Kemiskinan relatif dan absolut Mengapa manusia miskin?
338 Dua sikap yang saling berbeda menunjukkan cara
dimana orang-orang yang miskin dipandang di dalam sejarah Amerika Serikat. Salah satu sikap menempatkan
kesalahan pada individu-individu, sementara sikap-sikap lain menempatkan tanggung jawab pada masyarakat
yang memungkinkan kondisi-kondisi yang menciptakan kemiskinan. Sikap yang memperlihatkan tanggung
jawab pada individu menunjukkan kekurangan- kekurangan kararakter sebagai akar yang menyebabkan
kemiskinan. Orang-orang yang menganut pandangan ini yakin bahwa perubahan-perubhan pada individu akan
mengurangi terjadinya kemiskinan menyeluruh. Sikap yang menempatkan tanggung jawab pada masyarakat
mengakui peran masalah-masalah struktural dalam kemiskinan. Orang-orang yang menganut pandangan
struktural melihat reformasi sosial sebagai kunci untuk mengurangi kemiskinan.
Perubahan-perubahan sikap cenderung mencerminkan kecenderungan-kecenderungan ekonomi, ideologi-
ideologi politik, kondisi-kondisi sosial, dan keyakinan- keyakinan agama yang kuat. Pada masa-masa
konservatisme politik, sosial, dan keagamaan, bantuan- bantuan kesejahteraan sosial cenderung lebih
menghukum, membatasi pelayanan-pelayanan melalui pedoman dan stigma penghasilan yang tegas. Selama
masa-masa pergolakan politik dan ekonomi, respons- respons masyarakat terhadap kemiskinan meningkat
untuk memperoleh bantuan kemanusiaan. Bantuan- bantuan kesejahteraan berusaha untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan individu sambil tetap berusaha mengurangi sebab-sebab sosial dan lingkungan dari
kemiskinan, seperti pendidikan yang kurang memadai, kesehatan yang buruk, pengangguran, diskriminasi, dan
erosi hak-hak sipil.
Apa yang dimaksud dengan persepsi orang-orang terhadap siapakah orang miskin itu? Ketika orang-orang
menempatkan sebab kemiskinan pada individu-individu, individu-individu itu sering menyebut ciri-ciri seperti
kualitas yang terdapat di dalam diri sendiri, sifat-sifat perilaku, dan pertimbangan-pertimbangan budaya
339 sebagai faktor-faktor yang menyumbang bagi
kemiskinan Popple Leighninger, 2002, dalam DuBois Miley, 2005: 289. Beberapa kalangan bahkan yakin
bahwa inferioritas genetis, termasuk kapasitas intelektual yang terbatas atau IQ, sebagai penyebab kemiskinan.
Berbagai stereotip mengakibatkan kelompok-kelompok etnis dan ras pada khususnya rentan terhadap pelabelan
inferior secara sosial dan keterbatasan secara intelektual. Akan tetapi, penelitian terbaru menyanggah teori-teori
yang mengusulkan relasi antara warisan rasial dan intelijensi Myers, 2004, dalam DuBois Miley, 2005:
289.
Banyak kalangan yakin bahwa kualitas-kualitas perilaku seperti motivasi—atau yang lebih spesifik, kurangnya
motivasi dan tiadanya suatu etika kerja—mencirikan orang-orang yang miskin. Akan tetapi, bukti faktual
mematahkan miskonsepsi yang dianut secara luas ini. Banyak orang yang miskin adalah orang yang setengah
menganggur underemployed; mereka melakukan pekerjaan-pekerjaan yang bergaji rendah yang pada
umumnya tanpa asuransi kesehatan atau pension. Ironis sekali bahwa demikian banyak orang-orang miskin yang
bekerja bergantung pada pekerjaan-pekerjaan yang memberikan penghasilan yang berada di bawah garis
kemiskinan karena etika kerja mereka yang kuat, stigma yang dikaitkan dengan penerimaan bantuan-bantuan
kesejahteraan, atau bahkan kurangnya program-program bantuan yang relevan. Pada sisi lain, untuk
menyimpulkan bahwa keluarga-keluarga yang menerima bantuan kesejahteraan tidak ingin bekerja dengan upah
yang memadai adalah suatu miskonsepsi.
Beberapa kalangan yakin bahwa perbedaan-perbedaan budayalah yang menyebabkan orang-orang inferior
secara fungsional dan dengan demikian pada akhirnya menjadi miskin. Sebagai contoh, kelemahan budaya
dikaitkan dengan rendahnya pencapaian pendidikan dan terbatasnya kesempatan-kesempatan bagi orang-orang
untuk mengubah keadaan-keadaan mereka. Suatu budaya kemiskinan
berkembang yang menciptakan suatu subbudaya yang khas di kalangan orang-orang miskin,
340 yang dibedakan oleh nilai-nilai, sistem-sistem keyakinan,
dan pola-pola perilaku yang ditransmisikan secara budaya Cattell-Gordon, 1990; Lewis, 1969, dalam
DuBois Miley, 2005: 289.
Menurut pandangan struktural, kelemahan-kelemahan di dalam lembaga-lembaga masyarakat menciptakan
kondisi-kondisi yang menyebabkan kemiskinan.
Beeghley 1983: 133, dalam DuBois Miley, 2005: 290 menawarkan suatu analisis sosiologis tentang
kelemahan-kelemahan semacam ini:
1. Cara dimana mengkorelasikan kemiskinan menciptakan suatu lingkaran setan yang
sering membelenggu dan membatasi kemampuan mereka dalam mengubah situasi
mereka
2. Cara sistem kelas menghasilkan sistem kelas itu sendiri sepanjang masa
3. Pengorganisasian ekonomi 4. Pengabadian diskriminasi yang melembaga
terhadap kaum Kulit Hitam dan perempuan Kemiskinan yang parah menciptakan suatu siklus yang
menegangkan yang membatasi kesempatan-kesempatan bagi kemajuan ketenagakerjaan dan pendidikan. Sekali
seseorang menjadi miskin dan kekurangan sumberdaya- sumberdaya, banyak hambatan-hambatan tambahan
muncul yang mencegah orang itu melarikan diri atau keluar dari siklus kemiskinan itu. Pelayanan-pelayanan
kesejahteraan, yang dirancang untuk memotong siklus, sering membelenggu lebih lanjut para penerima
pelayanan kesejahteraan itu di dalam kemiskinan.
Sebagai contoh, syarat-syarat elijibilitas menuntut agar orang-orang menghabiskan secara harfiah seluruh
sumberdaya-sumberdaya pribadi mereka sebelum mereka dapat menerima bahkan bantuan publik yang
terbatas. Ketentuan-ketentuan menghukum individu- individu lebih lanjut dengan mempertimbangkan hibah-
hibah pendidikan sebagai penghasilan yang tersedia, menolak jaminan kesehatan bagi orang-orang miskin
yang bekerja, dan pada banyak negara bagian, tidak
341 memperbolehkan jaminan kesejahteraan kepada keluarga
yang masih memiliki dua orangtua. Kaum liberal dan radikal mengecam sistem kesejahteraan sosial yang
menindas orang-orang yang sangat miskin yang seharusnya dibantu.
Beeghley 1983, dalam DuBois Miley, 2005: 290 berpendapat bahwa stratifikasi sosial dan sistem kelas
membuatnya sulit dipercaya bahwa anak-anak yang terlahir ke dalam strata yang kurang beruntung secara
sosial tidak akan pernah dapat keluar dari belenggu kemiskinan melalui mobilitas sosial. Lagi pula,
beberapa kalangan bahkan berpendapat bahwa kurangnya mobilitas sosial menciptakan suatu sistem
kasta yang diwariskan atau kemiskinan generasional.
Pengorganisasian lembaga-lembaga ekonomi masyarakat juga menyumbang bagi kemiskinan. Sifat pekerjaan-
pekerjaan yang tersedia bagi orang-orang miskin, orang- orang yang tidak terampil, dan orang-orang yang kurang
berpendidikan membatasi kesempatan-kesempatan mereka. Upah yang rendah, kurangnya jaminan
kesehatan dan pensiun, jaminan pekerjaan tetap yang berkaitan dengan pekerjaan-pekerjaan marjinal, paruh-
waktu, dan musiman menyumbang terhadap siklus kemiskinan. Terakhir, Beeghley menegaskan bahwa
diskriminasi terhadap kaum minoritas dan kaum perempuan menyebabkan sebagian besar populasi ini di
antara orang-orang miskin. Praktek-praktek yang diskriminatif memberikan keuntungan kepada kaum laki-
laki Kulit Putih dalam hal ketenagakerjaan, penyerahan pengasuhan anak-anak kepada kaum ibu tanpa bantuan
kepada anak yang memadai, dan menciptakan peran- peran ketergantungan bagui kaum perempyuan melalui
pola-pola pengasuhan anak yang dipromosikan secara sosial. Empat butir analisis Beeghley memperlihatkan
bahwa “orang-orang yang paling miskin tinggal di dalam kemiskinan karena alasan-alasan struktural, sangat
sedikit di antara mereka menjadi miskin karena alasan- alasan kurang motivasi, kurang keterampilan, atau
kurangnya sifat-sifat pribadi lainnya” Beeghley 1983: 133, dalam DuBois Miley, 2005: 290.
342