Kualitas Bahasa Kriteria Pemilihan Buku Teks

commit to user ii 210 210 pada analisis kebutuhan siswa dalam konteks tertentu. Acuan kebutuhan yang digunakan GA adalah kurikulum bahasa Inggris tahun 1999, EVS mengacu pada KTSP tahun 2006, sedangkan Interchange mengacu pada tuntutan kompetensi komunikatif pembelajar bahasa Inggris secara umum. Dengan demikian meskipun penyusun ketiga buku teks tersebut menyatakan bahwa penyusunannya mengacu pada pengembangan konsep kompetensi komunikatif, manifestasinya dalam buku teks berbeda. Sebagian guru melihat lingkup isi buku teks sebagai unsur-unsur yang dapat diajarkan secara terpisah. Rasionalnya adalah bahwa setelah semua komponen diajarkan, diharapkan siswa mampu merangkum pengalaman belajarnya dalam tindak komunikasi yang sesungguhnya. Sebagian yang lain memandang bahwa pembelajaran perlu melibatkan siswa secara bertahap dalam pemakaian fungsi-fungsi bahasa dalam tindak komunikatif yang menuntut dukungan lexicogrammar yang memadai. Sudut pandang yang berbeda ini menyebabkan pemilihan buku teks yang dilakukan guru bervariasi meskipun tolok ukur yang digunakan sama, yaitu tuntutan kurikulum.

b. Kualitas Bahasa

Selain isi, kualitas bahasa juga dijadikan tolok ukur pemilihan buku teks. Berdasarkan kualitas bahasa, buku teks dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori; buku teks yang disusun native speaker dan buku teks yang disusun guru bahasa Inggris non-native speaker. Kategori pertama adalah bahan-bahan ajar yang disusun native speaker seperti Interchange, Breakthrough atau TOEIC Preparation. Kualitas bahasa yang digunakan dalam buku teks ini dinilai layak dipajankan dalam pembelajaran. Idealnya bahasa yang digunakan mencerminkan bahasa otentik atau authentic language sehingga buku teks tersebut layak dijadikan bahan pembelajaran commit to user ii 211 211 Richards, 2005. Kualitas tersebut tercermin dalam pemakaian susunan bahasa dalambentuk ungkapan-ungkapan yang terterima, idiomatik dan mudah difahami. Kategori kedua adalah buku teks terbitan lokal, seperti EVS dan GA, yang biasanya disusun guru yang bukan penutur asli. Bahasa yang digunakan dalam buku terbitan lokal biasanya mengandung bentuk-bentuk bahasa yang berbeda dengan bahasa native speaker. Karenanya kualitas bahasa buku teks tersebut dinilai kurang memadai sebagai bahan pembelajaran. Kualitas buku teks seperti ini sering dikhawatirkan dapat menjadi input yang kurang mendukung. Dalam wawancara Richards menyebutkan bahwa bahasa yang ideosyncratic berpotensi merusak isi atau “distort the content” yang dapat mewarnai hasil akir pembelajaran Richards, 2005. Sebagai ilustrasi berikut perbedaan kualitas bahasa yang digunakan dalam Interchange dan EVS. Tabel 4.11 Perbedaan Bahasa dalam Interchange dan EVS Interchange EVS Nick. How do you like your new apartment? Pam: I love it. It’s downtown, so it’s very convenient. Nick: Is there much crime? Pam: No, it’s pretty safe. Hold on. That’s my car alarm I’ll call you back later. Interchange I : 53 X : Is that Holil Sulaiman? Y : Yes, It is. X : Are you free for lunch tomorrow? Y : Of course I am. What time? X : Can you make it at one o’clock at the hotel president? Y : Yes, that’s fine, I’ll see you then. EVS 2: 64 Kedua dialog di atas menunjukkan perbedaan kualitas pemakaian bahasa. Dialog dalam Interchange mencerminkan pemakaian bahasa Inggris autentik. Jawaban Pam “I love it” terhadap pertanyaan “How do you like…” sangat alamiah dan tidak harus dengan “I like it very much”. Juga pemakaian kata downtown dan pretty safe memberi nuansa makna yang tepat yang menggambarkan kondisi setting terjadinya commit to user ii 212 212 percakapan. Sebaliknya pemakaian bahasa dalam EVS yang bernuansa interlanguage dapat dilihat dalam pemakaian kata the dalam susunan dan penulisa noun phrase “the hotel president”. Pertanyaan “Is that Holil Sulaiman?” dalam percakapan telpon terasa tidak lazim, dan seharusnya Is this…. Demikian juga, jawaban pertanyaan tersebut lazimnya Yes, it’s him dalam situasi resmi, bukannya yes, it is. Kualitas bahasa yang digunakan EVS seperti ini menjadikan beberapa guru memilih untuk tidak menggunakan buku teks yang disusun oleh rekan-rekan mereka. Mereka mencermati kualitas bahasa yang menjadi inti bahan yang akan dipelajari siswa. Jalan keluar yang diambil para guru adalah memilih bahan ajar impor yang disusun penutur jati natïve speaker karena kualitas bahasanya dinilai lebih sesuai dengan konteks yang ada. Fenomena ini biasanya berkembang di antara guru SMK Negeri yang reputasi pembelajaran bahasa Inggris dinilai baik. Agustien 2008 juga mencermati rata-rata kualitas bahasa buku teks yang disusun penyusun dalam negeri yang mayoritas berprofesi sebagai guru bahasa Inggris terletak pada kelemahan aspek pragmatiknya. Aspek ini membedakan kualitas bahasa native speaker dengan pemakai bahasa pembelajar bahasa yang merasa mampu untuk menyusun bahan ajar. Agustien menunjukkan contoh perbedaan ini dalam pemakaian genre bahasa yang sangat terasa dalam dialog. Dialog yang biasa dikembangkan dalam buku teks susunan orang Indonesia tidak menggunakan vernacular language sehingga bahasanya terasa kurang tepat. Dialog yang ada dalam tabel 4.11 menunjukkan perbedaan pemakaian genre bahasa yang tepat dan yang kurang tepat. Jack Richards menyatakan bahwa idealnya kualitas bahasa buku teks harus baik. Richards juga mengakui kemampuan berbahasa non-native speaker tidak sama dengan native speaker yang dapat mendeteksi semua kesalahan berbahasa yang digunakan dalam menyusun buku teks. Jalan keluar yang disarankan Richards bahwa commit to user ii 213 213 untuk memproduksi buku teks yang baik, semua pihak—penerbit, pengarang dan penyelia—bertanggungjawab terhadap kualitas bahasa yang diproduksinya. Salah satu bentuk tangung jawab ini adalah melibatkan native speaker sebagai penasihat bahasa atau linguistic advisor untuk memperbaiki kualitas bahasanya Richards, 2005. Selain itu, kondisi pembelajaran bahasa Inggris di SMK mencerminkan suatu kondisi kebutuhan bahasa yang spesifik. Berdasarkan tuntutan kurikulum, kondisi guru, siswa dan sekolah, pembelajaran bahasa Inggris di SMK berbeda dengan konteks yang lain. Berdasarkan kondisi tersebut, dapat diterima jika pemilihan buku teks juga mempertimbangkan saran Richards “.. that for many learners native-speaker usage is not necessarily the target for learning and is not necessarily relevant as the source for learning items” Richards, 2005:17, bahwa target kompetensi yang perlu dicapai siswa bukanlah kompetensi berbahasa sebagaimana native speaker. Dengan demikian buku teks yang dipakai rujukan pembelajar pun tidak perlu harus susunan native speaker. Keempat kriteria yang diterapkan guru dalam pemilihan buku teks sesuai dengan kriteria yang dirumuskan Cunningsworth 1995: 15-17 dan yang disarankan Richards 2006:258. Kesesuaian tersebut dapat diperiksa dalam tabel 4.12 berikut. Kriteria pertama pemilihan buku teks oleh guru adalah kesesuaian dengan tuntutan KTSP yang dirumuskan dalam bentuk SKL. Pemenuhan SKL mencerminkan pemenuhan kebutuhan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di sekolah. Dengan demikian kriteria ini sama dengan kriteria pertama Cunningsworth. Kompetensi berbahasa yang dirumuskan dalam SKL merupakan hasil analisis kebutuhan kebahasaan yang dihadapi siswa di tempat kerja nanti setelah mereka lulus SMK. Dengan demikian kriteria kedua Cunningsworth tercakup dalam ranah kriteria ini. commit to user ii 214 214 Tabel 4.12 Kriteria Pemilihan Buku Teks oleh Cunningsworth dan Guru Cunningsworth 1995 dan Richards, 2006 Pendapat Guru Correspondence to learner needs Sesuai dengan keperluan atau tuntutan siswa Reflecting the uses that the learners will make of the language. Mencerminkan kebutuhan pemakaian bahasa setelah tamat sekolah Kesesuaian dengan tuntutan KTSP Taking account of students’ needs as learners and facilitating their learning process. Mempertimbangkan dan memenuhi kebutuhan siswa dalam proses belajar bahasa Having a clear role as a support for learning. Memiliki peran jelas sebagai dukungan dalam pembelajaran Model sajian Quality of language Kualitas bahasa Mencukupi untuk menyiapkan siswa menghadapi ujian akhir. Kriteria kedua pemilihan buku teks yang digunakan guru adalah kualitas bahasa. Meskipun Cunningsworth tidak mencantumkan kualitas bahasa sebagai kriteria, Richards menyinggungnya sebagai suatu fitur bahan ajar yang layak dipakai sebagai sumber input pembelajaran Richards, 2005. Sebagaimana yang terjadi dalam skala internasional, guru bahasa Inggris di SMK juga mempunyai penilaian berbeda terhadap kualitas bahasa buku teks. Jika kondisinya menungkinkan guru memilih kualitas bahasa buku teks yang authentic, jika tidak mungkin mereka akan menggunakan bahan apapun yang tersedia. Kriteria ketiga yang digunakan sebagian guru dalam memilih buku teks adalah model sajian isinya. Hakikat kriteria ini adalah bahwa buku teks hendaknya mudah diterapkan di kelas oleh guru untuk mengembangkan kegiatan pembelajaran. commit to user ii 215 215 Penerapan ini didasarkan pada model sajian lingkup materi yang ada pada tiap unit serta penjenjangannya untuk semua unit. Kriteria ini berkaitan dengan pemakaian buku teks dalam pengembangan kegiatan pembelajaran di kelas. Jika dalam wawancara guru hanya mengungkapkan bahwa “buku teks hendaknya mudah diterapkan”, pernyataan ini mungkin berarti bahwa buku tersebut mudah digunakan untuk mengembangkan kegiatan pembelajaran siswa. Kriteria ini selaras dengan kriteria ketiga Cunningsworth tentang keperluan kegiatan pembelajaran siswa, guru dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran tersebut. Kriteria keempat yang digunakan Cunningsworth adalah peran buku teks yang jelas dalam proses pembelajaran. Artinya ada beberapa bagian buku teks yang seharusnya disediakan agar siswa belajar mandiri. Kriteria ini tidak terungkap dalam wawancara maupun angket. Namun demikian, ini tidak berarti bahwa kriteria tersebut tidak penting. Kenyataan menunjukkan masih sedikit guru SMK yang memberikan tugas-tugas mandiri dan rutin kepada siswa untuk belajar berkaitan dengan topik yang dipelajari di kelas secara terstruktur. Memang ada beberapa guru yang memberikan pekerjan rumah atau tugas baik itu kelompok maupun mandiri, namun tugas tersebut sebatas sebagai variasi atau kelengkapan dari suatu rangkaian pembelajaran yang tidak dapat dilaksanakan di kelas, biasanya, karena kendala alokasi waktu. Pemberian tugas mandiri yang terencana atau terstruktur tampak kurang dikembangkan dengan terencana. Kriteria terakir pemilihan buku teks oleh sebagian guru, yang tidak disebutkan Cunningworth, adalah kecukupannya dalam menyiapkan siswa mengikuti ujian akhir. Kriteria ini merupakan bentuk kekhawatiran guru maupun kepala sekolah tentang prestasi siswanya dalam ujian akhir, baik itu berupa UN maupun TOEIC test. commit to user ii 216 216 Meskipun dari lingkup materi, kriteria ini masuk dalam ranah kriteria pertama, kesesuaian dengan kurikulum, pengungkapan kriteria ini dipertegas dengan keperluan penyiapan ujian. Konsekwensi kondisi tersebut adalah guru cenderung memilih buku teks yang mengandung kegiatan pembelajaran yang mirip dengan permasalahan yang dihadapi siswa dalam tes-tes di atas. Fenomena ini memang diakui Richards sebagai suatu keniscayaan di lingkungan pendidikan formal sebagai berikut “high school English courses focus mainly on grammar and reading and on preparing students for a university entrance test” Richards, et al, 2006. Tes masuk perguruan tinggi yang disebutkan Richards sebagai salah satu tujuan penyusunan buku teks dapat disamakan dengan ‘ujian akhir’ atau tes TOEIC untuk siswa SMK. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa rumusan kriteria pemilihan buku teks yang disarankan Cunningsworth dan dilengkapi Richards dengan kriteria yang dirumuskan guru berbeda hanya pada tataran perumusan. Cunningsworth memandangnya dari kepentingan pembelajaran yang dilakukan siswa, sedangkan guru melihatnya dari perspektif mereka sendiri sebagai sosok yang mengembangkan kegiatan pembelajaran. Mengingat semua kriteria relevan dengan pemilihan buku, pemamakain semua menjadi satu kesatuan akan saling melengkapi. Rangkuman kriteria pemilihan buku dari gabungan kriteria Cunningsworth, Richards dan para guru dan penerapannya pada ketiga buku teks dapat disajikan dalam tabel 4.13 berikut. . commit to user ii 217 217 Tabel 4.13 Perbandingan Interchange, GA dan EVS berdasarkan Kriteria Pemilihan Buku Teks Buku Teks No Kriteria Interchange GA EVS 1 Kesesuaian de- ngan Kurikulum KTSP -Memuat semua kompetensi bahasa yang termuat dalam KTSP meskipun dengan perumusan berbeda - Beberapa kompetensi dalam KTSP yang tidak tercakup - Mengikuti dan mengembangkan daftar SK dan KD dalam KTSP 2 Kualitas Bahasa - Autentik dan idiomatic - Diwarnai dengan pemakaian bentuk- bentuk interlanguage -Diwarnai dng pe- makaian bentuk- interlanguage 3 Alur Penyajian Runtut dan mencerminkan alur pembelajaran komunikatif dan integratif - Kurang runtut, kurang mencerminkan alur pembelajaran komunikatif dan integratif - Kurang runtut dan kurang mencermin- kan alur pembela- jaran komunikatif dan integratif 4 Kecukupan persiapan ujian akhir Tidak dirancang untuk persiapan ujian namun materinya relevan. Tidak dirancang untuk persiapan ujian namun ada relevansinya. Dirancang juga untuk menyiapkan ujian akhir

3. Sistematika Penyajian Muatan Buku Teks