141, yaitu suatu metode pengajaran yang mengutamakan pengembangan

commit to user 55 KTSP lebih menegaskan akan pengembangan dan pemakaian bahasa sasaran dalam berinteraksi di kelas dalam kegiatan yang bermakna bagi siswa. Artinya, ciri-ciri pembelajaran yang dikembangkan menurut CLT juga diterapkan dalam pembelajaran bahasa Inggris di SMK.

f. Compentency Based Language Teaching CBLT

CBLT adalah suatu metode pengajaran bahasa asing yang dikembangkan berdasarkan prinsip the Competency Based Education CBE Richards dan Rogers,

2002: 141, yaitu suatu metode pengajaran yang mengutamakan pengembangan

seperangkat kompetensi tertentu sebagai hasil proses pembelajaran. Asumsi dasar penyusunan metode ini adalah bahwa pembelajaran yang efektif dapat diciptakan dengan menyempurnakan silabus, bahan ajar dan kegiatan pembelajaran serta memodifikasi peran pembelajar dan guru. Dalam pengajaran bahasa, yang dimaksudkan dengan learning goal menurut CBLT adalah “...precise measurable descriptions of the knowledge, skills, and behaviors students should possess at the end of a course of study” Richards dan Rogers, 2002:141. Artinya adalah bahwa tujuan pembelajaran adalah deskripsi pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang seharusnya dimiliki pembelajar secara tepat dan terukur pada akhir suatu masa pembelajaran. CBLT khusus dirancang sebagai suatu metode pengajaran yang mengutamakan pengembangan seperangkat kompetensi berbahasa tertentu yang dinilai perlu dikuasai siswa agar mereka mampu untuk mandiri berfungsi di masyarakat. Lebih khusus Grognet dan Crandall dalam Richards dan Rogers, 2002: 142 mendefinisikan CBLT sebagai “ a performance outline of language tasks that lead to a demonstrated mastery of language associated with specific skills that are commit to user 56 necessary for individuals to function proficiently in the society in which they live”, yaitu suatu kerangka unjuk kerja tugas berbahasa yang dapat menunjukkan penguasaan bahasa yang terkait dengan keterampilan khusus yang penting bagi pembelajar agar dapat berfugsi dengan baik di masyarakat. Dalam definisi ini kompetensi berbahasa dirumuskan secara khusus menyangkut peran khusus apa yang akan atau dapat mereka lakukan nanti dalam kehidupan sesungguhnya di masyarakat. Dari gambaran di atas, diyakini bahwa CBLT sangat tepat diterapkan pada situasi kelas bahasa asing yang siswanya ditutut untuk mempunyai kompetensi dan peran khusus di lingkungan tertentu. Dari deskripsi peran yang nantinya diharapkan siswa mampu melakukannya, aspek dan keterampilan berbahasa yang benar-benar sesuai untuk melaksanakan peran tersebut dapat dirancang sebelumnya dengan akurat. Selanjutnya bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan tersebut, baik yang menyangkut kaidah bahasa, kosa kata serta aspek bahasa tertentu seperti jenis text tertentu dapat disiapkan sebagai bahan pembelajaran. Bahan-bahan tersebut biasanya dituangkan dalam bentuk tasks atau tugas komunikatif. Jika siswa mampu melaksanakan tugas-tugas tersebut mereka dinilai berhasil mengembangkan aspek kebahasaan khusus yang dituangkan dalam unit bahan ajar tersebut. Hal ini juga perlu didukung oleh sistem assessment yang mengutamakan pengembangan kompetensi tertentu yang disebut criterion-based assessment procedures. Sistimatika ini yang dituangkan ke dalam kurikulum pembelajaran Docking dalam Richards dan Rogers, 2002: 144. Auerback dalam Richards dan Rogers, 2002:145-146 dan Richards 2006: 13 merumuskan delapan fitur CBLT sebagai berikut. commit to user 57 1 Mengutamakan keberhasilan anak didik untuk dapat berfungsi di masyarakatnya dengan berhasil. Tujuan utama penyusunan CBLT adalah sebagai sarana untuk menyiapkan anak didik atau pembelajar agar mereka memiliki seperangkat kompetensi yang dibutuhkan di masyarakat sehingga mereka mampu dan berhasil bermasyarakat secara aktif dan produktif. Dengan demikian anak akan menjadi pribadi yang mandiri karena mampu mengatasi permasalahan dan memenuhi tuntutan di dunia mereka. 2 Mengutamakan pengembangan kecakapan hidup, khususnya melalui bahasa. Prinsip pengajaran melalui CBLT menitik beratkan pada pengembangan kompetensi berbahasa yang diperlukan untuk mampu bermasyarakat dengan efektif. Kompetensi berbahasa ini terkait dengan tugas-tugas konkrit dalam menjawab berbagai permasalahan dalam kehidupan mereka nantinya. 3 Kegiatan pembelajaran yang bertujuan untuk melalukan tugas unjuk kerja. Dalam CBLT, kegiatan pembelajaran disusun dalam bentuk tugas unjuk kerja berkomunikasi. Dengan melakukan tugas tersebut pembelajar belajar mengembangkan kompetensi sasaran yang direncanakan sebagai jalan untuk mencapai tujuan pengajaran secara keseluruhan. Dalam CBLT kegiatan pembelajaran diarahkan pada pengembangan keterampilan yang bersifat perilaku dan bukan sekedar pengetahuan. 4 Pengajaran berdasarkan bahan ajar yang disusun berbentuk modul. Dalam bentuk ini tiap unit dan sub unit bahan ajar dirancang sebagai suatu kesatuan yang dapat diselesaikan oleh anak sebagai prasarat untuk mengerjakan bahan berikutnya. Format ini dinilai memudahkan siswa mempelajari tiap tugas dan memudahkan guru memonitor perkembangan siswa berdasarkan sub-kompetisi yang telah dikembangkan. commit to user 58 5 Hasil pembelajaran dibuat nyata dan dapat dibandingkan dengan tujuan yang direncanakan semula. Hasil pembelajaran dinilai sebagai kemampuan yang dapat diamati atau transparan bagi publik, pembelajar dan guru. Karena tujuan itu dapat diamati, siswa harus menyadari apa yang diharapkan dapat mereka kuasai. 6 Penilaian proses pembelajaran dilakukan terus menerus. Setiap saat guru perlu mengamati dan mengidentifikasi tingkat penguasaan atau kemajuan belajar siswa. Ini dilakukan berdasarkan unit tugas yang diselesaikannya yang mencerminkan kompetensi khusus yang telah dikuasainya. Penilaian biasanya menggunakan tes objectif dan kuantitatif. 7 Mengutamakan agar tujuan pembelajaran diungkapkan dalam bentuk unjuk kerja atau performance. Prinsip ini sesuai dengan prinsip-prinsip yang lain yang menuntut agar hasil pembelajaran dirumuskan dalam bentuk unjuk kerja yang sesuai dengan tuntutan kehidupan mereka nanti. 8 Pengajaran yang bersifat individual dan berpihak pada kepentingan siswa. Sesuai dengan karakteristik bahan dan hakikat pembelajaran, pengajaran hendaknya dirancang lebih bersifat individu sesuai dengan kondisi dan kemampuan siswa. Kemajuan siswa sangat ditentukan oleh kemampuan diri sendiri yang dapat diamati melalui komptensi apa saja yang telah mereka kuasai berdasarkan bahan modul yang disusun. Berdasarkan prinsip-prinsip di atas dapat difahami bahwa orientasi CBLT dalam pengajaran bahasa Inggris mengutamakan perkembangan kompetensi komunikatif serta berpihak pada kepentingan pembelajar atau learner-centered sebagaimana yang dirancang CLT. Perbedaan antara CBLT dengan CLT adalah bahwa kompetensi yang dikembangkan dalam CBLT lebih khusus dan sangat commit to user 59 memperhatikan kebutuhan komunikatif pembelajar nantinya ketika mereka harus terjun ke masyarakat. Perbedaan yang lain adalah CBLT secara eksplisit menyebutkan format bahan ajar yang berbentuk modul sehingga memudahkan proses pembelajaran dan assessment. Berdasarkan deskripsi teoritis di atas, CBLT sangat tepat diterapkan dalam pengajaran bahasa Inggris di SMK. Penilaian ini didasarkan atas persamaan sistim pembelajaran di SMK dengan hakikat pembelajaran menurut CBLT. Kenyataan menunjukkan bahwa para guru bahasa Inggris di SMK merasa lebih mengenal istilah pendekatan komunikatif dari pada CBLT. Meskipun demikian, beberapa prinsip yang dikembangkan CBLT sebenarnya telah diterapkan dalam sistim diklat di SMK yang mengutamakan tercapainya kompetensi tertentu dalam proses pembelajaran. Untuk mengetahui tingkat efektifitas dan kualitas diklat para siswa diharuskan menempuh uji kompetensi untuk tiap mata diklat yang ditempuh di SMK. Pada tataran praktik kelas, guru cenderung menggunakan istilah tahapan pembelajaran bukannya metode pengajaran. Model yang lazim diterapkan adalah pre- while- dan post-teaching activities. Model pembelajan ini dapat dikenali dari model pembelajaran yang disebut Presentation Practice and Production PPP Richards dan Rogers; 2002: 47; Spratt, et al. 2005: 61-62; Tomlinson, 1990: 30; Tomlinson dan Masuhara, 2008: 176. Model pembelajaran ini menekankan pada kegiatan pembelajaran yang disusun dalam ketiga prosedur atau tahapan tersebut.

4. Buku Teks