commit to user
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kompetensi bahasa Inggris bagi lulusan Sekolah Menengah Kejuruan SMK dinilai sangat penting untuk mendukung kompetensi kejuruan mereka.
Berbekal kedua kompetensi tersebut, para lulusan SMK diharapkan tidak hanya mampu memperoleh pekerjaan yang lebih baik di perusahaan-perusahaan nasional
dalam negeri, tetapi juga mampu bersaing untuk memperoleh kesempatan bekerja di perusahaan multinasional dan bahkan di perusahaan luar negeri. Untuk
mencapai tujuan tersebut pemerintah telah menyusun berbagai program peningkatan mutu pendidikan SMK agar lulusannya mempunyai daya saing lebih
tinggi. Salah satu programnya adalah penyempurnaan kurikulum tahun 2006 yang dinamakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP. Implementasi KTSP
dengan baik diharapkan mampu mengembangkan keragaman potensi dan keunggulan tiap satuan pendidikan demi perkembangan kompetensi peserta didik.
Program pendidikan dan pelatihan diklat di SMK dirancang untuk me- ngembangkan potensi peserta didik untuk siap bekerja dan mampu menempatkan
diri sebagai bagian dari bangsa Indonesia P3GK, 2004: i. Dalam struktur kete- nagakerjaan, lulusan SMK diharapkan dapat mengisi kebutuhan tenaga kerja pada
tingkat tukang dan teknisi yang disebut sebagai tenaga semi skilled Sukamto, 1988: 42. Dengan terus berkembangnya perusahaan multinasional di Indonesia,
kesempatan lulusan SMK yang memiliki kualifikasi semi-skilled untuk memper- oleh pekerjaan yang lebih layak cukup terbuka. Pemerintah menilai kesempatan
tenaga kerja Indonesia TKI semi-skilled untuk memperebutkan pekerjaan di pasar kerja tingkat regional masih sangat terbuka.
commit to user
2
Direktorat Pendidikan Menengah Kejujuran Dikmenjur menjawab peluang ini dengan upaya peningkatan mutu pendidikan SMK dan merancang
program pengembangan institusi SMK sebagai salah satu pusat pembudayaan kompetensi berstandar internasional P3GK, 2004. Jika kondisi ini tercapai,
lulusan SMK diharapkan memiliki daya saing tinggi yang tidak hanya terserap di pasaran kerja dalam negeri tetapi juga di luar negeri.
Sejarah perkembangan pendidikan SMK menunjukkan bahwa pada awalnya kompetensi berbahasa Inggris tidak dianggap sebagai kebutuhan utama
siswa SMK. Kondisi tersebut dapat diamati dari relatif kurang intensifnya upaya pengembangan bahasa Inggris dibandingkan dengan pengembangan mata diklat
kejuruan. Pada masa lalu, siswa SMK, yang terdiri dari Sekolah Menengah Teknik STM, Sekolah Menengah Ekonomi Atas SMEA, dan sekolah lain yang sejenis
kurang mampu melihat relevansi mata pelajaran bahasa Inggris dengan masa depan mereka. Hal tersebut dapat dimaklumi karena wacana lulusan SMK pada masa lalu
adalah mencari pekerjaan di perusahaan dalam negeri. Berbekal kompetensi kejuruan saja, tanpa bahasa Inggris, saat itu mereka merasa mampu memperoleh
pekerjaan yang dianggap layak serta mampu mengembangkan profesi mereka. Kondisi tersebut berubah seiring dengan berkembangnya kondisi sosial dan
perekonomian. Pada saat ini banyak perusahaan nasional utamanya multinasional menawarkan posisi yang memerlukan kompetensi bahasa Inggris yang memadai.
Jika tenaga kerja dalam negeri tidak memenuhi persyaratan, posisi tersebut akan disisi pekerja asing atau expatriate. Peluang kerja yang menuntut kompetensi
semacam itu juga ditawarkan di luar negeri melalui program pengiriman TKI ke luar negeri yang diprakarsai oleh Direktorat Jenderal Ketenagakerjaan. Karena
commit to user
3
perusahaan internasional dan multinasional menawarkan imbalan dan masa depan yang relatif lebih baik dari yang ditawarkan perusahaan lokal atau nasional, banyak
lulusan SMK berkompetisi untuk bekerja di perusahaan tersebut. Untuk mencapai tujuan tersebut, mereka dituntut untuk memiliki bekal kompetensi Inggris yang
tinggi di samping kompetensi kejuruan atau professional yang memadai. Relatif rendahnya motivasi siswa SMK dalam mempelajari bahasa Inggris
pada masa lalu dapat dilihat dari buku teks yang ada. Dapat diamati bahwa jumlah buku teks bahasa Inggris untuk SMK baik yang diterbitkan oleh pemerintah
maupun yang beredar di pasaran relatif lebih sedikit dibandingkan dengan buku teks bahasa Inggris untuk sekolah menengah umum. Banyaknya jurusan yang ada
di SMK juga berkontribusi terhadap sedikitnya penerbitan buku teks karena dinilai kurang menguntungkan dunia bisnis.
Relatif sedikitnya buku teks bahasa Inggris berbasis kejuruan juga terjadi di Inggris seperti yang digambarkan Tomlinson dan Masuhara 2008: 159 “ because
of the comparatively small number of these learners there is little incentive for the major UK publishers to produce course materials specially aimed at satisfying
their needs”. Dengan kata lain, karena jumlah pembelajar bahasa Inggris keteknikan relatif sedikit, kebanyakan penerbit di Inggris hanya memperoleh
insentif kecil untuk memenuhi kebutuhan bahan ajar mereka. Karenanya, kebanyakan penerbit enggan menerbitkan buku teks yang oplahnya kecil.
Upaya peningkatan mutu pendidikan melalui penerapan KTSP diharapkan mampu memperbaiki pencapaian tujuan pendidikan SMK yang berupa
pengembangan seperangkat kompetensi yang diperlukan oleh lulusan SMK, termasuk kompetensi berbahasa Inggris. Rambu-rambu dalam KTSP meyebutkan
commit to user
4
bahwa BSNP merumuskan tujuan minimal pembelajaran yang harus dicapai yang berupa serangkaian kompetensi tertentu dalam bentuk pengembangan standar
kompetensi SK dan kompetensi dasar KD dalam tingkatan tertentu. Ihwal pemilihan metodologi pencapaian termasuk penyusunan dan pemilihan buku teks
diserahkan kepada kelompok guru dan sekolah BSNP, 2006. Kebijakan tersebut dirancang untuk memberikan ruang gerak dan mendorong potensi dan kreativitas
guru dan sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan nasional yang lebih baik. Panduan Penyusunan KTSP menyebutkan bahwa tiap sekolah dapat
memasukkan potensi dan kebutuhan lokal ke dalam cakupan kurikulum operasional, termasuk tuntutan dunia kerja BSNP, 2006: 6. Termasuk dalam
kategori ini adalah tuntutan pencapaian skor TOEIC test sebagai bukti tingkat kompetensi bahasa Inggris yang diakui secara internasional. Harapan Dikmenjur
agar lulusan SMK mencapai skor TOEIC test antara 500-600 sebagai bagian dari bekal mereka terjun ke dunia kerja Hendraswari, Wijana, dan Riskanda; 2000: i
merupakan hal yang perlu diterapkan dalam pengembangan silabus bahasa Inggris. Tuntutan pencapaian skor TOEIC test bagi para lulusan SMK secara
langsung mempengaruhi lingkup tujuan pengajaran bahasa Inggris di SMK. Paling tidak, rumusan yang tercantum dalam kurikulum perlu dimaknai lebih luas bahwa
pengembangan seperangkat kompetensi bahasa Inggris yang diperlukan para lulusan tidak hanya untuk melaksanakan tindak komunikasi sehari-hari dan dalam
lingkungan kerja dalam bahasa Inggris, tetapi juga untuk mengembangkan kemampuan mengerjakan soal-soal TOEIC test dengan baik. Dengan demikian
pengalaman belajar yang perlu dikembangkan di kelas perlu mencakup pengembangan kompetensi untuk melaksanakan kedua macam tujuan tersebut.
commit to user
5
Kegiatan pembelajaran ini dapat berkembang dengan lebih baik dengan adanya buku teks yang dirancang khusus untuk mencapai tujuan tersebut.
Rambu-rambu pelaksanaan KTSP menyebutkan bahwa guru dapat menggunakan cara maupun bahan ajar apapun untuk mencapai kedua tujuan
tersebut. Berdasarkan pengamatan awal terungkap bahwa sebagian besar guru menghendaki disediakannya buku teks untuk menerapkan KTSP. Paling tidak, ada
kebijakan yang tegas buku teks mana saja yang menenuhi syarat atau yang direkomendasikan. Di kalangan guru berkembang kecenderungan untuk
menggunakan buku teks tertentu seperti Global Access to the World of Work GA, English for Vocational Schools EVS dan beberapa versi Lembar Kerja
Siswa LKS. Pemakaian berbagai bahan ajar yang tersedia di pasaran sebagai sumber
bahan ajar di sekolah merupakan hal yang lazim. Dengan bahan ajar tersebut guru memperoleh pegangan dan arahan pengembangan proses pembelajaran. Lebih
lanjut J. Richards menyebutkan “Textbooks and other commercial materials in many situations represent the hidden curriculum of many language courses and
this plays a significant part of the process of teaching and learning” 2000: 125. Pada umumnya tujuan yang ingin dicapai oleh penyusun buku teks yang
tersedia di pasaran tidak sama persis dengan tujuan kurikuler suatu program pendidikan Dat, 2008: 265; Tomlinson dan Masuhara, 2008: 162. Dalam
menelaah pemakaian buku teks EFL yang digunakan di ASEAN, Dat mengambarkan temuannya dalam metafora “when a free-size shirt is designed for
everyone, it has the potential to suit some and is likely rejected by other” 2008: 265.
commit to user
6
Kondisi yang sama juga dapat diamati di Indonesia. Ada beberapa buku teks bahasa Inggris yang disusun untuk digunakan di SMK. Namun demikian
pernyataan tersebut tidak selalu konsisten dengan isi dan cakupan yang ada. Untuk itu perlu dilakukan penilaian yang lebih seksama dan sistimatis untuk
mengungkapkan sejauh mana isi, penyajian, dan pengurutan tersebut memenuhi kebutuhan siswa, kemampuan guru, ketersediaan media pendukung serta
kesesuaiannya dengan rambu-rambu kurikulum yang diterapkan. Berdasarkan penilaian ini keputusan pemakaian buku teks tertentu dapat lebih
dipertanggungjawabkan. Hal ini juga berlaku pada beberapa buku teks seperti GA, EVS dan
Interchange. Kenyataan bahwa seringnya buku itu dicantumkan sebagai sumber bahan dalam contoh pengembangan silabus bahasa Inggris untuk SMK berarti
bahwa buku tersebut mengandung unsur-unsur yang perlu dan dinilai memadai dipakai sebagai sumber dalam menyusun rencana pembelajaran. Namun demikian,
pencantumannya tidak otomatis berarti bahwa buku tersebut tepat digunakan sebagai buku teks yang berdiri sendiri.
Analisis sekilas yang dilaksanakan peneliti atas isi ketiga buku teks tersebut berdasarkan kesesuaiannya dengan tujuan pengajaran yang tercantum dalam KTSP
Bahasa Inggris untuk SMK serta pengembangan kemampuan menjawab soal TOEIC test menunjukkan bahwa tidak satupun buku tersebut dapat berfungsi
sebagai buku teks yang memadai untuk mengembangkan kedua kompetensi tersebut Periksa Tabel 1.1. Kenyataan menunjukkan bahwa tiap buku mempunyai
kontribusi tertentu dalam membangun pengalaman belajar untuk mencapai kompetensi tersebut, namun demikian tak satupun buku tersebut mencukupi untuk
memenuhi tuntutan pengembangan kompetensi bahasa Inggris di SMK.
commit to user
7
Tabel 1.1 Analisis Tiga Buku Teks Berdasarkan atas Kandungannya dengan skala 1-5
No Kandungan
Buku teks Kesesuaian dengan
KTSP Kesesuaian dengan
materi TOEIC test 1
Interchange 4 2
2 G A
2 2 3
EVS 4 2
Model penilaian ini mengikuti model Tomlinson dan Masuhara 2008 dalam menilai buku teks untuk EFL dan ESP di Inggris
. Dari ketiga buku teks tersebut, hanya EVS yang isinya dikembangkan
berdasarkan rambu-rambu KTSP. Penilaian ini didasarkan atas analisis cakupan isi buku, khususnya dari halaman daftar isi yang memuat serangkaian SK yang
disajikan berdasarkan sistimatika yang ada dalam KTSP. Namun demikian kegiatan pembelajaran yang dikembangkan belum sepenuhnya mengacu pada
pengembangan SK dan KD dalam KTSP. Dengan demikian EVS dinilai 4 berdasarkan kesesuaian dengan KTSP. Berdasarkan indikator ini, Interchange juga
dinilai 4 karena meskipun buku teks tersebut sama sekali tidak mencantumkan SK dan KD yang ada dalam KTSP, kandungan dan kegiatan pembelajaran yang
dikembangkan dinilai tepat untuk mengembangkan SK tersebut. GA dinilai paling rendah, 2, karena buku ini menggunakan acuan kurikulum 1999. Meskipun
demikian ada beberapa materi pembelajaran yang masih relevan dengan KTSP. Dari aspek kesesuaian dengan kandungan TOEIC test, Interchange dinilai
2. Meskipun penyusun Interchange sama sekali tidak bermaksud untuk menjadikannya sebagai tuntunan untuk mengerjakan TOEIC test, kegiatan
pembelajaran yang dikembangkan sangat mendukung pengembangan kemampuan siswa mengerjakan soal-soal TOEIC test khususnya soal-soal listening, baik
picture description, question and answer dan short talk. GA dinilai 2 karena
commit to user
8
meskipun beberapa kegiatan pembelajaran dirancang mengacu pada pengembangan kemampuan mengerjakan soal dalam TOEIC test, kegiatan tersebut
hanya berupa kegiatan sisipan dalam tiap unit dan bukan merupakan bagian utama dalam proses pembelajaran dalam buku tersebut.
Kekuatan dan kelemahan yang terdapat dalam buku-buku teks di atas merupakan masukan yang diakomodasi dalam penelitian disertasi ini. Dalam
model buku teks yang dikembangkan melalui penelitian ini, unsur-unsur TOEIC test yang diakomodasi tidak hanya disesuaikan dengan isi tiap unit buku tersebut,
namun juga dirancang untuk memperkaya pemajanan fungsi bahasa, tema atau topik yang menjadi sajian utama dalam unit tersebut. Dengan buku teks yang
mengacu pada pencapaian SK dan KD dalam KTSP dan diperkaya dengan unsur TOEIC test secara integratif, siswa akan dapat mengembangkan kompetensi
komunikatif bahasa Inggris mereka dengan lebih lengkap. Dengan kompetensi tersebut mereka akan mampu melakukan tindak komunikasi dalam bahasa Inggris
lisan dan tertulis sebagaimana tuntutan SKL SMK, maupun menyelesaikan soal- soal TOEIC test dalam satu bentuk pengalaman belajar yang terintegrasi.
Penelitian ini dirancang untuk menawarkan alternatif jalan keluar tentang penyusunan buku teks yang diuraikan di atas. Hasil nyata penelitian ini adalah
tersusunnya buku teks bahasa Inggris untuk SMK yang dapat secara efektif dipakai untuk mengembangkan kompetensi berbahasa yang dirumuskan dalam KTSP serta
efektif untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam menempuh TOEIC test. Penelitian ini juga dimotivasi oleh hasil telaah Jack Richards bahwa
… that improvement in the quality of teaching will come about through the use of instructional materials that are based on findings of current theory
and research…Good teaching will then result from the use of scientifically based textbooks developed by experts 2000: 128.
commit to user
9
Artinya bahwa peningkatan mutu pengajaran dapat dihasilkan dari pemakaian bahan ajar yang dihasilkan dari penerapan teori terkini dan hasil penelitian.
Pemakaian buku teks yang dikembangkan para ahli secara ilmiah berkontribusi pada tersusunnya pengajaran yang efektif.
Mengingat sampai selesainya pelaksanaan penelitian ini peneliti belum menemukan buku teks bahasa Inggris untuk SMK seperti yang memenuhi kriteria
di atas, buku teks yang dikembangkan melalui penelitian ini akan menjadi buku teks alternatif yang dapat meningkatkan kualitas diklat bahasa Inggris di SMK.
Seandainya, karena keterbatasan peneliti ternyata telah ada bahan seperti itu, diharapkan buku teks yang disusun ini sangat berguna sebagai pilihan dan
pelengkap buku teks yang telah ada di lingkungan SMK. Dengan adanya pilihan buku teks yang bervariasi, guru memperoleh alternatif media untuk
mengembangkan kegiatan pembelajaran yang bervariasi. Pelaksanaan penelitian ini dimotivasi oleh beberapa masalah yang
berkaitan dengan kondisi diklat bahasa Inggris di SMK. Pertama, penelitian tentang penyusunan buku teks bahasa Inggris di SMK masih sangat terbatas.
Selama ini telah ada beberapa buku teks bahasa Inggris untuk SMK yang telah diterbitkan dan beredar di pasar. Buku tersebut ada yang ditulis oleh penulis
tunggal dan ada yang disusun oleh tim penulis yang kesemuanya berlatar belakang guru bahasa Inggris di SMK. Buku tersebut disusun berdasarkan pengalaman
mereka mengajar namun bukan sebagai hasil penelitian yang objektif dengan informasi tentang tingkat keefektifan dan atau kelemahan buku tersebut.
Selain itu, pada tahun 2000 Dikmenjur pernah mengadakan workshop Penyusunan Buku Teks Bahasa Inggris dengan melibatkan beberapa guru bahasa
Inggris SMK se-Indonesia yang terpilih. Hasilnya adalah tersusunnya tiga julid
commit to user
10
buku teks oleh Dikmenjur pada tahun 2000 dengan judul Global Access to the World of Work. Buku teks tersebut telah dicetak dua kali dan dibagikan ke seluruh
SMK di Indonesia. Dari telaah awal yang telah peneliti laksanakan pada buku teks ini, terdapat beberapa unsur yang perlu disempurnakan agar buku itu menjadi buku
teks yang lebih memadai untuk digunakan sebagai buku teks utama di SMK, khususnya pada penyesuaikan isi buku dengan tuntutan KTSP, lingkup
kebahasaan, format penyajian, serta penambahan materi TOEIC test yang padu. Dari bukti ini, peneliti menarik kesimpulan bahwa penelitian yang
bertujuan untuk mengembangkan buku teks bahasa Inggris untuk SMK yang mencoba mengakomodasi tuntutan pengembangan seperangkat kompetensi bahasa
Inggris seperti yang tertuang dalam KTSP dan materi TOEIC test belum pernah dilakukan.
Dari paparan di atas dapat dirumuskan tiga rumusan alasan pokok yang mendasari pengajuan usulan penelitian ini.
1 Pertama, pada saat ini sudah ada beberapa buku teks, khususnya yang berbentuk buku teks, LKS dan handout bahasa Inggris, yang digunakan para
guru bahasa Inggris di SMK. Namun menurut telaah peneliti, bahan tersebut kurang atau belum memadai karena adanya beberapa kelemahan berikut: a
tidak atau kurang sesuai dengan tujuan kurikuler pengajaran bahasa Inggris di SMK, dan b muatan isi kurang atau tidak menunjang pencapaian tujuan
kurikuler bahasa Inggris. 2 Kedua, buku teks yang tersedia di pasaran disusun oleh guru atau penyusun
berdasarkan pengalaman individu di kelas mereka masing-masing. Buku tersebut belum pernah ditelaah bersama, dievaluasi secara sistematis atau diuji
coba secara empirik dan terbuka untuk mengetahui keunggulan dan kelemahannya secara empiris dan objektif.
commit to user
11
3 Ketiga, mungkin ada sebagian guru yang menilai bahwa buku teks yang mereka gunakan selama ini sudah memadai untuk konteks kelasnya. Jika hal
ini benar, usulan penyusunan buku teks bahasa Inggris integratif yang peneliti laksanakan dapat digunakan sebagai variasi atau alternatif buku teks yang
sudah ada. Menurut penilaian peneliti, tiga alasan tersebut cukup kuat untuk
meyakinkan berbagai pihak yang terkait untuk mendukung terlaksananya penelitian ini. Sebaliknya, jika penelitian ini dan yang semacam ini tidak
dilaksanakan, tidak akan ada upaya untuk memperbaiki penyusunan buku teks yang dapat mendukung pengembangan pengajaran bahasa Inggris di SMK lebih
jauh. Paling tidak dengan tersedianya tambahan variasi buku teks yang tersedia, guru memperoleh tambahan sumber bahan untuk dapat mengembangkan
pengalaman belajar bahasa Inggris yang lebih kaya bagi siswa dan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.
B. Rumusan Masalah