commit to user
83
rambu yang ada dapat membawa perbaikan dalam pelaksanaan pengajaran bahasa Inggris di SMK, khususnya jurusan UJP.
B. Kajian Pustaka
Upaya untuk penyusunan buku teks bahasa Inggris untuk SMK masih dinilai sangat sedikit. Fenomena tersebut diamati dengan membandingkan jumlah buku teks
untuk SMK dengan buku teks untuk sekolah menengah umum lainnya, seperti SMP dan SMA. Kondisi ini disebabkan oleh rendahnya komitmen penerbit menerbitkan
buku untuk SMK karena keuntungan yang diperoleh kecil. Fenomena sama yang terjadi di Inggris diamati Tomlinson dan Masuhara 2008: 159 yang menyatakan
bahwa kebanyakan penerbit enggan menerbitkan buku yang berbasis ESP karena relatif kecilnya jumlah konsumen sehingga mereka tidak dapat memperoleh
keuntungan yang layak. Penyebab lain adalah sedikitnya penyusun buku teks bahasa Inggris untuk SMK. Bahkan program pengadaan buku sekolah elektronik BSE
yang diluncurkan Kemendiknas pun belum mampu secara signifikan meningkatkan jumlah buku teks bahasa Inggris untuk SMK.
Dalam suatu studi untuk bahan penyusunan disertasinya, Kusni Askar, mengadakan survey tentang buku teks ESP di tiga perguruan tinggi negeri ternama
di Indonesia. Penelitian ini dirancang untuk mengungkapkan berbagai masalah penyusunan rancangan program pengajaran atau ‘course design’ ESP di perguruan
tinggi Askar, 2005. Temuan penelitian ini adalah bahwa selama ini penyusunan program tersebut dilaksanakan kurang sistematis. Kondisi tersebut muncul akibat
dari lemahnya pemahaman pengampu tentang konsep ESP. Adapun usulan untuk penyusunan buku teks adalah 1 pemakaian prosedur yang biasa diterapkan dalam
ESP juga 2 pemakaian model Collective Collaboration yang melibatkan pakar
commit to user
84
dalam bidang profesi dalam penyusunan program, selain penyusun program atau course designer.
Rumitnya penyusunan buku teks berbasis ESP juga dialami Maria Spiropoulou ketika ditugaskan mengembangkan materi ESP untuk beberapa jurusan
keteknikan dan kejuruan di lingkungan State Pedagogical Institute, Yunani Spiropoulou, 1996: 70. Tantangan yang dihadapi peneliti adalah penggabungan
unsur kebahasaan dengan materi keteknikan dan kejuruan contents ke dalam buku teks tersebut. Dalam perumusan buku teks, teori tentang hakekat bahasa menentukan
bentuk bahan yang disusun dan pada akhirnya akan mempengaruhi jenis tujuan yang ingin dicapai. Ketika tim penyusun menyepakati dasar penyusunannya
menggunakan kaidah sintaksis dengan kosa kata atau lexicogrammar components, program pengajaran yang dihasilkan berbentuk bahan berbasis teks. Hasilnya adalah
buku teks yang mengutamakan pengembangan keterampilan mahasiswa membaca teks yang berhubungan dengan pekerjaan mereka atau to read job-otriented texts.
Kelemahan program yang ditemukenali adalah bahwa para lulusan program itu tidak mampu berkomunikasi lisan dengan bahasa Inggris. Revisi dilaksanakan untuk
mengubahnya menjadi program yang berbasis komunikatif yang menekankan pengajaran bentuk dan fungsi bahasa atau form-function of language 1996: 71.
Permasalahan yang sama juga dihadapi Deborah Mason 1994: 19 ketika menyusun program pembelajaran bahasa Inggris untuk mahasiswa jurusan
perawatan kesehatan atau health care di pusat bahasa Universitas Helsinki di Finnlandia. Berdasarkan analisis kebutuhan dan misi universitas bahwa lulusan
jurusan ini diharapkan mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggris di tempat kerja tentang profesi berhubungan dengan kliennya dan mampu berpartisipasi dalam
commit to user
85
seminar internasional dengan bahasa Inggris, penguasaan kompetensi berbahasa Inggris yang umum saja dirasa belum cukup. Karenanya institusi menghendaki agar
program yang disusun lebih berorientasi pada substansi. Solusi yang diambil Mason adalah mengintegrasikan unsur genre bidang perawatan kesehatan dan bidang
komunikasi dalam seminar dalam program ESP. Kondisi serupa juga dihadapi penyusun buku teks berbasis ESP di Indonesia.
Dimotivasi oleh kurang cocoknya buku teks yang ada di pasaran dengan kebutuhan Lembaga Indonesia-Amerika LIA, Els Herman 2001 menelaah buku teks yang
ada di LIA. Hasilnya menunjukkan bahwa buku teks yang ada tidak ada yang sesuai persis dengan visi pengajaran bahasa Inggris di LIA. Peneliti menyarankan para
guru dan institusi untuk menyusun buku teks sendiri sehingga visi, misi institusi serta berbagai kepentingan lain dapat diakomodasi dalam buku teks.
Di lingkungan SMK, program penyusunan buku teks yang terdokumentasi adalah yang diprakarsai oleh Dikmenjur pada bulan Juli tahun 2000 di Jakarta
Hendraswari, dkk 2000. Program ini melibatkan sekitar 40 guru bahasa Inggris pilihan dari seluruh propinsi di Indonesia. Program yang dinamakan Workshop
Penyusunan Buku Teks Bahasa Inggris ini dilaksanakan secara kerja tim. Target tiga jilid buku masing-masing untuk kelas 1, 2 dan 3 SMK tercapai karena setiap jilid
dikerjakan oleh tim penulis yang beranggotakan 13-15 guru. Tiap tim didampingi beberapa tenaga editor, konsultan bahasa dan tim teknis sehingga hasilnya layak
terbit. Pendekatan yang diterapkan dalam tim ini adalah diskusi kelompok,
eskplorasi serta prentasi kelompok. Berkat pengalaman para guru, penyusunan buku teks tersebut berjalan dengan lancar. Buku teks yang dihasilkan terdiri dari tiga jilid
commit to user
86
dan diberi nama Global Access to the World of Work. Cetakan kedua buku tersebut untuk kelas 1, 2 dan 3 SMK didistribusikan ke semua SMK di Indonesia.
Dari segi objek penelitian, Penelitian Askar 2005, Spiropoulou 1996, Mason 1994 dan Els Herman 2001 mempunyai kesamaan dengan desertasi R
D ini karena semua meneliti buku teks atau bahan ajar berbasis ESP; pengajaran bahasa Inggris untuk tujuan khusus. Semua penelitian mengikuti prinsip
pengembangan materi menurut ESP yaitu mulai dengan needs analysis kemudian dilanjutkan dengan tahapan pengembangan. Program yang dilaksanakan Dikmenjur
adalah proyek pengembangan buku teks, dan bukan penelitian. Beberapa perbedaan penelitian di atas dengan disertasi ini adalah pada
tingkatan subjek yang diteliti dan pendekatan penelitian yang dipakai. Tiga peneliti pertama melibatkan mahasiswa perguruan tinggi; peneliti keempat melibatkan
peserta program pendidikan nonformal; program Dikmenjur hanya melibatkan guru bahasa Inggris SMK; sedangkan disertasi R D ini melibatkan siswa SMK dan
gurunya. Perbedaan kedua adalah pada jenis penelitian yang dipakai. Program
Dikmenjur hanya program penyusunan buku teks dan bukan penelitian. Jika keempat peneliti pertama di atas menggunakan survey dan pengembangan berbasis
ESP, disertasi ini menggunakan R D. Meskipun tujuannya sama, yaitu pengembangan atau penyusunan buku teks berbasis ESP, disertasi ini menerapkan
tiga tahapan penelitian; eksplorasi, pengembangan dan pengujian. Rangkaian tahapan penelitian R D ini menghasilkan buku teks yang tidak saja lebih unggul
dibandingkan dengan bahan ajar yang biasa dipakai guru, tetapi juga sesuai
commit to user
87
digunakan di kelas. Pelaksanaan R D yang melibatkan banyak fihak secara aktif, khususnya guru kelas, sekaligus melibatkan mereka dalam proses penguatan
kompetensi profesional mereka sebagai guru bidang studi bahasa Inggris.
C. Kerangka Berpikir