Amerika Serikat yang lain
332 memperhitungkan biaya-biaya kemanusiaan dan
penderitaan manusia yang terkait dengan pemiskinan itu. Orang-orang dapat berurusan dengan kemiskinan secara
dingin sebagai suatu kondisi, yang menciptakan suatu jarak emosional antara orang-orang miskin dan orang-
orang kaya. Kita harus menguji kembali kelompok- kelompok populasi yang terimbas oleh kemiskinan, yang
dinyatakan oleh Harrington 40 tahun yang lalu sedang menetap di bumi “Amerika Serikat yang lain.” Sekarang
ini, sama seperti sebelumnya, kemiskinan menciptakan suatu kelas orang-orang yang miskin. Orang-orang yang
miskin iu tidak memilih untuk menjadi miskin, mereka hanya sekedar miskin. Anak-anak, kelompok yang
memiliki angka kemiskinan yang lebih tinggi—16,3 persen—daripada kelompok usia lain, memberi contoh
yang jelas tentang fakta ini. Anak-anak memiliki resiko yang lebih besar di beberapa wilayah. Sebagai contoh,
pada tahun 2000, angka tertinggi anak-anak yang miskin ditemukan di District of Columbia 32 persen,
Mississippi 27 persen, Louisiana 27 persen, New Mexico 25 persen, dan West Virginia 24 persen
Children’s Defense Fund, 2003, dalam DuBois Miley, 2005: 285. Singkat kata, anak-anak merupakan
35,7 persen dari orang-orang yang miskin, padahal mereka hanya sekiar 25 persen dari populasi Proctor
Dalaker, 2002, dalam DuBois Miley, 2005: 285.
2. Siapakah orang miskin itu?
Apabila anda mengajukan suatu pertanyaan, Siapakah orang miskin itu? anda cenderung mendapatkan jawaban
yang banyak sekali. Beberapa jawaban akurat, dan beberapa yang lain mencerminkan salah penegrtian yang
dianut secara umum tentang orang-orang yang miskin. Orang-orang sering mengidentifikasikan menjadi miskin
itu dengan kaum minoritas ras. Suatu pengujian data pendahuluan tntang kemiskinan di Amerika Serikat tidak
mendukung pandangan ini, karena 47 persen orang-orang miskin adalah kaum Kulit Putih bukan Hispanic Proctor
Dalaker, 2002, dalam DuBois Miley, 2005: 286. Akan tetapi, kesimpulan ini salah kaprah. Dalam jumlah
absolut, lebih banyak orang-orang Kulit Putih yang miskin daripada orang-orang Kulit Hitam atau orang-
333 orang Hispanic; akan tetapi, suatu perbandingan angka
kemiskinan menunjukkan terjadinya angka kemiskinan yang tidak berimbang di kalangan kaum minoritas: 22,7
persen bagi orang-orang Kulit Hitam, 21,4 persen bagi orang-orang Hispanic dari semua ras, dan 10,2 persen
bagi orang-orang Asia dan orang-orang Kepulauan Pacific berbanding 7,8 persen bagi orang-orang Kulit
Putih bukan Hispanic.
Suatu stereotip yang dipertahankan secara umum ialah bahwa keluarga-keluarga yang miskin adalah besar; akan
tetapi, besaran keluarga dengan penghasilan di bawah garis kemiskinan tidak berbeda secara cukup besar dari
rata-rata besaran keluarga secara keseluruhan di Amerika Serikat. Akan tetapi adalah benar bahwa resiko jatuh ke
bawah garis kemiskinan lebih besar bagi keluarga- keluarga besar. Beberapa jenis keluarga lebih beresiko
daripada jenis keluarga lain. Sebagai contoh, angka kemiskinan bagi suatu keluarga yang suami-istri masih
utuh ialah 4,9 persen. Angka kemiskinan bagi rumahtangga yang kepala keluarganya laki-laki tanpa
istri ialah 13,1 persen. Angka kemiskinan bagi rumahtangga yang kepala keluarganya perempuan tanpa
suami ialah 26,4 persen Proctor Dalaker, 2002, dalam DuBois Miley, 2005: 286.
Bahkan ungkapan feminisasi kemiskinan, yang berarti bahwa kaum perempuan dewasa dewasa ini adalah suatu
kelompok yang lebih dominan di antara kelompok- kelompok yang miskin, agaknya salah kaprah. Baru-
baru ini, kaum perempuan dan anak-anak merupakan bagian terbesar kelompok-kelompok yang miskin, tetapi
mereka juga merupakan bagian terbesar kelompok- kelompok yang miskin pada awal tahun 1960-an.
Data statistik menunjukkan resiko kemiskinan bagi rumahtangga-rumahtangga yang kepala keluarganya
perempuan bukan Kulit Putih: 35 persen bagi rumahtangga-rumahtangga yang kepala keluarganya
perempuan Kulit Hitam, 15 persen bagi orang-orang Asia dan Pacific keturunan Amerika Serikat, dan 37
persen bagi rumahtangga-rumahtangga yang kepala