commit to user
ii
179
179 tidak atau belum menerapkan KTSP. Dengan demikian upaya peningkatan mutu
pendidikan melalui penyempurnaan kurikulum belum efektif. TBW juga menilai bahwa pemberian keleluasaan bagi guru untuk menentukan
buku teks yang sesuai dengan pencapaian tujuan kurikuler serta kondisi setempat sangat dilematis. Dalam wawancara, TBW menyatakan bahwa pemerintah nampaknya
tidak siap menyediakan buku teks. Pengadaan buku teks yang diserahkan kepada guru atau penerbit akan menimbulkan banyak masalah. Hal ini, pertama, karena
kebanyakan guru dinilai belum mampu menyusun buku teks yang baik, dan kedua, penerbit sering kali menggunakan paradigma yang berbeda dengan rambu yang
dirumuskan kurikulum dan guru. Namun demikian beberapa guru memandang bahwa pemakaian buku teks yang
beragam ini positif. AR, guru dan kepala sekolah salah satu SMKN di Wonosari, dan YK guru, penulis buku teks dan penyusun tes UN mata uji bahasa Inggris untuk SMK,
menilai kebebasan itu memberikan kesempatan kepada guru untuk benar-benar memilih buku teks yang sesuai dengan kondisi setempat sehingga guru merasa leluasa
mengembangkan kegiatan pembelajaran.
2. Muatan Buku Teks
Ketersediaan buku teks dalam proses pembelajaran bahasa Inggris di sekolah dinilai sangat penting karena muatan isinya menjadi dasar pengembangan kegiatan
pembelajaran. Unsur muatan ini menjadi kriteria utama pemilihan buku teks khususnya yang menyangkut kandungannya untuk mendukung pencapaian tujuan
kurikuler yang ditentukan. Rambu-rambu penyusunan KTSP menyebutkan bahwa keseluruhan muatan
tersebut harus memenuhi standar isi yang secara keseluruhan membentuk SKL. Untuk
commit to user
ii
180
180 mencapainya, rumusan SKL perlu dijabarkan ke dalam serangkaian KD dan SK.
Materi pembelajaran yang mendukung tercapainya SKL tersebut terdiri dari serangkaian fungsi bahasa beserta unsur leksikogramatika pendukung, tema yang
disesuaikan dengan konteks kebutuhan serta beragam jenis tidak komunikasi dalam keempat keterampilan bahasa. Alur pemikiran tersebut diterapkan TBW dalam
memilih Interchange sebagai buku teks di sekolahnya. Berikut penjelasannya dalam wawancara “...SKL itu kami perhatikan…lalu kami cari-cari…materi yang paling
lengkap…sehingga kami memilih buku ini…” W: 11. Pernyataan yang sama diungkapkan semua guru yang diwawancarai bahwa pemilihan buku teks seharusnya
didasarkan atas rumusan SKL yang merupakan perumusan tujuan kurikuler. Pada praktiknya, guru cenderung memilih langkah yang lebih praktis dalam
memilih buku teks melalui pencermatan kompetensi sasaran berdasarkan rumusan kurikulum. Berdasarkan kompetensi ini dipilih materi yang mendukung
berlangsungnya proses pembelajaran yang mengarah pada pencapaian tujuan pembelajaran sesuai dengan rumusan kurikulum. Alur pemikiran tersebut diterapkan
banyak guru dalam proses penyusunan bahan ajar. YK, penyusun buku teks yang kebanyakan dipakai di berbagai SMK di Yogyakarta dan sekitarnya, menyatakan
bahwa proses penyusunan buku teks yang diterapkan bermula dari pencermatan rambu-rambu kurikulum yang berlaku. Rambu utama—yakni tuntutan kompetensi
yang harus dicakup dalam proses diklat—dijadikan kerangka dasar buku teks yang diisi dengan unsur leksikogramatika dan topik yang diperlukan.
Temuan di atas menunjukkan bahwa guru menyadari peran kurikulum dalam pemilihan buku teks, bahwa kurikulum menjadi acuan pemilihan buku teks. Dengan
rambu-rambu tersebut pemilihan buku teks harus memperhatikan potensi kegiatan pembelajaran yang dapat dikembangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran seperti
commit to user
ii
181
181 yang dituntut kurikulum. Meskipun demikian, dalam pelaksanaan proses pembelajaran
tidak sedikit guru yang menerjemahkannya dengan cara memberi penekanan pada pengembangan unsur bahasa dan atau keterampilan bahasa tertentu dari pada
pengembangan kompetensi komunikasi. Pemahaman ini mempengaruhi pemilihan buku teks yang menempatkan kedua tujuan tersebut—pengembangan keterampilan
berbahasa dan pengembangan unsur kebahasaan—sebagai indikator. Fenomena tersebut dikuatkan oleh TBW. Dalam menanggapi kenyataan masih
banyaknya guru yang menggunakan GA, beliau menyebutkan bahwa selain karena buku teks tersebut disediakan oleh Dikmenjur untuk semua SMK, muatan vocabulary
dan grammar yang ada masih relevan dipakai sebagai materi pembelajaran. Disamping penguasaan unsur kebahasaan, guru juga menilai pengembangan
keterampilan berbahasa penting. Fenomena tersebut menjadi suatu kecenderungan yang berkembang diantara para guru SMK. LS, guru senior di SMKN Wilayah Bantul
mengatakan dalam wawancara “... guru menggunakan campuran, dengan berbagai bahan sumber yang dirasa sesuai. Misalnya kalau speaking, diambilkan dari satu
sumber dan kalau grammar diambilkan dari sumber yang lain” W:1: 9. Praktik tersebut juga diakui oleh KLS karena tugas yang dibebankan untuk
mengajar keterampilan bahasa lisan akan efektif jika menggunakan buku teks tertentu. Kecenderungan pengembangan keterampilan bahasa lisan telah menjadi suatu
kebutuhan yang berkembang di kalangan SMK. Fenomena ini terkait dengan model evaluasi pembelajaran yang diterapkan yang menuntut siswa berunjuk kerja dalam
bentuk mendengarkan teks atau dialog dalam tes listening. Selain dalam TOEIC test, listening juga menjadi salah satu bagian UN. Mengingat penyebab utama rendahnya
prestasi siswa dalam tes bahasa Inggris adalah lemahnya listening siswa, banyak kepala sekolah meminta guru untuk meningkatkan pengembangan listening skills
commit to user
ii
182
182 siswa. Untuk memenuhi tuntutan tersebut, guru berupaya memilih buku teks yang
tepat agar siswa mencapai tujuan pembelajaran yang dituntut. Dalam wawancara TBW lebih lanjut menyatakan “...siswa SMK itu juga diukur kompetensinya melalui
TOEIC…karena buku Interchange itu juga mengacu…ke sana ….jadi kami ada satu buku untuk dua target. Target UN sama target TOEIC” W: 3.9.
Pengembangan kompetensi tersebut dapat dilakukan dengan melibatkan pembelajaran unsur-unsur leksikogramatika, fungsi bahasa serta tema yang terkait
untuk mengungkapkan kompetensi tersebut. Dengan demikian, proses pembelajaran unsur-unsur kebahasaan di atas dapat dilaksanakan secara terpadu. Pemahaman ini
tercermin dalam pemilihan buku teks yang memungkinkan mereka mencapai tujuan tersebut.
Bukti di atas menunjukkan bahwa kriteria utama pemilihan buku teks adalah kesesuaiannya dengan tututan kurikulum yang dinyatakan dalam bentuk
pengembangan seperangkat kompetensi berbahasa yang diperlukan. Penerapannya yang dilakukan sebagian guru adalah melalui pengembangan keempat keterampilan
berbahasa, serta pengembangan penguasaan grammar dan vocabulary secara terpisah. Sebagian guru lain berusaha untuk mengembangkan kompetensi berbahasa melalui
pembelajaran semua unsur kebahasaan di atas secara terpadu dalam bingkai pengajaran fungsi bahasa.
3. Penyajian Muatan Buku Teks