Model Innatist Pembelajaran Bahasa

commit to user 23 dilaksanakan di laboratorium bahasa sehingga guru dapat menggunakan rekaman ujaran penutur asli atau native speaker seagai model bahasa yang menjadi sasaran pembelajaran serta melakukan pengulangan drill model ujaran tersebut dengan intensitas yang cukup untuk membantu pembelajar mengembangkan kebiasaan baru berkomunikasi dalam bahasa Inggris yang benar.

b. Model Innatist

Teori kedua disebut innatist yang menganggap pada dasarnya proses pembelajaran bahasa adalah aktualisasi potensi kebahasaan yang dibawa anak ketika lahir. Berbeda dengan pandangan behaviorist yang menganggap hakikat semua bentuk pembelajaran sama, teori ini memandang proses pembelajaran bahasa berbeda jika dibandingkan dengan proses pembelajaran bidang lain karena anak memiliki potensi khusus yang dilengkapi dengan perangkat yang khusus untuk memproses bahasa. Menurut teori innatist, bawaan ini sangat berperan dan menentukan proses pembelajaran bahasa. Hal ini digambarkan Larsen-Freeman dan Long 1991: 227 sebagai “an innate biological endowment that makes learning possible”, yaitu potensi atau bakat yang dibawa anak sejak lahirlah yang memungkinkan proses pembelajaran terjadi. Perangkat khusus tersebut digambarkan sebagai language acquisition device LAD yang berarti perangkat yang berfungsi khusus untuk memproses bahasa Brown, 2007: 28-29. Perangkat ini digambarkan berisi “abstract representation of universal rules” yaitu semacam embrio potensi kaidah-kaidah bahasa yang semesta yang disebut universal grammar UG dan menjadi modal dasar dalam proses pembelajaran bahasa. Dengan perangkat ini, semua bentuk pemajanan bahasa commit to user 24 language exposure dan masukan kebahasaan linguistic input menjadi komponen utama dalam membentuk kompetensi berbahasa anak. Teori ini menyatakan bahwa pada dasarnya hakikat bahasa adalah rule- governed creativity Brown, 2007: 219 atau seperangkat sistem kreativitas yang diatur oleh kaidah. Pada tataran kebahasaan ada tataran fonologi, morfologi, sintaksis, dan wacana yang masing-masing mempunyai kaidah tersendiri. Pada tataran pragmatik, tiap ranah pemakaian bahasa diterapkan secara integratif untuk mendukung tercapainya komunikasi. Proses pembelajarannya digambarkan Goh dan Silver 2004: 34 sebagai “discovering the underlying abstract representations or rules of the specific language from among all possible rules of languages universally”, yaitu upaya anak mencoba menemukan kaidah bahasa yang telah mereka miliki tersebut melalui serangkaian uji-coba atau hypothesis testing tentang bentuk apa yang tepat digunakan dalam konteks berbahasa tertentu. Pemakaian istilah discovering di atas mengisyaratkan bahwa dalam proses tersebut anak berperan aktif dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Orang-orang yang lebih dewasa yang tinggal di lingkungannya berperan sebagai faktor pendukung untuk memperoleh masukan atau linguistic input. Teori ini dinamakan innatist karena faktor bawaan anak dinilai sebagai penentu dalam proses pembelajaran bahasa. Penerapan teori ini dalam proses pengajaran bahasa asing dapat dilihat dalam metode Natural Approach Richards, 2002; Krashen, 1981; dan Krashen dan Terrel, 1983. Metode pengajaran bahasa ini mengutamakan pengembangan kemampuan berbahasa sebagaimana yang terjadi pada anak kecil ketika belajar bahasa ibu dalam konteks yang kehidupan sehari-hari. Dalam proses tersebut pembelajar dihadapkan pada berbagai input kebahasaan dalam konteks berbahasa yang sesungguhnya. commit to user 25 Secara bertahap pembelajar dituntun dan diberi kesempatan untuk mengembangkan kemampuan memahami ujaran lawan tutur serta kesempatan untuk membuat ujaran- ujaran yang dapat difahami oleh lawan tutur. Melalui serangkaian kegiatan uji-coba pembelajar diharapkan mampu mengenali dan akhirnya menguasai bentuk-bentuk bahasa yang sesuai dengan konteks.

c. Model Interactionist