Implikasi SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

commit to user 201 273 273 test terdapat perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar siswa yang menggunakan Bahasa Inggris Integratif untuk SMK dengan yang menggunakan LKS.

B. Implikasi

Belum adanya buku teks bahasa Inggris yang mencakup kedua jenis tuntutan—kurikuler dan dunia kerja—secara proporsional dan integratif dalam satu buku teks menyebabkan para guru harus menggunakan lebih dari satu buku teks. Selain tidak praktis, kelemahan praktik ini adalah bahwa penyajian kedua bahan tersebut cenderung tidak terintegrasi. Biasanya pembelajaran untuk memenuhi tuntutan kurikuler dilaksanakan secara bertahap mulai dari semester 1 sampai semester 5, sedangkan pemenuhan tuntutan sertifikasi dilakukan dengan pelatihan intensif di semester 6 dan atau semester 5. Cara belajar seperti ini membuat siswa merasa mempunyai dua beban belajar yang berbeda, meskipun kenyataannya mereka menghadapi tugas yang sama yaitu mengembangkan kompetensi bahasa Inggris. Kenyataan menunjukkan bahwa model pelatihan untuk mengerjakan tes TOEIC atau test-taking skills secara intensif dapat membuat para siswa merasa jenuh dengan cara belajar yang senada dan sangat membosankan. Kondisi ini yang disebut Krashen 1983 sebagai kondisi kelas yang cenderung meningkatkan affective filter yang menjadi penghalang proses pembelajaran. Tidak jarang sikap guru yang selalu menuntut siswa untuk meningkatkan skor perolehannya menyebabkan siswa tidak dapat belajar dengan efektif. Beban belajar siswa dapat jauh lebih ringan ketika kedua tuntutan tersebut diintegrasikan dalam satu buku teks. Dengan satu buku teks tersebut guru dapat menyajikan kedua tujuan tersebut dalam satu langkah pembelajaran yang commit to user 201 274 274 integratif. Salah satu keuntungan integrasi ini adalah menghemat waktu karena sekolah tidak perlu mengalokasikan waktu satu atau dua semester penuh khusus untuk memberikan pelatihan intensif untuk mengembangkan test-taking skills dengan mengerjakan TOEIC test. Waktu tersebut dapat digunakan untuk memperluas pengembangan kompetensi bahasa tanpa mengabaikan pelatihan mengerjakan TOEIC test. Ketika kedua tuntutan tujuan pembelajaran tersebut dapat diintegrasikan dalam satu buku teks, siswa dapat mempelajarinya dengan lebih baik. Dalam mempelajari unsur yang tercakup dalam TOEIC test, siswa dapat mempelajarinya secara bertahap dengan seiring dengan pengembangan KD yang menjadi tujuan pembelajaran. Selain hemat waktu, pengintegrasian yang tepat terbukti dapat memperkaya dan meningkatkan mutu bahan ajar yang tercermin dalam kualitas interaksi guru-siswa. Sebagai contoh, serangkaian media gambar yang sering kali terdapat di permulaan tiap unit bahan ajar biasanya hanya dipakai sebagai langkah pemanasan warming-up dan atau langkah untuk mengenalkan siswa pada topik yang akan dipelajari hari itu lead-in function. Dalam tahap penelitian pengembangan yang dilaksanakan untuk mengembangkan buku teks integratif yang mempunyai keunggulan dapat diamati bahwa serangkaian media gambar yang digunakan dalam proses pembelajaran terbukti sangat efektif melibatkan siswa dalam proses pembelajaran secara kognitif dan afektif. Kegiatan pembuka yang telah menarik perhatian siswa ini ternyata sangat efektif untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam keterampilan mendeskripsikan gambar picture description serta kemampuan siswa untuk belajar berbahasa dengan cara melakukan tanya-jawab secara lisan. Melalui transkrip yang ada dapat diamati bahwa kedua kompetensi tersebut dapat commit to user 201 275 275 dikembangkan dengan baik melalui teknik tebak gambar guessing game yang dikembangkan guru secara komunikatif dan integratif. Lihat Lampiran D.3.e. Bukti lain yang dapat diungkapkan dalam proses penelitian pengembangan adalah bahwa siswa terlihat lebih terlibat engaged ke dalam proses pembelajaran dengan buku teks integratif ini. Siswa kelihatan lebih bersungguh-sungguh dan serius mengikuti setiap task dalam proses pembelajaran. Kondisi serupa semakin tampak nyata dalam pelaksanaan uji coba terbuka dengan membandingkan kondisi dua kelompok belajar yang menggunakan buku teks yang berbeda. Siswa yang belajar dengan menggunakan buku teks integratif tampak lebih tekun dan serius dalam mengikuti pelajaran dari pada siswa yang belajar dengan menggunakan LKS. Jika siswa dalam kelas kontrol masih ada yang sibuk dengan kegiatannya sendiri selain berinteraksi dengan buku teks seperti berinteraksi dengan teman yang duduk di sebelahnya, atau masih sering guru harus mengulang-ulang perintah untuk melakukan tugas tertentu, kejadian serupa tidak ditemui di kelas eksperimen. Kualitas interaksi dalam proses pembelajaran ini juga tercermin pada prestasi pembelajaran bahwa siswa dari kelompok eksperimen mampu berunjuk kemampuan berdialog di depan kelas dengan lebih siap dan percaya diri dibandingkan mereka yang menggunakan LKS. Berdasarkan paradigma Dunkin dan Biddle lihat halaman 62, perbedaan ini dijelaskan sebagai konsekwensi kualitas proses pembelajaran atau variable process yang berkembang di kelas. Dari sudut pandang ini, kualitas kegiatan belajar yang terjadi di kelas eksperimen dan kelas kontrol berbeda karena kedua kelas tersebut menggunakan buku teks yang berbeda. Perbedaan buku teks ini menyebabkan berbedanya kualitas interaksi guru-siswa dan interaksi antar siswa di kedua kelas tersebut. Siswa yang belajar dengan menggunakan buku teks integratif commit to user 201 276 276 ini tampak lebih termotivasi dan serius mengikuti pelajaran bahasa Inggris dan melakukan tugas pembelajaran baik yang berbentuk latihan-latihan berkomunikasi maupun latihan yang bertujuan menguasai unsur kebahasaan dibandingkan dengan siswa dari kelompok yang menggunakan LKS biasa. Selain unsur buku teks, faktor siswa dan guru berkontribusi dalam pengembangan interaksi kelas yang efektif dalam rangka pengembangan kompetensi bahasa yang dituntut. Dari sudut siswa, perhatian mereka terhadap kegiatan pembelajaran tumbuh karena buku teks yang dipakai menarik, sesuai dengan kebutuhan mereka, bervariasi kegiatannya dan interaktif. Buku teks tersebut dapat meningkatkan motivasi mereka belajar bahasa Inggris. Siswa menyadari bahwa kegiatan pembelajaran yang dikemas dalam buku teks integratif tersebut relevan dengan kebutuhan mereka baik dalam menyelesaikan studi di SMK maupun memperoleh skor tinggi dalam TOEIC test. Salah satu mata diklat adalah mengikuti program PKL di perusahaan Industri Pariwisata. Beberapa kegiatan yang sering dilaksanakan adalah praktik guiding di tujuan wisata dan menjadi receptionist penerima tamu ataupun ticketing mengurusi masalah tiket di kantor perusahaan tersebut. Pelaksanakan berbagai kegiatan atau tugas dalam PKL tersebut memerlukan kompetensi bahasa Inggris yang memadai. Siswa yang kompetensi bahasa Inggrisnya rendah akan sulit menempuh PKL ini dengan baik. Pendidikan di SMK dibangun berbasis kompetensi. Sebagai konsekwensinya assessment hasil diklat juga dilakukan dengan menguji kompetensi mata diklat yang ditempuh untuk memperoleh sertifikasi kompetensi yang diperoleh. Berkaitan penilaian ini, siswa dihadapkan pada dua jenis ujian di commit to user 201 277 277 akhir masa belajar. Pertama adalah UN dan kedua adalah uji praktik atau sertifikasi. Dalam konteks diklat bahasa Inggris, sertifikasi yang dituntut adalah dengan mengikuti TOEIC test di tempat-tempat atau test centers yang ditunjuk. Siswa akan bangga jika memperoleh nilai TOEIC test yang tinggi karena selain kompetensinya tersertifikasi, sertifikasi ini dapat dipakai untuk mencari pekerjaan di perusahaan-perusahaan besar, biasanya perusahaan multinasional. Buku teks yang baik tidak dapat meningkatkan kompetensi bahasa Inggris siswa secara otomatis. Meskipun secara teoritis siswa dapat meningkatkan kompetensi bahasa Inggris mereka secara mandiri dengan buku teks yang baik, kenyataan menunjukkan bahwa buku teks hanyalah berfungsi sebagai alat untuk mengembangkan kegiatan pembelajaran di kelas. Untuk itu diperlukan guru yang berkompetensi tinggi untuk menyajikan buku teks tersebut sesuai dengan tujuan pembelajaran yang memungkinkan siswa mengembangkan kompetensi tersebut melalui berbagai pengalaman belajar di kelas sesuai dengan SK dan KD yang menjadi sasaran pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang memihak siswa, atau student centered, menuntut guru untuk mampu membuat berbagai persiapan seperti persiapan mengajar yang baik, menyiapkan berbagai media pembelajaran yang mendukung, serta mampu menggunakan model penyajian yang lebih dari sekedar menyampaikan apa yang ada dalam buku teks. Kegiatan pembelajaran tersebut menuntut komitmen dan dedikasi guru untuk betul-betul meluangkan waktunya untuk pengembangan kompetensi siswa. Kualitas diklat yang maksimal merupakan hasil dari upaya guru yang maksimal.

C. Manfaat Teoritis