Peran-peran keluarga Keluarga Modern

452 pelayanan-pelayanan rawat siang dan melarang penganiayaan anak serta mencegah tindakan yang mempekerjakan anak. Masyarakat menyediakan sumberdaya-sumberdaya bagi anak-anak melalui program-program seperti asuransi sosial, berbagai bentuk bantuan publik, perawatan eksehatan, sekolah, dan program-program rekreasi. Apabila masyarakat gagal memenuhi kewajiban-kewajiban ini, tindakan sosial dibutuhkan Kadushin Martin, 1988: 14, dalam DuBois Miley, 2005: 365. Kegagalan anggota-anggota keluarga memenuhi syarat- syarat peran mereka dapat menyebabkan kehancuran dalam keberfungsian keluarga. Kadushin dan Martin 1988, dalam DuBois Miley, 2005: 365 mengidentifikasikan delapan jenis masalah yang dapat menghambat pemenuhan kebutuhan akan pelayanan- pelayanan kesejahteraan anak: x Peran orangtua yang kosong. Ketiadaan salah satu orangtua, apakah sementara atau selamanya, meninggalkan suatu kekosongan di dalam peran pengasuhan. Ketiadaan salah satu orangtua mempengaruhi kemampuan keluarga untuk berfungsi tanpa menyesuaikan diri dengan sistem orangtua- anak. Peran-peran yang kosong ini dapat terjadi karena kematian salah satu orangtua, dirawat di rumah sakit, ditahan di penjara, bekerja di luar negeri, mengikuti dinas kemiliteran, bercerai, atau perkawinan tidak sah. x Ketidakmampuan orangtua. Orangtua tidak mampu melaksanakan perannya selaku orangtua secara memuaskan karena ketidakmampuan fisik, kejiwaan, atau emosional. Ketidakmampuan-ketidakmampuan ini meliputi ketidakdewasaan emosional, sakit, kendala fisik, keterbelakangan, ketergantungan bahan-bahan kimiawi, dan kurangnya informasi yang memadai tentang pengasuhan anak. Orangtua yang tidak mampu memberikan pengasuhan kepada anak- anak dapat memproleh pelayanan dari sumberdaya- sumberdaya perbaikan, pendidikan, dan pengganti. 453 x Penolakan peran. Penolakan peran orangtua yang tiba-tiba, baik karena sudah dipikirkan sebelumnya maupun melalui pelepasan peran yang pasif, cenderung terjadi ketika orangtua merasa terbelenggu atau terbebani oleh tugas-tugas pengasuhan anak. Hasilnya ialah sikap acuh tak acuh, penerlantaran, penganiayaan, pengabaian, dan melarikan dari tanggung jawab pengasuhan. x Konflik antar-peran. Konflik-konflik antar-peran terjadi karena ketidaksepakatan antara ibu dan ayah tentang tanggung jawab pengasuhan anak dan harapan-harapan yang bertentangan tentang gaya pengasuhan. Beberapa contoh dari konflik-konflik semacam ini antara lain ialah perdebatan antara pemberian pengasuhan versus pencari nafkah, dilema kasih sayang versus penanaman disiplin, dan keseimbangan antara kebutuhan anak versus enerji pengasuhan. x Konflik inter-peran. Kadang-kadang orang-orang mengalami konflik antara peran-peran pengasuhan dan peran-peran kedinasan atau sosial lainnya. Tuntutan-tuntutan kedinasan, kewajiban-kewajiban social, dan harapan-harapan pengasuhan antargenerasi dapat menimbulkan konflik dengan tugas-tugas dan kewajiban-kewajiban pengasuhan anak. x Masalah transisi peran. Transisi-transisi atau peralihan-peralihan yang dihadapi oleh orangtua mmpengaruhi pelaksanaan peran-peran mereka. Perubahan-perubahan dalam status perkawinan, pekerjaan, susunan keluarga, atau gaya-gaya hidups emuanya memberikan tantangan-tantangan penyesuaian yang dapat menimbulkan gangguan- gangguan peran. x Ketidakmampuan atau hambatan anak. Anak-anak yang memiliki kebutuhan-kebutuhan khusus antara lain seperti anak-anak yang mengalami penyakit 454 fisik, keterbelakangan mental, anggua emosional, atau kondisi-kondisi lain yang membutuhkan pengasuhan yang intensif, menempatkan tuntutan- tutuntan peran yang luar biasa pada anggota-anggota keluarganya. Anak semacam ini menimpakan kepada orangtuanya suatu beban pengasuhan, pengetahuan khusus, kesabaran dan pengendalian yang luar biasa yang dalam keadaan normal seharusnya mereka harapkan disediakan oleh masyarakat, dan kemungkinan dikuranginya pemenuhan kebutuhan-kebutuhan anak. Anak-anak juga dapat merupakan sumber masalah-masalah keluarga apabila keluarga menolak peran-peran mereka ataus ebaliknya mengalami konflik-konflik peran—sebagai contoh, antara tuntutan orangtuanya versus tuntutan teman-teman sebayanya. x Kekurangan sumberdaya-sumberdaya masyarakat. Kondisi-kondisi masyarakat dan tekanan-tekanan lingkungan seperti perumahan yang tidak emmadai, pengangguran, kemiskinan, diskriminasi, pelayanan- pelayanan ksehatan dan kemanusiaan yang tidak terjangkau sebaliknya dapat mempenagruhi kemampuan keluarga untuk berfungsi.

4. Pelayanan-pelayaan berpusat keluarga

Badan-badan sosial pelayanan keluarga mencakup sejumlah besar program-program dan pelayanan- pelayanan yang mencerminkan misinya yang berpusatkan keluarga. Pelayanan-pelayanan keluarga antara lain meliputi konseling keluarga, individu, dan kelompok; pendidikan kehidupan keluarga; bantuan keuangan; program asistensi kerja; dan advokasi keluarga serta perubahan social. Persoalan-persoalan yang dialamatkan oleh pelayanan-pelayanan keluarga antara lain mencakup kekerasan dalam rumahtangga, feminisasi kemiskinan; kecanduan; akibat-akibat dari susunan keluarga alternatif termasuk keluarga-keluarga orangtua tunggal dan campuran; akibat-akibat ketegangan di dalam keluarga; dan pola-pola komunikasi yang tidak dapat menyesuaikan diri. Orang-orang tertarik bekerja di dalam pelayanan-pelayanan keluarga 455 membutuhkan pengetahuan khusus tentang sistem keluarga dan proses-proses komunikasi, dampak susunan keluarga alternatif keluarga-keluarga orangtua tunggal dan campuranterhadap keberfungsian keluarga, dan pengaruh peralihan-peralihan di dalam kehidupan keluarga.

5. Perspektif sistem keluarga

Intervensi dengan sistem keluarga berfokus pada keluarga sebagai suatu unit. Pendekatan sistem mempertimbangkan dinamika relasi di antara anggota- anggota keluarga dan di antara anggota-anggota keluarga dengan lingkungannya. Keteganagn-ketegangan muncul ketika individu anggota keluarga mengalami kesulitan, ketika anggota-anggota keluarga mengalami kesulitan dalam menghadapi anggota-anggota keluarga satu sama lain, atau ketika keluarga atau salah seorang anggotanya mengalami masalah-masalah yang bersumber dari lingkungan. Idealnya, keluarga memberikan suatu keseimbangan antara ketegangan pada satu sisi dan kemampuan anggota-anggota keluarga untuk saling menyesuaikan diri pada sisi lain. Ketika mempertimbangkan sistem keluarga antargenerasi, pekerja sosial menjajaki cara-cara dimana kekuatan-kekuatan antargenerasi membentuk interaksi- interaksi keluarga. Penjajakan semacam dapat dengan cara mempelajari pengaruh sitem keluarga antargenerasi terhadap relasi dan perilaku serta dapat mencakup suatu rencana untuk membedakan generasi yang satu dari generasi yang lain secara lebih tajam. Tujuan pendekatan ini ialah untuk memahami relasi struktural keluarga sebagai suatu unit dan pola-pola komunikasi di antara anggota-anggota eluarga. Dinamika struktural di dalam keluarga antara lain meliputi peran-peran yang dilaksanakan oleh setiap anggota keluarga, peraturan-peraturan yang mengatur keberfungsian umum keluarga, dan jejaring komunikasi keluarga. 456 Seperangkat relasi interpersonal yang rumit pasti terjadi di dalam sistem keluarga. Batas-batas peran mendefinisikan perilaku-perilaku yang spesifik dan diharapkan dari masing-masing anggota keluarga. Masalah-masalah keluarga muncul ketika batas-batas ini tidak jelas atau dibuat terlalu ketat. Seks, usia, dan generasi sering mendefinisikan bagaimana keluarga melaksanakan peran-perannya. Sebagai contoh, membiarkan fungsi-fungsi pengasuhan orangtua hanya pada ibu dapat menciptakan pertengkaran keluarga ketika ibu mencari pekerjaan di luar rumah atau ingin melanjutkan sekolahkuliah kembali. Begitu pula, anggota-anggota keluarga yang memiliki dua pekerjaan sekaligus barangkali harus meningkatkan peran pengasuhannya sebagai pencari nafkah dan harapan- harapan mereka yang wajar. Keluarga-keluarga lain barangkali tidak mampu melaksanakan peran-peran pengasuhan karena sesuatu hal. Sebagai contoh, ketika keluarga gagal melaksanakan peran-peran pengasuhan atau kurang memahami peran-peran pengasuhan, anak- anak tidak terurus dengan baik atau bahkan mengalami penerlantaran. Peraturan-peraturan keluarga merupakan alat ukur perilaku bagi anggota-anggota keluarga dan bagi masyarakat. Ketika peraturan-peraturan semacam itu tidak ada, akibatnya ialah ketidakjelasan atau kebingungan. Pada satu sisi, ketika anggota-anggota keluarga menegakkan peraturan-peraturan secara kaku, kemarahan dan permusuhan dapat meletus. Peraturan- peraturan keluarga menspesifikasikan harapan-harapan perilaku; peraturan-peraturan itu seharusnya tidak boleh digunakan untuk mengendalikan secara paksa anggota- anggota keluarga. Komunikasi yang efektif di dalam keluarga bersumber dari garis-garis komunikasi yang terbuka dan fleksibel di antara semua anggota-anggota keluarga. Komunikasi yang tertutup, seperti mendiamkan, satu arah,, atau pesan berantai, adalah tidak efektif. Dalam usaha mereka meningkatkan komunikasi, keluarga dan pekerja sosial dapat menargetkan untuk mengubah pola-pola