Definisi hukum penyaniayaan dan penerlantaran

461 menyaratkan pekerja sosial dan para profesional lain untuk melaporkan dugaan penganiayaan dan penerlantaran anak kepada pihak yang berwenang. Pekerja sosial harus menyadari kewajiban-kewajiban hukum dan potensi dilema etik yang terjadi dalam melaporkan penganiayaan anak. Sebagai contoh, beberapa peraturan memberi kewenangan untuk melaporkan “sebab yang masuk akal yang diyakini” atau “dugaan yang masuk akal” sementara peraturan- peraturan lain hanya menyaratkan orang yang melaporkan “mengetahui atau menduga” Smith, 2002, dalam DuBois Miley, 2005: 372. Selanjutnya, ada akibat-akibat hokum apabila gagal melaporkan: “Kebanyakan negara bagian telah mengkriminalisasikan kegagalan untuk melaporkan penganiayaan anak dan untuk derajat yang lebih kecil, beberapa negara bagian juga memungkinkan gugatan sipil yang didasarkan atas kegagalan seseorang untuk melaporkan” McLeod Polowy, 2000: 12, dalam DuBois Miley, 2005: 372. Di bawah ini disajikan beberapa langkah praktis yang dapat ditempuh oleh pekerja sosial untuk menyiapkan diri dalam berpraktek di bidang pelayanan penganiayaan dan penerlantaran anak: x Mengidentifikasikan ketentuan-ketentuan hukum negara bagian tertentu yang dapat diterapkan x Mengenal indikator-indikator penganiayaan dan penerlantaran anak x Memahami proses-proses dan prosedur-prosedur pelaporan x Memelihara catatan-catatan yang rinci dan akurat x Mengidentifikasikan prosedur-prosedur badan sosial, konsultan supervisor, dan sumberdaya-sumberdaya konseling hukum McLeod Polowy

2. Jenis-jenis penyaniayaan dan penerlantaran

anak Penganiayaan dan penerlantaran anak ialah salah asuh anak oleh para pelaku pengasuhan primer. Salah asuh anak pada dasarnya masuk ke dalam kategori-kategori 462 penyaniayaan fisik, penyaniayaan emosional, penerlantaran fisik, dan penerlantaran emosional. x Penganiayaan fisik meliputi suatu cedera yang diinginkan atau yang tidak disengaja yang bersumber dari tindakan yang membahayakan oleh orangtua atau pengasuh, seperti meninju, memukul, menggoyang, menendang, membakar, atau mencubit. Indikator-indikator penganiayaan fisik dalam pengasuhan meliputi suatu cerita tentang cedera yang tidak sesuai dengan fakta, menunda pemebrian perlakuan, dan bukti cedera ganda dalam berbagai tahap penyembuhan. x Penganiayaan emosional ialah perilaku orangtua atau pengasuh yang secara sadar bermaksud menyakiti anak-anak secara emosional. Contoh dari perilaku semacam ini antara lain menolak, meneror, mengabaikan, mengkambinghitamkan, mengucilkan, atau mengkorupsi anak-anak. x Penerlantaran fisik ialah suatu kegagalan dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar anak-anak atau kurangnya pengawasan yang dalam beberapa hal mempertaruhkan kesehatan dan keselamatan anak- anak. Kategori-kategori penerlantaran antara ialah pengabaian fisik misalnya, pengabaian atau kegagalan memberikan perawatan eksehatan, pengabaian pendidikan misalnya, membolehkan tidak bersekolah selama bertahun-tahun atau kegagalan mendaftarkan anak di sekolah, dan penerlantaran emosional misalnya, kegagalan memberikan pengasuhan dan kasih sayang yang memadai atau membolehkan anak menyaksikan penganiayaan pasangan. Penerlantaran dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan, hambatan belajar, hambatan perkembangan fisik, kegagalan dalam melaksanakan sesuatu, dan berbagai macam masalah-masalah kesehatan. x Penganiayaan seksual, yang sering didiamkan oleh pelaku orang dewasa yang mengintimidasikan 463 ancaman-ancaman dan penggunaan kekuatan kepada anak, antara lain meliputi berbagai tindakan seksual yang termasuk menyentuh kemaluan, bersanggama, perkawinan sedarah, pemerkosaan, sodomi, dan pornografi anak.

3. Faktor-faktor yang menyumbang bagi salah asuh

anak Model ekologis mempertimbangkan suatu interaksi yang kompleks di antara factor-faktor yang terdapat di dalam berbagai level sistem Bethea, 1999; Hansen, Sedlar, Warner-Rogers, 1999; Wiehe, 1996; dalam DuBois Miley, 2005: 374. Karakteristik orangtua yang menyumbang bagi salah asuh anak antara lain ialah rendahnya harga diri, terbatasnya toleransi terhadap frustrasi, kesepian atau keterasingan, harapan-harapan yang tidak sesuai dans erring kaku terhadap perilaku anak-anak, keyakinan-keyakinan yang ebrkaitan dengan hukuman, kurangnya empati terhadap anak-anak, serta pengetahuan yang kurang memadai tentang tingkat- tingkat perkembangan anak. Alkohol dan obat-obatan memainkan suatu peran yang signifikan dalam salah asuh anak. Perkiraan menunjukkan bahwa “anak-anak yang orangtuanya menyalahgunakan alkohol dan obat- obatan cenderung tiga kali lebih sering dianiaya dan empat kali lebih sering diterlantarkan daripada anak-anak yang orangtuanya tidak menyalahgunakan alkohol dan obat-obatan” Child Welfare League of America, 2000, dalam DuBois Miley, 2005: 374. Kosumsi alkohol dapat mengakibatkan orangtua mengabaikan norma- norma perilaku dan mengabaikan tanggung jawab pengasuhannya. Relasi dan jejaring kekerabatan merupakan sumberdaya- sumberdaya yang penting bagi keluarga. Kekuatan relasi-relasi interpersonal dan dukungan-dukungan sosial dapat mengurangi penganiayaan; kurangnya dukungan social menambah ketegangan dan keterkucilan, dua fakor yang dapat meningkatkan salah asuh anak. Konflik atas perubahan harapan-harapan peran dan konflik khususnya karena anak-anak nampaknya memperparah kekerasan. Stres, pengangguran, masalah-masalah perkawinan,