5.4 Perbandingan Fitur Draft dengan Versi PenyempurnaanBahasa Inggris
Integratif untuk SMK 254
6.1 Hasil Pretes dan Postes Kelompok Kontrol dan Eksperimen 258
6.2 Ringkasan Deskripsi Data Hasil Pretes 259
6.3 . Ringkasan Deskripsi Data Hasil Postes 261
6.4. Hasil Uji Normalitas Data Pretes 262
6.5. Hasil Uji Normalitas Data Postes 262
(20)
commit to user
xixDAFTAR BAGAN
Halaman
2.1 Proses Pembelajaran 63
2.2. Analisis Komponen Pengajaran menurut Dunkin dan Biddle 64
2.3 Kerangka Pikir 92
3.1 Langkah Penelitian Pengembangan Model Sukmadinata 95
3.2 Tahapan Pelaksanaan R & D Model Samsudi 96 3.3. Langkah-langkah Penelitian dan Hasil Akhir tiap Langkah 98
3.4 Bagan Alur Analisis Data dalam Content Analysis 106 3.5 Rancangan Penelitian Pretest-Posttest Control Group 122 3.6 Rancangan Penelitian yang Diterapkan 122
(21)
commit to user
1BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kompetensi bahasa Inggris bagi lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dinilai sangat penting untuk mendukung kompetensi kejuruan mereka. Berbekal kedua kompetensi tersebut, para lulusan SMK diharapkan tidak hanya mampu memperoleh pekerjaan yang lebih baik di perusahaan-perusahaan nasional dalam negeri, tetapi juga mampu bersaing untuk memperoleh kesempatan bekerja di perusahaan multinasional dan bahkan di perusahaan luar negeri. Untuk mencapai tujuan tersebut pemerintah telah menyusun berbagai program peningkatan mutu pendidikan SMK agar lulusannya mempunyai daya saing lebih tinggi. Salah satu programnya adalah penyempurnaan kurikulum tahun 2006 yang dinamakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Implementasi KTSP dengan baik diharapkan mampu mengembangkan keragaman potensi dan keunggulan tiap satuan pendidikan demi perkembangan kompetensi peserta didik.
Program pendidikan dan pelatihan (diklat) di SMK dirancang untuk me-ngembangkan potensi peserta didik untuk siap bekerja dan mampu menempatkan diri sebagai bagian dari bangsa Indonesia (P3GK, 2004: i). Dalam struktur kete-nagakerjaan, lulusan SMK diharapkan dapat mengisi kebutuhan tenaga kerja pada tingkat tukang dan teknisi yang disebut sebagai tenaga semi skilled (Sukamto, 1988: 42). Dengan terus berkembangnya perusahaan multinasional di Indonesia, kesempatan lulusan SMK yang memiliki kualifikasi semi-skilled untuk memper-oleh pekerjaan yang lebih layak cukup terbuka. Pemerintah menilai kesempatan tenaga kerja Indonesia (TKI) semi-skilled untuk memperebutkan pekerjaan di pasar kerja tingkat regional masih sangat terbuka.
(22)
commit to user
Direktorat Pendidikan Menengah Kejujuran (Dikmenjur) menjawab peluang ini dengan upaya peningkatan mutu pendidikan SMK dan merancang program pengembangan institusi SMK sebagai salah satu pusat pembudayaan kompetensi berstandar internasional (P3GK, 2004). Jika kondisi ini tercapai, lulusan SMK diharapkan memiliki daya saing tinggi yang tidak hanya terserap di pasaran kerja dalam negeri tetapi juga di luar negeri.
Sejarah perkembangan pendidikan SMK menunjukkan bahwa pada awalnya kompetensi berbahasa Inggris tidak dianggap sebagai kebutuhan utama siswa SMK. Kondisi tersebut dapat diamati dari relatif kurang intensifnya upaya pengembangan bahasa Inggris dibandingkan dengan pengembangan mata diklat kejuruan. Pada masa lalu, siswa SMK, yang terdiri dari Sekolah Menengah Teknik (STM), Sekolah Menengah Ekonomi Atas (SMEA), dan sekolah lain yang sejenis kurang mampu melihat relevansi mata pelajaran bahasa Inggris dengan masa depan mereka. Hal tersebut dapat dimaklumi karena wacana lulusan SMK pada masa lalu adalah mencari pekerjaan di perusahaan dalam negeri. Berbekal kompetensi kejuruan saja, tanpa bahasa Inggris, saat itu mereka merasa mampu memperoleh pekerjaan yang dianggap layak serta mampu mengembangkan profesi mereka.
Kondisi tersebut berubah seiring dengan berkembangnya kondisi sosial dan perekonomian. Pada saat ini banyak perusahaan nasional utamanya multinasional menawarkan posisi yang memerlukan kompetensi bahasa Inggris yang memadai. Jika tenaga kerja dalam negeri tidak memenuhi persyaratan, posisi tersebut akan disisi pekerja asing atau expatriate. Peluang kerja yang menuntut kompetensi semacam itu juga ditawarkan di luar negeri melalui program pengiriman TKI ke luar negeri yang diprakarsai oleh Direktorat Jenderal Ketenagakerjaan. Karena
(23)
perusahaan internasional dan multinasional menawarkan imbalan dan masa depan yang relatif lebih baik dari yang ditawarkan perusahaan lokal atau nasional, banyak lulusan SMK berkompetisi untuk bekerja di perusahaan tersebut. Untuk mencapai tujuan tersebut, mereka dituntut untuk memiliki bekal kompetensi Inggris yang tinggi di samping kompetensi kejuruan atau professional yang memadai.
Relatif rendahnya motivasi siswa SMK dalam mempelajari bahasa Inggris pada masa lalu dapat dilihat dari buku teks yang ada. Dapat diamati bahwa jumlah buku teks bahasa Inggris untuk SMK baik yang diterbitkan oleh pemerintah maupun yang beredar di pasaran relatif lebih sedikit dibandingkan dengan buku teks bahasa Inggris untuk sekolah menengah umum. Banyaknya jurusan yang ada di SMK juga berkontribusi terhadap sedikitnya penerbitan buku teks karena dinilai kurang menguntungkan dunia bisnis.
Relatif sedikitnya buku teks bahasa Inggris berbasis kejuruan juga terjadi di Inggris seperti yang digambarkan Tomlinson dan Masuhara (2008: 159) “ because of the comparatively small number of these learners there is little incentive for the major UK publishers to produce course materials specially aimed at satisfying their needs”. Dengan kata lain, karena jumlah pembelajar (bahasa Inggris keteknikan) relatif sedikit, kebanyakan penerbit di Inggris hanya memperoleh insentif kecil untuk memenuhi kebutuhan (bahan ajar) mereka. Karenanya, kebanyakan penerbit enggan menerbitkan buku teks yang oplahnya kecil.
Upaya peningkatan mutu pendidikan melalui penerapan KTSP diharapkan mampu memperbaiki pencapaian tujuan pendidikan SMK yang berupa pengembangan seperangkat kompetensi yang diperlukan oleh lulusan SMK, termasuk kompetensi berbahasa Inggris. Rambu-rambu dalam KTSP meyebutkan
(24)
commit to user
bahwa BSNP merumuskan tujuan minimal pembelajaran yang harus dicapai yang berupa serangkaian kompetensi tertentu dalam bentuk pengembangan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) dalam tingkatan tertentu. Ihwal pemilihan metodologi pencapaian termasuk penyusunan dan pemilihan buku teks diserahkan kepada (kelompok) guru dan sekolah (BSNP, 2006). Kebijakan tersebut dirancang untuk memberikan ruang gerak dan mendorong potensi dan kreativitas guru dan sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan nasional yang lebih baik.
Panduan Penyusunan KTSP menyebutkan bahwa tiap sekolah dapat memasukkan potensi dan kebutuhan lokal ke dalam cakupan kurikulum operasional, termasuk tuntutan dunia kerja (BSNP, 2006: 6). Termasuk dalam kategori ini adalah tuntutan pencapaian skor TOEIC test sebagai bukti tingkat kompetensi bahasa Inggris yang diakui secara internasional. Harapan Dikmenjur agar lulusan SMK mencapai skor TOEIC test antara 500-600 sebagai bagian dari bekal mereka terjun ke dunia kerja (Hendraswari, Wijana, dan Riskanda; 2000: i) merupakan hal yang perlu diterapkan dalam pengembangan silabus bahasa Inggris.
Tuntutan pencapaian skor TOEIC test bagi para lulusan SMK secara langsung mempengaruhi lingkup tujuan pengajaran bahasa Inggris di SMK. Paling tidak, rumusan yang tercantum dalam kurikulum perlu dimaknai lebih luas bahwa pengembangan seperangkat kompetensi bahasa Inggris yang diperlukan para lulusan tidak hanya untuk melaksanakan tindak komunikasi sehari-hari dan dalam lingkungan kerja dalam bahasa Inggris, tetapi juga untuk mengembangkan kemampuan mengerjakan soal-soal TOEIC test dengan baik. Dengan demikian pengalaman belajar yang perlu dikembangkan di kelas perlu mencakup pengembangan kompetensi untuk melaksanakan kedua macam tujuan tersebut.
(25)
Kegiatan pembelajaran ini dapat berkembang dengan lebih baik dengan adanya buku teks yang dirancang khusus untuk mencapai tujuan tersebut.
Rambu-rambu pelaksanaan KTSP menyebutkan bahwa guru dapat menggunakan cara maupun bahan ajar apapun untuk mencapai kedua tujuan tersebut. Berdasarkan pengamatan awal terungkap bahwa sebagian besar guru menghendaki disediakannya buku teks untuk menerapkan KTSP. Paling tidak, ada kebijakan yang tegas buku teks mana saja yang menenuhi syarat atau yang direkomendasikan. Di kalangan guru berkembang kecenderungan untuk menggunakan buku teks tertentu seperti Global Access to the World of Work
(GA), English for Vocational Schools (EVS) dan beberapa versi Lembar Kerja Siswa (LKS).
Pemakaian berbagai bahan ajar yang tersedia di pasaran sebagai sumber bahan ajar di sekolah merupakan hal yang lazim. Dengan bahan ajar tersebut guru memperoleh pegangan dan arahan pengembangan proses pembelajaran. Lebih lanjut J. Richards menyebutkan “Textbooks and other commercial materials in many situations represent the hidden curriculum of many language courses and this plays a significant part of the process of teaching and learning” (2000: 125).
Pada umumnya tujuan yang ingin dicapai oleh penyusun buku teks yang tersedia di pasaran tidak sama persis dengan tujuan kurikuler suatu program pendidikan (Dat, 2008: 265; Tomlinson dan Masuhara, 2008: 162). Dalam menelaah pemakaian buku teks EFL yang digunakan di ASEAN, Dat mengambarkan temuannya dalam metafora “when a free-size shirt is designed for everyone, it has the potential to suit some and is likely rejected by other” (2008: 265).
(26)
commit to user
Kondisi yang sama juga dapat diamati di Indonesia. Ada beberapa buku teks bahasa Inggris yang disusun untuk digunakan di SMK. Namun demikian pernyataan tersebut tidak selalu konsisten dengan isi dan cakupan yang ada. Untuk itu perlu dilakukan penilaian yang lebih seksama dan sistimatis untuk mengungkapkan sejauh mana isi, penyajian, dan pengurutan tersebut memenuhi kebutuhan siswa, kemampuan guru, ketersediaan media pendukung serta kesesuaiannya dengan rambu-rambu kurikulum yang diterapkan. Berdasarkan penilaian ini keputusan pemakaian buku teks tertentu dapat lebih dipertanggungjawabkan.
Hal ini juga berlaku pada beberapa buku teks seperti GA, EVS dan
Interchange. Kenyataan bahwa seringnya buku itu dicantumkan sebagai sumber bahan dalam contoh pengembangan silabus bahasa Inggris untuk SMK berarti bahwa buku tersebut mengandung unsur-unsur yang perlu dan dinilai memadai dipakai sebagai sumber dalam menyusun rencana pembelajaran. Namun demikian, pencantumannya tidak otomatis berarti bahwa buku tersebut tepat digunakan sebagai buku teks yang berdiri sendiri.
Analisis sekilas yang dilaksanakan peneliti atas isi ketiga buku teks tersebut berdasarkan kesesuaiannya dengan tujuan pengajaran yang tercantum dalam KTSP Bahasa Inggris untuk SMK serta pengembangan kemampuan menjawab soal
TOEIC test menunjukkan bahwa tidak satupun buku tersebut dapat berfungsi sebagai buku teks yang memadai untuk mengembangkan kedua kompetensi tersebut (Periksa Tabel 1.1). Kenyataan menunjukkan bahwa tiap buku mempunyai kontribusi tertentu dalam membangun pengalaman belajar untuk mencapai kompetensi tersebut, namun demikian tak satupun buku tersebut mencukupi untuk memenuhi tuntutan pengembangan kompetensi bahasa Inggris di SMK.
(27)
Tabel 1.1 Analisis Tiga Buku Teks Berdasarkan atas Kandungannya (dengan skala 1-5) *
No
Kandungan Buku teks
Kesesuaian dengan KTSP
Kesesuaian dengan materi TOEICtest
1 Interchange 4 2
2 G A 2 2
3 EVS 4 2
* Model penilaian ini mengikuti model Tomlinson dan Masuhara (2008) dalam menilai buku teks untuk EFL dan ESP di Inggris.
Dari ketiga buku teks tersebut, hanya EVS yang isinya dikembangkan berdasarkan rambu-rambu KTSP. Penilaian ini didasarkan atas analisis cakupan isi buku, khususnya dari halaman daftar isi yang memuat serangkaian SK yang disajikan berdasarkan sistimatika yang ada dalam KTSP. Namun demikian kegiatan pembelajaran yang dikembangkan belum sepenuhnya mengacu pada pengembangan SK dan KD dalam KTSP. Dengan demikian EVS dinilai 4 berdasarkan kesesuaian dengan KTSP. Berdasarkan indikator ini, Interchange juga dinilai 4 karena meskipun buku teks tersebut sama sekali tidak mencantumkan SK dan KD yang ada dalam KTSP, kandungan dan kegiatan pembelajaran yang dikembangkan dinilai tepat untuk mengembangkan SK tersebut. GA dinilai paling rendah, 2, karena buku ini menggunakan acuan kurikulum 1999. Meskipun demikian ada beberapa materi pembelajaran yang masih relevan dengan KTSP.
Dari aspek kesesuaian dengan kandungan TOEIC test, Interchange dinilai 2. Meskipun penyusun Interchange sama sekali tidak bermaksud untuk menjadikannya sebagai tuntunan untuk mengerjakan TOEIC test, kegiatan pembelajaran yang dikembangkan sangat mendukung pengembangan kemampuan siswa mengerjakan soal-soal TOEIC test khususnya soal-soal listening, baik
(28)
commit to user
meskipun beberapa kegiatan pembelajaran dirancang mengacu pada pengembangan kemampuan mengerjakan soal dalam TOEICtest, kegiatan tersebut hanya berupa kegiatan sisipan dalam tiap unit dan bukan merupakan bagian utama dalam proses pembelajaran dalam buku tersebut.
Kekuatan dan kelemahan yang terdapat dalam buku-buku teks di atas merupakan masukan yang diakomodasi dalam penelitian disertasi ini. Dalam model buku teks yang dikembangkan melalui penelitian ini, unsur-unsur TOEIC test yang diakomodasi tidak hanya disesuaikan dengan isi tiap unit buku tersebut, namun juga dirancang untuk memperkaya pemajanan fungsi bahasa, tema atau topik yang menjadi sajian utama dalam unit tersebut. Dengan buku teks yang mengacu pada pencapaian SK dan KD dalam KTSP dan diperkaya dengan unsur
TOEIC test secara integratif, siswa akan dapat mengembangkan kompetensi komunikatif bahasa Inggris mereka dengan lebih lengkap. Dengan kompetensi tersebut mereka akan mampu melakukan tindak komunikasi dalam bahasa Inggris lisan dan tertulis sebagaimana tuntutan SKL SMK, maupun menyelesaikan soal-soal TOEICtest dalam satu bentuk pengalaman belajar yang terintegrasi.
Penelitian ini dirancang untuk menawarkan alternatif jalan keluar tentang penyusunan buku teks yang diuraikan di atas. Hasil nyata penelitian ini adalah tersusunnya buku teks bahasa Inggris untuk SMK yang dapat secara efektif dipakai untuk mengembangkan kompetensi berbahasa yang dirumuskan dalam KTSP serta efektif untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam menempuh TOEIC test. Penelitian ini juga dimotivasi oleh hasil telaah Jack Richards bahwa
… that improvement in the quality of teaching will come about through the use of instructional materials that are based on findings of current theory and research…Good teaching will then result from the use of scientifically based textbooks developed by experts (2000: 128).
(29)
Artinya bahwa peningkatan mutu pengajaran dapat dihasilkan dari pemakaian bahan ajar yang dihasilkan dari penerapan teori terkini dan hasil penelitian. Pemakaian buku teks yang dikembangkan para ahli secara ilmiah berkontribusi pada tersusunnya pengajaran yang efektif.
Mengingat sampai selesainya pelaksanaan penelitian ini peneliti belum menemukan buku teks bahasa Inggris untuk SMK seperti yang memenuhi kriteria di atas, buku teks yang dikembangkan melalui penelitian ini akan menjadi buku teks alternatif yang dapat meningkatkan kualitas diklat bahasa Inggris di SMK. Seandainya, karena keterbatasan peneliti ternyata telah ada bahan seperti itu, diharapkan buku teks yang disusun ini sangat berguna sebagai pilihan dan pelengkap buku teks yang telah ada di lingkungan SMK. Dengan adanya pilihan buku teks yang bervariasi, guru memperoleh alternatif media untuk mengembangkan kegiatan pembelajaran yang bervariasi.
Pelaksanaan penelitian ini dimotivasi oleh beberapa masalah yang berkaitan dengan kondisi diklat bahasa Inggris di SMK. Pertama, penelitian tentang penyusunan buku teks bahasa Inggris di SMK masih sangat terbatas. Selama ini telah ada beberapa buku teks bahasa Inggris untuk SMK yang telah diterbitkan dan beredar di pasar. Buku tersebut ada yang ditulis oleh penulis tunggal dan ada yang disusun oleh tim penulis yang kesemuanya berlatar belakang guru bahasa Inggris di SMK. Buku tersebut disusun berdasarkan pengalaman mereka mengajar namun bukan sebagai hasil penelitian yang objektif dengan informasi tentang tingkat keefektifan dan atau kelemahan buku tersebut.
Selain itu, pada tahun 2000 Dikmenjur pernah mengadakan workshop Penyusunan Buku Teks Bahasa Inggris dengan melibatkan beberapa guru bahasa Inggris SMK se-Indonesia yang terpilih. Hasilnya adalah tersusunnya tiga julid
(30)
commit to user
buku teks oleh Dikmenjur pada tahun 2000 dengan judul Global Access to the World of Work. Buku teks tersebut telah dicetak dua kali dan dibagikan ke seluruh SMK di Indonesia. Dari telaah awal yang telah peneliti laksanakan pada buku teks ini, terdapat beberapa unsur yang perlu disempurnakan agar buku itu menjadi buku teks yang lebih memadai untuk digunakan sebagai buku teks utama di SMK, khususnya pada penyesuaikan isi buku dengan tuntutan KTSP, lingkup kebahasaan, format penyajian, serta penambahan materi TOEICtest yang padu.
Dari bukti ini, peneliti menarik kesimpulan bahwa penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan buku teks bahasa Inggris untuk SMK yang mencoba mengakomodasi tuntutan pengembangan seperangkat kompetensi bahasa Inggris seperti yang tertuang dalam KTSP dan materi TOEIC test belum pernah dilakukan.
Dari paparan di atas dapat dirumuskan tiga rumusan alasan pokok yang mendasari pengajuan usulan penelitian ini.
(1)Pertama, pada saat ini sudah ada beberapa buku teks, khususnya yang berbentuk buku teks, LKS dan handout bahasa Inggris, yang digunakan para guru bahasa Inggris di SMK. Namun menurut telaah peneliti, bahan tersebut kurang atau belum memadai karena adanya beberapa kelemahan berikut: (a) tidak atau kurang sesuai dengan tujuan kurikuler pengajaran bahasa Inggris di SMK, dan (b) muatan isi kurang atau tidak menunjang pencapaian tujuan kurikuler bahasa Inggris.
(2) Kedua, buku teks yang tersedia di pasaran disusun oleh guru atau penyusun berdasarkan pengalaman individu di kelas mereka masing-masing. Buku tersebut belum pernah ditelaah bersama, dievaluasi secara sistematis atau diuji coba secara empirik dan terbuka untuk mengetahui keunggulan dan kelemahannya secara empiris dan objektif.
(31)
(3) Ketiga, mungkin ada sebagian guru yang menilai bahwa buku teks yang mereka gunakan selama ini sudah memadai untuk konteks kelasnya. Jika hal ini benar, usulan penyusunan buku teks bahasa Inggris integratif yang peneliti laksanakan dapat digunakan sebagai variasi atau alternatif buku teks yang sudah ada.
Menurut penilaian peneliti, tiga alasan tersebut cukup kuat untuk meyakinkan berbagai pihak yang terkait untuk mendukung terlaksananya penelitian ini. Sebaliknya, jika penelitian ini dan yang semacam ini tidak dilaksanakan, tidak akan ada upaya untuk memperbaiki penyusunan buku teks yang dapat mendukung pengembangan pengajaran bahasa Inggris di SMK lebih jauh. Paling tidak dengan tersedianya tambahan variasi buku teks yang tersedia, guru memperoleh tambahan sumber bahan untuk dapat mengembangkan pengalaman belajar bahasa Inggris yang lebih kaya bagi siswa dan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.
B. Rumusan Masalah
Masalah pokok penelitian ini adalah pengembangan buku teks bahasa Inggris untuk SMK yang secara efektif untuk mengembangkan seperangkat kompetensi berbahasa siswa sesuai dengan tuntutan kurikulum serta dunia kerja. Penelitian ini menggunakan prinsip educational research and development (Borg dan Gall, 1983) atau penelitian pengembangan pendidikan yang dilaksanakan dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah penelaahan atau eksplorasi temuan-temuan penelitian yang terkait dengan buku teks bahasa Inggris untuk SMK. Tahap kedua adalah pengembangan prototipe buku teks, dan yang ketiga adalah pengujian buku teks di lapangan. Mengingat kegiatan dan tujuan tiap tahap penelitian berbeda, permasalahan penelitian ini dikelompokkan sesuai dengan ketiga tahapan pelaksanaan R & D seperti yang tercantum dalam tabel 1.2 berikut.
(32)
commit to user
Tabel 1.2 Rumusan Masalah Penelitian berdasarkan Tahapan Penelitian
Tahapan Penelitian Permasalahan Penelitian
1. Eksplorasi
1. Buku teks apa saja yang digunakan untuk mengajarkan bahasa Inggris di SMK?
2. Apa saja muatan isi tiap buku teks?
3. Bagaimana pengurutan dan pengaturan muatan buku teks tersebut?
4. Bagaimana pemakaian buku teks bahasa Inggris di SMK? 5. Apa keunggulan dan kelemahan buku teks yang digunakan? 6. Apa kelebihan dan kekurangan pemakaian buku teks yang
dilakukan para guru?
7. Sejauh mana buku teks yang digunakan mencapai tuntutan pengembangan kompetensi bahasa Inggris di SMK? 2. Pengembangan
1. Apa saja muatan isi prototipe buku teks bahasa Inggris untuk SMK yang sesuai dengan tuntutan kurikulum?
2. Bagaimana rancangan pengembangan muatan isi prototipe buku teks sampai dengan penuangannya ke dalam bentuk buku teks?
3. Bagaimana rancangan pengembangan pengalaman pembelajaran melalui prototipe buku teks tersebut?
4. Sejauh manakah prototipe buku teks yang dikembangkan dapat diterapkan di kelas?
5. Apakah kekurangan yang ditemui dalam uji coba?
6. Bagian atau fitur mana saja yang perlu diperbaiki berdasarkan masukan dari penerapan di kelas tersebut?
7. Sejauh mana protipe buku teks yang dihasilkan membantu siswa mengembangkan kompetensi bahasa Inggris yang dituntut di SMK?
3. Pengujian
Apakah buku teks tersebut lebih unggul dibandingkan dengan LKS yang biasa digunakan para guru sebelumnya?
(33)
C. Pembatasan Masalah
Lingkup pemahaman istilah buku teks cukup luas. Buku teks sering kali tidak berdiri sendiri, melainkan merupakan bagian dari bahan berseri. Buku teks bahasa Inggris yang lengkap, terutama yang ditebitkan oleh penulis dan penerbit yang ternama, sering kali disertai beberapa materi pendukung seperti
1. buku petunjuk untuk guru atau teachers’ guide,
2. buku latihan atau workbook yang dapat dikerjakan siswa secara mandiri sebagai bagian dari kegiatan pembelajaran secara mandiri,
3. bahan rekaman baik yang berbentuk audio dan atau video, dan 4. poster yang menunjukkan gambaran visual isi buku tersebut.
Bahan ajar yang mengiringi buku teks tersebut merupakan materi pelengkap yang berfungsi sebagai pendukung buku teks tersebut.
Dalam penelitian ini, produk yang dikembangkan berupa buku teks yang efektif dipakai baik oleh guru maupun siswa dalam proses diklat bahasa Inggris di SMK Jurusan Usaha Jasa Pariwisata (UJP) di Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam proses pengembangannya rambu-rambu penerapan, kemungkinan modifikasi kegiatan yang dapat dilakukan guru sesuai dengan kondisi kelas, skenario pembelajaran beserta perkiraan alokasi waktu tiap kegiatan disediakan. Penjelasan seperti ini tidak dicantumkan dalam versi akhir buku teks yang dikembangkan. Materi lainnya yang terkait dengan buku teks ini adalah rekaman audio. Karena keterbatasan teknis, rekaman ini disiapkan secara terpisah.
D. Tujuan Penelitian
Secara umum, tujuan penelitian ini adalah tersusunnya buku teks bahasa Inggris integratif untuk SMK yang diharapkan dapat mengembangkan kualitas
(34)
commit to user
pembelajaran bahasa Inggris di SMK. Secara rinci tujuan tersebut disajikan dalam tabel 1.3.
Tabel 1.3 Rumusan Tujuan Penelitian berdasarkan Tahap Penelitian
Tahap Penelitian Tujuan Penelitian
1. Eksplorasi 1. Mendeskripsikan berbagai bahan ajar bahasa Inggris yang digunakan di SMK.
2. Mendeskripsikan muatan isi yang ada dalam tiap bahan ajar. 3. Mendeskripsikan pengurutan dan pengaturan muatan dalam
bahan ajar tersebut.
4. Mendeskripsikan ihwal pemakaian buku teks bahasa Inggris di SMK.
5. Mendeskripsikan keunggulan dan kelemahan buku teks yang digunakan.
6. Mendeskripsikan kelebihan dan kelemahan pemakaian buku teks oleh para guru.
7. Mengevaluasi efektifitas buku teks yang ada dalam pencapaian tuntutan kompetensi bahasa Inggris di SMK. 2. Pengembangan 1. Menentukan lingkup muatan isi prototipe buku teks bahasa
Inggris yang sesuai dengan tuntutan di SMK.
2. Merancang pengembangan isi prototipe sampai dengan penuangannya ke dalam bentuk buku teks.
3. Merancang pengalaman pembelajaran yang dapat dikembangkan melalui prototipe buku teks tersebut.
4. Mengungkapkan hasil pemakaian prototipe buku teks di kelas. 5. Mendeskripsikan berbagai kekurangan prototipe buku teks
tersebut yang ditemui dalam uji coba
6. Merevisi prototipe buku teks berdasarkan masukan dari penerapan di kelas.
7. Mengevaluasi efektifitas prototipe buku teks yang dihasilkan dalam mengembangkan kompetensi bahasa Inggris sesuai tuntutan SMK.
3. Pengujian Mengungkapkan keunggulan buku teks integratif yang dikem-bangkan ini dibandingkan dengan LKS yang digunakan guru.
(35)
Diharapkan produk yang dihasilkan melalui penelitian ini adalah buku teks yang siap pakai di kelas dan yang terbukti mempunyai keunggulan atau efektifitas dalam mendukung proses pembelajaran bahasa Inggris di SMK.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini mencakup manfaat teoretis dan manfaat praktis yang jabaran singkatnya adalah sebagai berikut.
1. Manfaat Teoritis.
Hasil penelitian ini memperkaya khasanah kajian buku teks yang berbasis ESP, khususnya bahasa Inggris di lingkungan SMK yang mengintegrasikan rambu-rambu kurikulum yang berlaku dengan materi TOEIC test. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai model pengembangan buku teks yang sesuai dengan kondisi sekolah atau jurusan tertentu.
2. Manfaat Praktis.
Manfaaat praktis penelitian ini mencakup manfaat bagi guru, siswa serta institusi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang masing-masing dijabarkan berikut.
a. Bagi Guru.
Penelitian ini dibangun berdasarkan atas pengalaman serta permasalahan yang dihadapi guru bahasa Inggris di SMK dalam memilih dan menggunakan buku teks untuk mengembangkan kegiatan pembelajaran secara efektif. Prosedur penyusunan tersebut dapat diterapkan oleh guru untuk mengembangkan buku teks serupa. Selain itu, buku teks ini dapat digunakan sebagai sarana pengembangkan proses belajar-mengajar bahasa Inggris yang efektif.
(36)
commit to user
b. Bagi SiswaSiswa yang belajar bahasa Inggris dengan menggunakan buku teks ini dapat langsung memperoleh kentungan karena mereka mengikuti pengalaman belajar yang efektif untuk mengembangkan kompetensi komunikatif bahasa Inggris mereka sekaligus dapat menyiapkan diri untuk menempuh TOEICtest dengan lebih baik.
c. Bagi LPTK.
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai contoh kajian akademis di LPTK jurusan atau program studi pendidikan bahasa Inggris. Hasil penelitian ini sangat relevan dengan beberapa matakuliah yang ada dalam kurikulum seperti Kajian Kurikulum dan Pengembangan Kurikulum dan Bahan Ajar (Curriculum and Materials Development).
F. Tata Organisasi Pemikiran dalam Disertasi
Penyajian disertasi yang berjudul Pengembangan Model Buku Teks Bahasa Inggris Integratif untuk SMK ini mengikuti sistematika berikut. Bab 1, PENDAHULUAN, menyajikan masih sedikitnya buku teks bahasa Inggris yang memenuhi tuntutan kurikuler SMK dan dunia kerja. Bab 2 menyajikan beberapa teori yang relevan dengan permasalahan tersebut yang meliputi teori pembelajaran bahasa, pengajaran bahasa Inggris di SMK dan penyusunan buku teks bahasa Inggris integratif. Bab 3, METODOLOGI, menyajikan ihwal teori dan pelaksanaan
R & D yang dilaksanakan dalam tiga tahap penelitian; eksplorasi, pengembangan, dan pengujian yang hasil tiap tahapnya disajikan dalam satu bab tersendiri. Bab 4 menyajikan temuan penelitian tahap eksplorasi bahwa guru cenderung menggunakan beberapa buku teks yang pemilihan serta pemakaiannya ditentukan
(37)
oleh kondisi sekolah, siswa dan guru. Bab 5 menyajikan hasil tahap pengembangan yang mencakup deskripsi draf buku teks, proses pengembangan melalui uji coba di kelas, hasilnya dan deskripsi versi penyempurnaan buku teks setelah diujicoba. Bab 6 menyajikan hasil pengujian buku teks melalui eksperimen; bahwa kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan buku teks yang dikembangkan melalui R & D ini menunjukkan prestasi pembelajaran yang lebih tinggi dari mereka yang menggunakan LKS yang biasa digunakan guru. Bab 7 menyajikan kesimpulan bahwa rangkaian proses R & D yang telah dilaksanakan menghasilkan buku teks
Bahasa Inggris Integratif untuk SMK yang terbukti lebih unggul dibanding LKS yang biasa digunakan guru. Dengan demikan disarankan agar guru menggunakan buku teks bahasa Inggris yang mempunyai fitur seperti yang diterapkan dalam pengembangan buku teks ini. Khusus para guru yang mengajar bahasa Inggris di jurusan Usaha Jasa Pariwisata disarankan untuk menggunakan buku teks ini untuk mengembangkan kompetensi bahasa Inggris siswanya utntuk memenuhi tututan kurikuler dan dunia kerja.
(38)
commit to user
18BAB II
LANDASAN TEORI, KAJIAN PUSTAKA, DAN KERANGKA BERPIKIR
Bab II—Landasan Teori, Kajian Pustaka dan Kerangka Berpikir— menyajikan teori-teori yang relevan dengan buku teks bahasa Inggris yang digunakan di SMK. Termasuk di dalamnya adalah teori tentang hakikat pembelajaran bahasa, berbagai metode pengajaran bahasa Inggris yang digunakan di SMK, kurikulum, silabus, buku teks serta perannya dalam proses pembelajaran. Sub-bab berikutnya menyajikan beberapa penelitian yang relevan dan ditutup dengan subbab kerangka berpikir.
A. Landasan Teori
Topik utama penelitian ini adalah pengembangan buku teks bahasa Inggris integratif untuk SMK. Beberapa teori yang menjadi landasan pembahasan masalah tersebut mencakup perihal pembelajaran bahasa, khususnya pembelajaran bahasa Inggris di SMK, pengembangan buku teks integratif serta tahapan-tahapan yang harus dilakukan.
1. Pembelajaran Bahasa
Konsep pembelajaran bahasa bervariasi berdasarkan teori hakikat bahasa yang diakui. Konsep hakikat bahasa juga bervariasi berdasarkan konsep approach
yang didefinisikan Edward Anthony (1963: 64) sebagai “... a set of correlative assumptions dealing with the nature of language and teaching and learning”, yaitu seperangkat asumsi teoritis yang saling terkait tentang hakikat bahasa, hakikat pengajaran dan pembelajaran. Definisi tersebut menyebutkan bahwa bahasa adalah salah satu komponen pokok pembentuk konsep approach yang menjadi dasar teoritis kajian teaching English as a foreign language (TEFL).
(39)
Dalam kajian psikolinguistik, berkembang beberapa teori tentang hakikat bahasa yang menjadi dasar berkembangnya konsepsi proses pembelajaran bahasa. Larsen-Freeman dan Long (1991: 220-229), Goh dan Silver (2004: 17-24), dan Brown (2007: 24-49) menyebutkan adanya tiga teori utama tentang hakekat bahasa dalam konsepsi approach. Ketiga model tersebut adalah behaviorist, nativist dan
interactionist. Brown (2007: 33) menggunakan istilah functional approah untuk merujuk model yang terakhir.
a. Model Behaviorist
Teori behaviorist meyakini bahwa hakikat bahasa adalah “... a subset of learned behavior” (Goh dan Silver 2004: 17) yaitu sebagai bagian dari perilaku yang terbentuk dari proses pembelajaran. Pendapat ini menganggap bahwa kemampuan berbahasa adalah sebagai bagian dari kebiasaan manusia sebagai hasil dari suatu proses pembelajaran. Konsep ini tercermin dalam model pembelajaran yang dikembangkan yang pada hakekatnya merupakan upaya untuk mengembangkan suatu kebiasaan baru. Kebiasaan ini dapat dibangun melalui serangkaian operasi pemberian model, menciptakan kondisi agar pembelajar memperhatikan, menirukan, berlatih dan akhirnya mempraktikkan kebiasaan tersebut. Mekanisme yang diciptakan memberi penekanan pada pengulangan dalam proses pembelajaran sampai pembelajar menguasai bentuk-bentuk bahasa yang sesuai dengan kaidah. Hakikat pengulangan yang berfokus pada bentuk bahasa ini diyakini sebagai mekanisme efektif untuk menanamkan kebiasaan atau habit formation dalam berbahasa yang baru dipelajari.
Model pembelajaran menurut teori behaviorist bersifat umum dan dapat diterapkan pada setiap konteks. Dipercaya bahwa semua proses pembelajaran terjadi
(40)
commit to user
melalui prosedur dan mekanisme yang sama. Hal ini dinyatakan Goh dan Silver (2004: 32) “Language learning, like other learning, is learned through imitation, practice, reinforcement/feedback and habit formation following a stimulus–respond model”. Teori ini menganggap semua bentuk pembelajaran berlangsung melalui kegiatan menirukan, berlatih dan mendapatkan masukan atau penguatan untuk membangun kebiasaan baru berbasis pola stimulus-respon. Tujuan penerapan mekanisme ini adalah untuk membangun hubungan (bond) antara stimulus dan respon sehingga terjadi otomatisasi yang dianggap penting dalam proses pemakaian bahasa.
Teori behaviorist membatasi pembahasan pada hal-hal yang dapat diamati (observable phenomena) yang lebih mementingkan aspek perilaku kebahasaan yang dapat diamati. Prinsip tersebut dinyatakan Larsen-Freeman dan Long (1991: 227) bahwa “learning was seen as behaviour change through habit formation conditioned by the presense of stimuli and strengthened through practices and selected reinforcement”. Kutipan tersebut menyebutkan bahwa indikator terjadinya pembelajaran adalah adanya perubahan perilaku dalam diri pembelajar melalui mekanisme pananaman kebiasaan yang disebut habit formation. Proses ini akan berjalan dengan baik jika pembelajar diberi rangsangan untuk direspon dan diperkuat melalui serangkaian latihan dan penguatan. Dinyatakan bahwa anak telah mengalami pembelajaran jika terjadi perubahan perilaku berbahasa setelah anak mengikuti kegitan pembelajaran dibandingkan dengan kemampuan sebelumnya.
Berdasarkan mekanisme di atas, Larsen-Freeman dan Long (1991: 227) merumuskan bahwa efektifitas proses pembelajaran sebagai “learning is held to consist of the strengthening and weakening of connections in complex neural network as a function of the frequency of stimuli in the input,” bahwa efektifitas
(41)
proses belajar dapat dilihat dari tingkatan penguatan dan pelemahan hubungan yang terjalin dalam jaringan otak sebagai hasil dari tingkat frekuensi stimulus yang diberikan dalam input. Semakin tinggi frekuensi input semakin kuat hubungan yang terjalin jaringan otak. Demikian pula sebaliknya.
Dalam proses pembelajaran, model behaviorist ini meyakini bahwa peran lingkungan sangat penting. Larsen-Freeman dan Long (1991: 249) menyebutkan “ an organism’s nurture, or experience, are of more importance to development than its nature, or innate contributions”. Menurut model ini, hakikat pembelajaran atau pengalaman yang diperoleh dari lingkungan mempunyai peran yang lebih penting dari bakat yang dimiliki anak dalam proses pembelajaran bahasa. Bahkan, anak digambarkan sebagai tabula rasa (Brown, 2007: 26), yaitu kondisi yang sangat peka dalam menerima pengaruh dari lingkungan luar terdekat. Kondisi sumber input yang ada di lingkungan anak diyakini menentukan perkembangan kondisi kebahasaan anak karena lingkunganlah yang menjadi sumber stimulus yang berfungsi untuk menggerakkan respon dari anak. Peran pembelajaran, khususnya kualitas input sangat menentukan. Oleh sebab itu banyak lembaga pengajaran bahasa Inggris yang menggunakan laboratorium bahasa untuk dapat memberikan kualitas input yang baik melalui rekaman suara penutur asli yang harus ditiru oleh pembelajar. Selanjutnya, kualitas stimulus ini sangat menentukan kualitas hasil pembelajaran.
Teori pembelajaran bahasa menurut behaviorist yang paling terkenal dirumuskan berdasarkan prinsip operant conditioning hasil eksperimen Skinner tahun 1957 (Brown, 2007: 26-27). Goh dan Silver (2004: 17) menggambarkan teori ini sebagai “language acquisition as a form of operant conditioning directly resulting from adult modelling and reinforcement, immitation practice and habit
(42)
commit to user
formation on the part of the child”. Artinya, pembelajaran bahasa dipandang sebagai proses operant conditioning yang merupakan akibat dari pemberian contoh dan penguatan dari orang dewasa dan kegiatan anak dalam bentuk menirukan, mempraktikkan dan mengembangkan kebiasaan.
Alur ini sering digambarkan sebagai SÆ RÆR, yaitu proses pembelajaran bermula dari adanya rangsangan atau stimulus (S) yang datang dari luar diri anak pembelajar. Fungsi rangsangan tersebut adalah agar anak membuat respon (R) yang relevan atau sesuai dengan maksud S yang diberikan. Jika respon anak benar atau sesuai dengan maksud S maka pengajar hendaknya memberikan penguatan (R). Pemberian R yang tepat akan membantu anak mengembangkan sistim hubungan atau bond antara S dengan R menjadi kuat dan otomatis. Dari teori tersebut dinyatakan bahwa “... that learning is based on the processing of input, (which results in)...the strengthening and weaking of connection in complex neural networks as a function of the frequency of stimuli in the input” (Larsen-Freeman dan Long 1991: 250). Menurut teori ini, esensi pembelajaran tertelak pada bagaimana anak mengolah input yang diperoleh yang menghasilkan penguatan atau pelemahan hubungan jejaring syaraf yang rumit sebagai akibat dari tingkat seringnya stimulus dalam input.
Penerapan teori ini dalam proses pengajaran bahasa asing dapat dilihat dalam metode Audiolingual (Richards, 2002). Metode pengajaran bahasa ini dirancang khusus untuk mengembangkan keterampilan berbahasa lisan sebelum mengembangkan keterampilan berbahasa tulis dengan cara mengkondisikan anak mendengarkan serangkaian ujaran yang dijadikan sebagai model yang perlu ditirukan dan dipraktikkan dalam berbahasa. Kegiatan pembelajaran ini biasanya
(43)
dilaksanakan di laboratorium bahasa sehingga guru dapat menggunakan rekaman ujaran penutur asli atau native speaker seagai model bahasa yang menjadi sasaran pembelajaran serta melakukan pengulangan (drill) model ujaran tersebut dengan intensitas yang cukup untuk membantu pembelajar mengembangkan kebiasaan baru berkomunikasi dalam bahasa Inggris yang benar.
b. Model Innatist
Teori kedua disebut innatist yang menganggap pada dasarnya proses pembelajaran bahasa adalah aktualisasi potensi kebahasaan yang dibawa anak ketika lahir. Berbeda dengan pandangan behaviorist yang menganggap hakikat semua bentuk pembelajaran sama, teori ini memandang proses pembelajaran bahasa berbeda jika dibandingkan dengan proses pembelajaran bidang lain karena anak memiliki potensi khusus yang dilengkapi dengan perangkat yang khusus untuk memproses bahasa. Menurut teori innatist, bawaan ini sangat berperan dan menentukan proses pembelajaran bahasa. Hal ini digambarkan Larsen-Freeman dan Long (1991: 227) sebagai “an innate biological endowment that makes learning possible”, yaitu potensi atau bakat yang dibawa anak sejak lahirlah yang memungkinkan proses pembelajaran terjadi.
Perangkat khusus tersebut digambarkan sebagai language acquisition device
(LAD) yang berarti perangkat yang berfungsi khusus untuk memproses bahasa (Brown, 2007: 28-29). Perangkat ini digambarkan berisi “abstract representation of universal rules” yaitu semacam embrio potensi kaidah-kaidah bahasa yang semesta yang disebut universal grammar (UG) dan menjadi modal dasar dalam proses pembelajaran bahasa. Dengan perangkat ini, semua bentuk pemajanan bahasa
(44)
commit to user
(language exposure) dan masukan kebahasaan (linguistic input) menjadi komponen utama dalam membentuk kompetensi berbahasa anak.
Teori ini menyatakan bahwa pada dasarnya hakikat bahasa adalah rule-governed creativity (Brown, 2007: 219) atau seperangkat sistem kreativitas yang diatur oleh kaidah. Pada tataran kebahasaan ada tataran fonologi, morfologi, sintaksis, dan wacana yang masing-masing mempunyai kaidah tersendiri. Pada tataran pragmatik, tiap ranah pemakaian bahasa diterapkan secara integratif untuk mendukung tercapainya komunikasi. Proses pembelajarannya digambarkan Goh dan Silver (2004: 34) sebagai “discovering the underlying abstract representations (or rules) of the specific language from among all possible rules of languages universally”, yaitu upaya anak mencoba menemukan kaidah bahasa yang telah mereka miliki tersebut melalui serangkaian uji-coba atau hypothesis testing tentang bentuk apa yang tepat digunakan dalam konteks berbahasa tertentu. Pemakaian istilah discovering di atas mengisyaratkan bahwa dalam proses tersebut anak berperan aktif dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Orang-orang yang lebih dewasa yang tinggal di lingkungannya berperan sebagai faktor pendukung untuk memperoleh masukan atau linguistic input. Teori ini dinamakan innatist karena faktor bawaan anak dinilai sebagai penentu dalam proses pembelajaran bahasa.
Penerapan teori ini dalam proses pengajaran bahasa asing dapat dilihat dalam metode Natural Approach (Richards, 2002; Krashen, 1981; dan Krashen dan Terrel, 1983). Metode pengajaran bahasa ini mengutamakan pengembangan kemampuan berbahasa sebagaimana yang terjadi pada anak kecil ketika belajar bahasa ibu dalam konteks yang kehidupan sehari-hari. Dalam proses tersebut pembelajar dihadapkan pada berbagai input kebahasaan dalam konteks berbahasa yang sesungguhnya.
(45)
Secara bertahap pembelajar dituntun dan diberi kesempatan untuk mengembangkan kemampuan memahami ujaran lawan tutur serta kesempatan untuk membuat ujaran-ujaran yang dapat difahami oleh lawan tutur. Melalui serangkaian kegiatan uji-coba pembelajar diharapkan mampu mengenali dan akhirnya menguasai bentuk-bentuk bahasa yang sesuai dengan konteks.
c. Model Interactionist
Teori interactionist mamandang hakikat bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi. Pandangan ini berkembang karena pengaruh teori sosiolinguistik serta pemakaian bahasa yang mengutamakan perilaku pemakaian bahasa di kalangan masyarakat penutur. Pandangan ini mewarnai konsep pembelajaran yang dikembangkan. Goh dan Silver (2004: 41) menggambarkan proses pembelajaran bahasa menurut teori interaktionisme sebagai “language learning evolves out of communication”, bahwa pembelajaran bahasa terjadi atau merupakan hasil dari proses komunikasi. Teori ini mengadopsi hal-hal yang biasa terjadi dalam proses komunikasi ke dalam proses pembelajaran. Proses komunikasi tidak hanya dipandang sebagai pemicu proses pembelajaran, melainkan juga sebagai wahana pembelajaran.
Menurut teori ini, faktor bawaan anak beserta lingkungan dianggap sebagai dua faktor yang sama-sama menentukan keberhasilan proses pembelajaran bahasa. Larsen-Freeman dan Long menegaskan bahwa dalam proses itu, “...they invoke both innate and environmental factor to explain language learning” (1991: 266). Berbeda dengan teori pembelajaran yang lain yang hanya bertumpu atau mengandalkan fungsi satu komponen pembelajaran tertentu; faktor lingkungan dalam model
(46)
commit to user
kedua faktor tersebut mempunyai peran masing-masing yang sama pentingnya dalam proses pembelajaran. Faktor bawaan ditempatkan pada urutan pertama namun faktor lingkungan dianggap sebagai faktor pendukung yang sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran. Lebih khusus lagi, Goh dan Silver menyatakan bahwa kualitas lingkungan kebahasaan atau linguistic environment dalam bentuk peristiwa dan atau kondisi pemakaian bahasa yang ditemui anak dalam berbahasa seperti input negotiation, output, dan interactional feedback (2004: 42) memegang peran penting dalam proses pembelajaran.
Penerapan teori ini dalam proses pengajaran bahasa asing dapat dilihat dalam metode Communicative Language Teaching (CLT) (Richards dan Rogers, 2002; Goh dan Silver, 2004: 45). Lebih jauh Goh dan Silver (2004: 45) menyebutkan beberapa fitur metode CLT ini sebagai metode yang lebih memihak pada kepentingan pembelajar dari pada guru atau “more learner centered and less teacher-centered”, tidak mengandalkan atau menekankan pada aktifitas pengulangan, menghafal, dan mempelajari kaidah bahasa atau “little reliance on drill work, memorization and rule-based learning”, menggunakan kerja berpasangan dan kelompok, menggunakan konteks dalam mengajarkan kosakata dan grammar, mengutamakan pemakaian bahasa dalam kegiatan komunikasi, dan berusaha untuk menampilkan aspek pemakaian bahasa dalam konteks yang sesungguhnya.
Prinsip di atas dirumuskan berdasarkan fenomena beragamnya praktik pengajaran yang dapat dikelompokkan ke dalam CLT. Beragamnya kondisi kelas tersebut disebabkan oleh beragamnya tuntutan dan kebutuhan konteks lokal yang menuntut bentuk penerapan prinsip yang berbeda untuk mengembangkan
(47)
kompetensi komunikatif peserta didik. Prinsip tersebut menjadi nilai pengajaran yang bersifat terbuka yang penerapannya tidak mutlak dan tidak bersifat mengikat atau prescriptive. Bersamaan dengan kesadaran beragamnya tuntutan lokal, prinsip-prinsip tersebut dijadikan sebagai indikator praktik pembelajaran yang dapat dikategorikan ke dalam CLT.
Senada dengan ketiga teori di atas, dalam konteks pembelajaran bahasa asing, Spratt, dkk (2005: 41) menyimpulkan beberapa penelitian para ahli dan merumuskan tiga jenis proses pembelajaran; aquisition, interaction dan focus on form sebagai berikut.
(1) “Acquisition … to really learn a foreign language we need exposure to lots of examples of it and that we learn from the language in our surroundings, … which is rich in variety, interesting to us and just difficult enough for us…”, bahwa proses pemerolehan bahasa memerlukan banyak pemajanan bahasa di lingkungan pembelajar yang bervariasi, menarik serta menantang tetapi tidak terlalu sulit bagi anak.
(2) “Interaction …. to learn language we need to use it in interaction with other people… to express ourselves and make our meanings clear to other people, and to understand them. If they have not, we need to try again using other language, until we manage to communicate successfully..”, bahwa pembelajaran bahasa memerlukan pembelajar untuk berinteraksi dengan masyarakat penutur untuk belajar mengungkapkan pikiran dan perasaan secara efektif serta memperoleh masukan dari proses pembelajaran tersebut.
(3) “Focus on form … foreign language learners also need to focus on form… they need to pay attention to language, e.g. by identifying, working with and practicing the language ....”, bahwa dalam konteks pembelajaran bahasa asing,
(48)
commit to user
pembelajar perlu memperhatikan bentukan bahasa serta berlatih berkomunikasi dengan menggunakan bentukan tersebut.
Dari ketiga jenis proses di atas, Spratt, et al. menyimpulkan bahwa tak satupun yang diterapkan secara sendiri-sendiri. Mereka melihat bahwa kebanyakan kasus pembelajaran bahasa asing melibatkan campuran ketiga proses tersebut. Ada saatnya ketika pembelajar memperhatikan pemajanan bahasa dalam konteks, menggunakannya dalam kegiatan berkomunikasi serta mempelajari bentuk-bentuk yang efektif untuk berkomunikasi. Selanjutnya Spratt, et al. (2005: 41) menyimpulkan
…we do not learn a foreign language best through learning grammar and translating. Nor do we learn by constantly practicing until we form habits. We learn by picking up language, interacting and communicating and focusing on form.
Kenyataan di kelas menunjukkan bahwa para pembelajar terlibat dalam berbagai kegiatan antara lain pemerolehan, berinteraksi dan berkomunikasi serta mempelajari bentukan bahasa.
Kesimpulan serupa juga dirumuskan Tomlinson (2008: 4) bahwa dalam proses pembelajaran bahasa asing ada lima butir komponen proses yang terjadi: (1) “rich experience of language in use” atau kaya pengalaman tentang bagaimana
bahasa itu digunakan.
(2) “the learner need to be motivated, relaxed, positive and engaged”, bahwa pembelajar perlu diberi dorongan, diupayakan untuk tidak dalam kondisi tertekan dan dilibatkan dalam proses berbahasa.
(3) “the language experience need to be contextualized and comprehensible”, bahwa pengalaman kebahasaan tersebut perlu dihubungkan dengan konteks dan dapat difahami.
(49)
(4) “the language and discourse features available for potential aquisition need to be salient, meaningful and frequently encountered”, bahwa fitur kebahasaan dan wacana yang mungkin dikuasai perlu jelas, bermakna serta sering dihadapi.
(5) “the learners need to achieve deep and multi-dimensional processing of the language”, bahwa pembelajar perlu melakukan berbagai proses pembelajaran yang mendalam .
Tomlinson menegaskan bahwa kelima jenis kegiatan tersebut memerlukan bahan ajar yang mendukung agar proses tersebut dapat terlaksana dengan efektif.
2. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dasar bangsa Indonesia yang dipercaya dapat mengantarkan bangsa Indonesia mencapai kehidupan yang lebih bermartabat. Pemenuhan kebutuhan tersebut dilaksanakan berdasarkan serangkaian peraturan. Salah satunya adalah Undang-Undang (UU) Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SPN) yang telah dilengkapi dengan beberapa ketetapan ikutannya. UU tersebut dijadikan asas legalitas penyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang terencana dan terarah dengan baik yang dibutuhkan oleh segenap bangsa.
a. Hakekat Pendidikan SMK
Pendidikan yang disediakan pemerintah beragam berdasar jenis dan jenjang. Menurut jenjangnya, pendidikan formal dapat dikategorikan ke dalam tiga: pendidikan dasar, pendidikan menengah pertama dan menengah atas, dan pendidikan tinggi. Dalam jenjang pendidikan menengah atas ada beberapa jenis pendidikan seperti Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), SMK, Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) dan bentuk-bentuk lain yang sederajat.
(50)
commit to user
Hakikat dan tujuan pendidikan SMK berbeda dibandingkan dengan jenis sekolah lain dalam jenjangnya. Salah satu perbedaan yang sangat prinsip yang disebutkan dalam pasal 15 UU-SPN adalah bahwa SMK merupakan pendidikan pada jenjang pendidikan menengah yang mengutamakan pengembangan kemampuan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu, kemampuan beradaptasi di lingkungan kerja, melihat peluang kerja dan mengembangkan diri di kemudian hari. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, kurikulum SMK disusun dengan memperhatikan tahap perkembangan siswa dan kesesuaian dengan jenis pekerjaan, lingkungan sosial, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian.
b. Sistem Pendidikan SMK
Penerapan kurikulum SMK tersebut pada prinsipnya sama dengan yang diterapkan di tingkat menengah atas lainnya. Dengan mempertimbangkan keluasan dan jumlah kompetensi yang harus dipelajari, kurikulum tersebut dirancang dapat diselesaikan dalam waktu 3 (tiga) tahun. Namun ada beberapa pihak seperti SKKNI yang menuntut masa pendidikan diperpanjang dua semester untuk meningkatkan tingkat kompetensi mereka sesuai dengan tuntutan DUDI.
Beberapa prinsip pembelajaran yang dikembangkan untuk mencapai tujuan tersebut adalah sebagai berikut:
(1) Learning by doing atau belajar melalui aktivitas atau kegiatan nyata. Prinsip ini diterapkan untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi kehidupan siswa nanti setelah mereka lulus. Prinsip ini dikembangkan lebih jauh menjadi pembelajaran berbasis produksi.
(51)
(2) Individualized learning atau pembelajaran dengan memperhatikan keunikan setiap individu. Prinsip belajar ini dilaksanakan dengan sistem modular yang memungkinkan tiap siswa menguasai kompetensi tertentu dengan irama dan kecepatan berbeda sesuai potensinya.
Mengingat lulusan SMK disiapkan untuk menjadi wiraswastawan yang mempunyai jenis usaha sendiri atau pegawai pada unit usaha orang lain, pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan tersebut di atas dilakukan melalui alternatif jalur berikut:
(a) jalur kelas industri atau employee, yaitu peserta didik belajar di sekolah dan berlatih di dunia industri.
(b) jalur kelas wiraswasta/mandiri atau self-employed, yaitu dengan memberi peserta didik wahana belajar dan berlatih berwiraswasta di sekolah dan berusaha menerapkannya di luar sekolah secara mandiri.
Pemilihan kedua model tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan minat dan kemampuan peserta didik serta kondisi sekolah, industri serta dunia kerja sekitar sekolah. Dari kedua model tersebut, jalur kelas industri paling banyak diterapkan.
c. Pola Penyelenggaraan Pendidikan SMK
Pola pendidikan SMK dapat diterapkan melalui tiga jenis pendidikan; pendidikan sistem ganda, multi entry-multi exit dan pendidikan jarak jauh.
1) Pola pendidikan sistem ganda (PSG)
PSG adalah pola penyelenggaraan diklat yang dikelola bersama antara SMK dengan industri/ asosiasi profesi sebagai institusi pasangan, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga tahap evaluasi dan sertifikasi yang
(1)
commit to user
Penelitian dalam disertasi ini dilaksanakan dengan menerapkan prinsip R & D (Borg dan Gall, 1983) yang tujuan utamanya adalah menghasilkan produk unggulan untuk meningkatkan efektifitas program pendidikan. Produk yang dihasilkan—buku teks Bahasa Inggris Integratif untuk SMK—dikembangkan berdasarkan LKS yang biasa digunakan guru. Pengembangannya dilakukan dengan menerapkan rambu-rambu KTSP dan diperkaya dengan unsur yang tercakup dalam
TOEIC test. Pemenuhan rambu-rambu KTSP berarti memenuhi tuntutan kurikuler,
sedangkan pengintegrasian unsur TOEIC test melengkapi tuntutan dunia kerja. Rambu-rambu KTSP menegaskan pentingnya pengembangan kompetensi komunikatif bahasa Inggris melalui pengembangan serangkaian KD dan SK. Pada hakikatnya pengembangan serangkaian kompetensi ini adalah pengembangan beberapa fungsi bahasa (language functions) pilihan beserta lexicogrammar
pendukung. Pemenuhan rambu-rambu KTSP merupakan bentuk pengembangan kompetensi siswa untuk dapat berbahasa Inggris dalam konteks dan peran tertentu sebagaimana yang tertuang dalam kurikulum SMK.
Hakikat materi TOEIC test adalah alat ukur penguasaan bahasa Inggris. Di SMK, materi tersebut digunakan untuk mengembangkan keterampilan mengerjakan tes atau test taking skills. Pengintegrasian materi TOEIC test ke dalam buku teks ini dirancang untuk menambah volume materi yang memenuhi kebutuhan pembelajaran serta untuk memperkaya ragam kegiatan pembelajaran (Tomlinson, 2008). Kondisi ini mencerminkan upaya untuk menciptakan input bahasa yang kaya atau rich language input. Terkait dengan kondisi tersebut, Krashen (1983) meyatakan bahwa kuantitas dan kualitas input bahasa yang dapat diakses pembelajar berkontribusi terhadap keberhasilan pembelajaran bahasa.
(2)
commit to user
201
Pengintegrasian unsur TOEIC test ke dalam cakupan buku teks tidak berarti menambah beban belajar (learning load) siswa menjadi lebih berat. Perancangan volume dan kualitas input yang terintegrasi, proporsional dan sesuai dengan kebutuhan pembelajar telah terbukti memperkaya pengalaman belajar di dalam kelas sehingga menciptakan kondisi yang kondusif bagi proses pembelajaran. Sebagai bukti, bagian pertama TOEIC test yang berupa picture description dapat dirancang sebagai media untuk menciptakan konteks situasi pemakaian bahasa Inggris yang autentik dan sangat efektif mengembangkan keterampilan berbahasa lisan (oracy). Rangkaian media gambar yang tersedia yang semula hanya berfungsi sebagai bahan untuk mengembangkan pertanyaan dalam tes, dapat difungsikan untuk mengembangkan keterampilan mendengar serta wicara dengan mengembangkan dialog, baik yang bersifat interpersonal maupun transactional. pengembangan dialog yang dilakukan dengan melibatkan siswa secara langsung berarti melibatkan siswa dalam praktik berkomunikasi yang authentic. Pengalaman belajar seperti ini sangat berguna dalam proses pembelajaran.
Tes reading dalam TOEIC menggunakan teks fungsional pendek dengan
topik dan tema yang relevan dengan minat dan kondisi siswa. Selain untuk mengembangkan keterampilan mambaca seperti fungsi aslinya, bahan ajar ini sangat efektif untuk mengembangkan keterampilan menulis berdasarkan topik yang diangkat dalam teks. Misalnya, berdasarkan teks reading dengan topik
‘invitation’ atau ‘announcement’, siswa dapat diminta untuk merespon teks
tersebut dengan meminta mereka membuat undangan atau pengumuman untuk kegiatan tertentu dan kemudian didiskusikan di kelas. Dengan demikian teks tersebut tidak hanya untuk mengembangkan keterampilan membaca saja, tetapi juga menulis dan wicara dalam kegiatan yang terpadu. Bagian lain, seperti error
(3)
commit to user
recognition juga dapat difungsikan sebagai kegiatan pembelajaran untuk
memperkaya penguasaan lexicogrammar serta pemakaiannya dalam konteks sederhana. Dengan demikian pengintegrasian materi TOEIC test ke dalam buku teks ini sangat mendukung terciptanya kegiatan pembelajaran yang efektif. Sementara itu pemakaian unsur-unsur TOEIC test dalam buku teks sebagai media pembelajaran tidak mengubah fungsi utama bahan tersebut sebagai bahan untuk mengembangkan test-taking skills, yaitu melatih keterampilan mengerjakan tes
TOEIC.
Mata diklat bahasa Iggris di SMK termasuk dalam kelompok mata diklat adaptif (Depdiknas, 2004). Dengan belajar bahasa Inggris, diharapkan lulusan SMK mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja serta mampu mengembangan diri dalam lingkungannya dengan kompetensi bahasa Inggrisnya. Tujuan ini selaras dengan sifat kegiatan pembelajaran yang dikembangkan dalam buku teks ini. Berdasarkan penjelasan di atas, berbagai materi TOEIC test dapat diintegrasikan ke dalam cakupan buku teks dalam bentuk kegiatan pembelajaran serta konteks pemakaian bahasa yang autentik seperti guessing game atau
birthday-party invitation dan yang lain. Seperti yang dinyatakan Johnson (2002)
dalam konsep CTL, bahwa perancangan materi serta kegiatan pembelajaran yang dapat menghubungkannya dengan minat atau kondisi siswa sangat membantu dalam menciptakan kegiatan pembelajaran yang efektif.
Tahap kedua penelitian R & D ini dirancang untuk adalah mengembangkan bahan ajar menjadi Bahasa Inggris Integratif untuk SMK yang dilaksanana dalam tiga siklus. Dari pelaksanaan tahap pengembangan dapat dirumuskan bahwa penerapan prosedur Penelitian Tindakan memungkinkan peneliti untuk mengungkap berbagai kelemahan buku teks maupun kekuatannya berdasarkan
(4)
commit to user
201
konteks penerapannya di kelas yang sesungguhnya untuk diperbaiki. Upaya tersebut berhasil tidak saja berkat penerapan prinsip dan prosedur penelitian dalam tahap pengembangan, tetapi juga berkat kolaborasi dengan guru serta pakar. Kolaborasi dengan pakar memberikan masukan kualitas buku teks dalam proses perancangan, sedangkan kolabrasi dengan guru memberikan gambaran kualitas empirik penerapannya di kelas. Dengan menggabungkan masukan dari kolaborator, hasil pengembangan buku teks berjalan dengan baik.
D. Saran
Berdasarkan telaah pelaksanaan penyusunan buku teks Bahasa Inggris Integratif untuk SMK ini beberapa saran untuk peneliti lain adalah sebagai berikut.
1. Pada tahap persiapan, peran kolaborasi sangat menentukan. Tantangan pertama dalam melaksanakan R & D di lembaga pendidikan lain adalah membangun kolaborasi yang baik dengan pejabat institusi serta para guru. Jika yang diperlukan dari pejabat adalah izin pelaksanaan yang relatif lebih mudah diselesaikan, kolaborasi dengan guru memerlukan pendekatan yang lebih hati-hati dan sering kali memerlukan kesabaran yang tinggi. Mengingat peran guru kolaborator, khususnya guru penyaji bahan ajar, sangat menentukan. Dengan demikian pemilihan guru kolaborator harus dilakukan dengan sangat hati-hati. Selain pendekatan resmi melaui izin pendekatan secara pribadi lebih menentukan. Dengan demikian pemilihan guru kolaborator perlu memperhatikan kompetensi akademik, pedagogik serta sosialnya. Dengan mempertimbangkan berbagai aspek maka peneliti dapat membangun komunikasi yang baik tentang apa yang terjadi dalam masa penyusunan dan ujicoba buku teks.
(5)
commit to user
2. Pemilihan institusi pendidikan perlu dilaksanakan dengan hati-hati. Meskipun status bahasa Inggris untuk semua jurusan di SMK sama, suasana pembelajaran yang terjadi sangat berbeda tergantung jurusan serta kondisi sekolah. Tingkat kebutuhan bahasa Inggris siswa jurusan UJP sangat berbeda dengan siswa lain dari jurusan Tata Kecantikan, atau AP. Tingkat kebutuhan tersebut berkontribusi terhadap dinamika kegiatan pembelajaran di kelas. minat dan antusias siswa mengikuti diklat bahasa Inggris.
3. Dalam proses penyusunan buku teks, peneliti perlu mencermati rambu-rambu kurikulum, peraturan dan sumber-sumber yang terkait serta kebutuhan (needs) yang dihadapi siswa. Pemahaman yang mendalam ini diperlukan untuk dapat merumuskan tujuan, cakupan, materi serta kegiatan pembelajaran yang sesuai. Buku teks yang mengakomodasi unsur-unsur di atas dapat membantu membangun kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kurikuler serta menarik bagi siswa.
4. Mengingat buku teks dipakai sebagai sumber pegangan dalam pengembangan kegiatan pembelajaran, kualitas bahasa sasaran yang harus diperhatikan. Jika memungkinkan penyusun dapat mencari penasihat linguistik untuk meningkatkan mutu bahasa Inggrisnya. Jika tidak, penyusun harus betul-betul mencermati pemakaian komponen
lexico-grammatical serta gaya bahasanya.
5. Tampilan buku teks juga perlu diperhatikan. Selain substansi pembelajaran yang dipilih dengan cermat, pemakaian media serta tata letak atau lay out
(6)
commit to user
201
6. Tersedianya buku teks yang baik bukan satu-satunya jaminan lancarnya proses pembelajaran yang efektif (Dunkin dan Biddle, 1974; Richards, 2000, dan Tomlinson, 2008). Penyusun buku teks perlu memberi penjelasan kepada para pemakai, khususnya guru, tentang saran pemakaian serta kemungkinan memodifikasi bahan ajar sesuai dengan kebutuhan kelas yang ada. Penyelarasan persepsi antara penyusun buku teks dengan guru perlu dibangun agar bahan ajar yang dikembangkan dalam buku teks dapat digunakan sesuai dengan skenario penyusun.