Kejahatan dan hukuman Pekerjaan Sosial di dalam Peradilan Kriminal
367 kecenderungan untuk melakukan perilaku kriminal.
Teori-teori awal ini sudah ditolak dewasa ini. Penjelasan-penjelasan fisik dan biologis pada awal abad
ke-20 tentang perilaku kriminal telah digantikan ketika dukungan bagi penjelasan-penjelasan sosial dan
psikologis memperoleh penerimaan. Teori-teori psikologis dan teori-teori pengendalian sosial
menyajikan asal-mula perilaku kriminal sebagai gangguan-gangguan kejiwaan atau tindakan-tindakan
antisosial.
Ada satu pertanyaan abadi yang menarik untuk dijperdebatkan: Apakah suatu perbuatan kriminal harus
dihukum atau direhabilitasi? Walaupun tidak ada konsensus tentang bagaimana berhadapan dengan
kejahatan, posisi yang kita ambil akan mempengaruhi bagaimana kita memandang perilaku kriminal dan
bagaimana kita memperlakukan para pelaku kejahatan dan korban-korban mereka. Posisi-posisi yang menonjol
di dalam sejarah kepenjaraan atau pemasyarakatan di Amerika Serikat antara lain meliputi retribusi, deterrensi,
rehabilitasi, reintegrasi, dan pengendalian Champion, 2001, dalam DuBois Miley, 2005: 305.
Retribusi atau balas dendam retribution barangkali
adalah tujuan tertua dari sistem pemasyarakatan. Suatu motif balas dendam atau doktrin “mata untuk satu mata”
menggunakan hukuman untuk memperoleh hasil seri. Retribusi ialah suatu faktor di dalam model pengadilan
akhir-akhir ini atau “ganjaran yang adil”. Model ini memberikan hukuman atas kejahatan berat untuk
memberikan suatu ganjaran yang adil bagi para pelaku kejahatan dan suatu perlindungan bagi masyarakat.
Idealnya, deterrensi deterrence ialah suatu strategi untuk mencegah perilaku kriminal. Untuk mencapai
tujuan ini, para pembuat hukum menetapkan hukuman yang berat sesuai dengan beratnya suatu kejahatan.
Pelaksanaan hukuman menggunakan prinsip keadilan yang distributif atau merata. Filosofi ini
mempromosikan pengembangan sanksi-sanksi kriminal
368 bagi semua pelaku kejahatan, pedoman-pedoman
pemberian hukuman yang harus dipatuhi oleh lembaga- lembaga pengadilan.
Sebagai salah satu tujuan pemenjaraan atau pemasyarakatan, rehabilitasi rehabilitation berasal dari
gerakan reformasi pada akhir abad ke-19. Zebulon Reed Brockway, kepala lembaga pemasyarakatan pertama di
Elmira State Reformatory di Negara Bagian New York, adalah seorang penggerak reformasi pemenjaraan atau
pemasyarakatan yang sangat yakin akan manfaat rehabilitasi yang lebih besar daripada penghukuman.
Brockway mengadvokasikan pelatihan pendidikan dan kejuruan, pembatasan pemebrian hukuman, dan parole
Champion, 2001; Quam, 1995, dalam DuBois Miley, 2005: 305.
Para pelaku kejahatan diborgol atau ditahan di dalam suatu lembaga penjara untuk membatasi kebebasan
mereka dan mereformasi perilaku mereka. Rehabilitasi menekankan pendidikan untuk mengembangkan
keterampilan-keterampilan kejuruan. Program-program yang dirancang untuk mencapai tujuan reintegration
reintegrasi
dari pemenjaraan membantu para pelaku kejahatan itu, setelah mereka keluar dari penjara, untuk
menyesuaikan diri mereka sendiri dengan masyarakat. Rumah-rumah singgah
dan pusat-pusat pelayanan lainnya membantu peralihan para pelaku kejahatan itu ke
dalam kehidupan masyarakat. Terakhir, program- program yang berbasiskan masyarakat yang
menyelenggarakan supervisi dan pemantauan yang intensif dimana kira-kira para pelaku kejahatan berada
dan control control, pengendalian perilaku para pelaku kejahatan yang tetap tinggal di tengah-tengah
masyarakat.