Peran Buku Teks Buku Teks

commit to user 64 memandangnya sebagai kebulatan suatu variasi bahasa tertentu dengan fitur yang sesuai dengan kondisi anak–pembelajar. Tomlinson melihat hakikat bahan ajar dari fungsinya sebagai alat pendukung proses pembelajaran bahasa serta bentuk bahan ajar yang sering digunakan adalah buku teks. Dokumen penataran guru dalam rangka diseminasi dan penerapan kurikulum bahasa Inggris 2004 menyebutkan istilah buku teks sebagai “seperangkat materi yang disusun secara sistematis sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar” Depdiknas, 2004. Adapun kelengkapan buku teks yang dikembangkan menurut kurikulum 2004 mencakup 1 petunjuk belajar, 2 kompetensi yang akan dicapai, 3 informasi pendukung, 4 latihan-latihan, 5 petunjuk kerja, dan 6 evaluasi. Format buku teks ini dirancang sedemikian rupa untuk memudahkan guru mengembangkan proses pembelajaran di kelas sehingga siswa dapat mengembangkan kompetensi yang dituju. Berdasarkan kajian di atas, istilah buku teks yang digunakan dalam penelitian ini adalah suatu bentuk kumpulan bahan ajar tertulis pilihan yang sengaja disusun untuk mendukung pencapaian tujuan program pembelajaran bahasa Inggris di SMK sehingga pengalaman belajar yang dilakukan oleh siswa efektif dalam mengembangkan kompetensi sasaran. Unsur yang tercakup dalam buku teks ini meliputi fungsi bahasa, lexicogrammar, jenis teks genre, dan topik yang berkaitan dengan kompetensi yang akan dikembangkan dalam tiap unit.

b. Peran Buku Teks

Salah satu komponen pendukung proses pembelajaran dalam bagan 2.2 adalah buku teks yang berperan sebagai salah satu pendukung pengembangan kualitas variabel proses yang hakikatnya adalah interaksi guru siswa di kelas. Dalam commit to user 65 proses tersebut buku teks berfungsi sebagai dasar pengembangan kegiatan pembelajaran atau pengalaman belajar Tomlinson, 2008: 5. Dengan adanya buku teks yang memadai proses pembelajaran dapat dikembangkan terarah pada pencapaian tujuan pembelajaran. Argumentasi tersebut selaras dengan pendapat Richards 2000; 129-130 bahwa “For teachers and learners, the textbook provides a map that lays out the general content of lessons and a sense of structure that gives coherence to both individual lessons as well as an entire course”. Artinya bahwa bagi guru dan siswa, buku teks menyediakan peta yang memberi gambaran tentang isi pelajaran secara umum serta pola pembelajaran yang menyelaraskan kegiatan tiap pelajaran dengan keseluruhan proses pembelajaran. Dengan demikian keberadaan buku teks yang baik akan sangat wewarnai pengembangan proses pembelajaran yang efektif. Dengan menggunakan istilah coursebook, Cunningsworth 1995: 25 menyatakan bahwa fungsi bahan tersebut adalah “ as a resource in achieving aims and objectives that have already been set in terms of learners’ needs”, yaitu sebagai sumber dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirancang untuk keperluan para pembelajar. Senada dengan Richards dan Cunningsworth, Tomlinson 2008: 4 menekankan pentingnya buku teks yang disebutnya sebagai materials sebagai “…that materials for learners at all levels must provide exposure to authentic use of English through spoken and written texts with the potential to engage learners cognitively and affectively” bahwa bahan ajar menyediakan pemajanan pemakaian bahasa Inggris yang autentik melalui teks lisan dan tertulis yang dapat dipakai untuk melibatkan pembelajar secara kognitif dan afektif. Argumentasi ini ditekankan Tomlinson karena kegiatan tersebut yang dapat membantu pembelajar menguasai bahasa sasaran dengan efektif. commit to user 66 Brown 2001: 136. menyebutkan fungsi utama buku teks, yang disebut materials, sebagai pendukung pengembangan kegiatan dalam proses pembelajaran. Dikatakan “...much of the richness of language instruction is derived from supporting materials” yang artinya kebanyakan pengajaran bahasa yang kaya dikembangkan dari bahan ajar pendukung. Ada kalanya guru mampu mengajar dengan teknik tertentu tanpa buku teks. Namun, dengan dukungan buku teks yang memadai guru akan mampu mengembangkan kegiatan pembelajaran yang lebih baik sehingga pengalaman itu dapat berfungsi lebih efektif. Pentingnya buku teks dalam proses pengajaran bahasa juga disampaikan Jack Richards 2002: 251 sebagai “Teaching materials are a key component in most language program. ... instructional materials generally serve as the basis for much of the language input learners receive and language practice that occurs in the classroom”. Kutipan tersebut menyatakan bahwa buku teks bahan ajar merupakan fungsi utama dalam proses pembelajaran bahasa. Bahan ajar biasanya berfungsi sebagai sumber language input yang dipelajari siswa di kelas. Dengan bahan ajar yang tersedia, siswa dapat melakukan serangkaian latihan berbahasa di kelas, baik secara mandiri, berpasangan atau berkelompok. Diharapkan dengan masukan yang cukup dan terstruktur, serta tersedianya bahan ajar upaya pengembangan kompetensi pembelajar melalui proses pembelajaran akan berjalan dengan lebih efektif. Lebih lanjut Richards dan Rogers 2002: 30 juga menyatakan pentingnya peran bahan ajar dalam proses pembelajaran bahasa sebagai: The role of instructional materials within a method or instructional system will reflect decisions concerning the primary goals of materials e.g. to present content, to practice content, to facilitate communication between learners, or to enable learners to practice contents without help of teachers. commit to user 67 Artinya bahwa peran bahan ajar adalah sebagai wahana untuk menyajikan isi atau unsur-unsur bahasa yang dipelajari serta wahana untuk mengembangkan aktifitas pembelajaran bahasa di kelas. Selain berfungsi sebagai sumber kegiatan pembelajaran, bahan ajar juga menginformasikan hakikat utama tujuan atau fokus bahan ajar itu disusun seperti memberi kesempatan pembelajar untuk berlatih dan mempraktikkan unsur-unsur tersebut dalam bentuk komunikasi baik dalam kegiatan yang terbimbing oleh guru maupun dengan teman sekelas. Bagi guru yang pengalaman mengajarnya belum banyak, buku teks memberi tuntunan yang sangat berguna. Richards 2000: 130 mengatakan “Another view of the value of textbooks is that textbooks and teachers’ manuals can help inexperienced teachers develop skills in teaching… and also serve as teacher training manuals for inexperienced teachers”. Dengan adanya buku teks yang baik, guru yang belum berpengalaman dapat mengembangkan keterampilan mengajarnya serta dapat berfungsi sebagai pedoman dalam meningkatkan dirinya. Senada dengan Richards, Tomlinson 2008: 4 menyatakan bahwa satu di antara beberapa peran buku teks adalah sebagai kurikulum tersembunyi yang memberi arah proses pembelajaran. Tidak semua buku teks memberi mendukung proses pembelajaran. Richards 2000: 125-140 menunjukkan bahwa buku teks dapat membantu atau menganggu proses pembelajaran. Contoh yang diberikan Tomlinson 2008: 3 adalah bahwa buku teks yang isinya tidak sesuai dengan kebutuhan proses pembelajaran dapat menyebabkan gagalnya pembelajaran. Buku teks yang baik dapat diidentifikasi dari beberapa fitur yang dikandung Richards, 1999: 15; Tomlinson, 2003: 7-22. Dua di commit to user 68 antara delapan ciri buku teks yang baik yang dirumuskan Tomlinson adalah bahwa buku teks seharusnya: 1 “...provide the learners with opportunities to use the target language to achieve communicative purposes”, yaitu memberi kesempatan pembelajar untuk belajar menggunakan bahasa sasaran untuk mencapai tujuan komunikasi. 2 “...maximize learning potentials and provide opportunities for outcome feedback”, yaitu memaksimalkan potensi pembelajaran serta memberi kesempatan pada pembelajar untuk memperoleh masukan atas pengalaman belajarnya. Inti dari kedua ciri di atas adalah bahwa tanpa latihan berkomunikasi yang cukup pembelajar akan menghadapi kesulitan jika dihadapkan pada situasi ketika dia harus berkomunikasi dalam konteks pemakaian bahasa yang sesungguhnya. Dalam latihan tersebut, pembelajar perlu memperoleh masukan mana di antara bentuk yang mereka buat efektif dan mana yang tidak efektif. Dengan pengalaman tersebut pembelajar akan memperoleh pengalaman yang sesuai dengan kenyataan dalam berbahasa. Relatif pentingnya bahan ajar terletak pada konteks pembelajaran. Dalam konteks pengembangan kompetensi wicara atau oracy dalam pembelajaran bahasa ibu misalnya, bahan ajar yang terstruktur mungkin tidak atau kurang diperlukan, sedangkan pada pengembangan keterampilan bahasa tulis atau literacy tersedianya bahan ajar dengan kualitas yang memadai sangat mutlak diperlukan. Model pengajaran dan atau metode pengajaran yang dikembangkan juga menentukan. Pengajaran yang menggunakan model pembelajaran berdasarkan tugas atau “task- based learning-teaching” Nunan, 2006 mutlak memerlukan bahan ajar yang dirancang secara teliti, namun berbeda kondisinya dalam pengajaran yang commit to user 69 menerapkan metode direct method yang dapat memaksimalkan lingkungan yang ada di sekitar proses pembelajaran. Dengan demikian meskipun peran bahan ajar dalam konteks pembelajaran bahasa sangat penting, keragaman konteks pembelajaran yang terbentuk menentukan keragaman tuntutan atau ketergantungan terhadap bahan ajar yang ada. Lingkup, fungsi serta karakteristik bahan ajar di atas merupakan rambu-rambu untuk merancang dan mengembangkan bahan ajar yang baik demi pencapaian tujuan pembelajaran yang diinginkan. Selain tersedianya bahan ajar yang baik pencapaian tujuan tersebut perlu didukung dengan pemilihan metodologi yang tepat. Hal ini ditegaskan Clark dalam Nunan, 1994:15 “certain ends have to be reached through specification of content and methodology”, bahwa beberapa tujuan pembelajaran tertentu harus, atau hanya dapat, dicapai melalui pemilihan bahan ajar dan metode pengajaran. Senada dengan ini, Richards dan Rogers menempatkan peran bahan ajar yang disebut dengan text book berada dalam dalam payung procedure Richards dan Rogers, 2002: 33 sehingga pembahasannya seharusnya dikaitkan dengan kurikulum. Jika dianalisis secara lebih jauh, pernyataan Clark dalam Nunan, 1994, Richards dan Rogers 2002, dan Richards 2002 melengkapi apa yang diperlukan dalam upaya menciptakan situasi interaksi antara guru, pembelajar serta buku teks. Tujuan pendidikan yang dirumuskan dalam kurikulum hanya dapat dicapai melalui serangkaian pengalaman belajar yang dilakukan oleh pembelajar. Jika tujuan tersebut berbentuk seperangkat kompetensi, pengalaman belajar yang perlu dilakukan adalah semua kegiatan yang dilakukan pembelajar, baik dengan atau tanpa pendampingan guru, untuk mengembangkan kompetensi tersebut tergantung kondisi pembelajaran yang ada. Perbedaan ini berpengaruh terhadap tingkat kebutuhan buku commit to user 70 teks. Sebagai contoh, konteks pembelajaran bahasa terstruktur atau instructed language learning context mutlak memerlukan buku teks yang baik, sedangkan konteks pembelajaran bahasa alamiah atau naturally occuring language acquisition relatif tidak tergantung pada ketersediaan buku teks. Konteks pengembangan membaca mutlak memerlukan buku teks yang tersusun sistimatis, sedangkan pengembangan keterampilan wicara tidak. Demikian juga proses pembelajaran yang terstruktur; bukan proses pemerolehan bahasa secara alamiah, perlu dirancang dan dikembangkan agar kegiatan yang dikembangkan lebih efektif mencapai tujuan yang ingin dicapai. Dalam proses tersebut pemilihan dan penyusunan buku teks yang baik akan mendukung pengembangan pengalaman belajar yang berkontribusi terhadap tingkat pencapaian tujuan yang ingin dicapai.

c. Penyusunan Buku Teks