409 mengadvokasikan pembiayaan program-program dan
pelayanan-pelayanan untuk menjamin kualitas kehidupan bagi ODHA dan perundang-undangan
untuk melindungi kebebasan sipil mereka NASW, 1999f, dalam DuBois Miley, 2005: 331. Bagi
ODHA, kesalahpahaman, stigma, dan kompleksitas penyakit HIVAIDS mempersulit mereka dalam
berurusan dengan birokrasi perawatan kesehatan, asuransi kesehatan, pemeliharaan penghasilan,
jaminan sosial, dan sumberdaya-sumberdaya yang berbasiskan masyarakt lainnya. Pekerja sosial kadang-
kadang dapat mendekati sistem-sistem ini secara langsung untuk memohonkan suatu sebab-musebab
klien atau dapat menyarankan cara-cara dimana klien dapat menyampaikan secara berhasil kepentingannya
sendiri. Diarahkan pada penciptaan perubahan pada level makro, advokasi sebab menitikberatkan
“pembiayaan penelitian yang memadai atas semua aspek HIVAIDS, termasuk pencegahan, intervensi
klinis, dan pengembangan vaksin” NASW, 1999f: 182, dalam DuBois Miley, 2005: 331.
c. Isu-isu etika dan hukum
Dalam perawatan ODHA, tentu saja sering muncul isu-isu yang berlebihan tentang nilai, etika, dan
hukum. Dilema etik muncul di seputar konflik antara nilai-nilai pribadi dan nilai-nilai klien; konflik dengan
kalangan profesional lain dimana isu-isu pribadi mereka yang bias dan isu-isu pribadi mereka yang
tidak terpecahkan merupakan hambatan-hambatan bagi penyelenggaraan pelayanan-pelayanan; isu-isu
tentang “hak untuk mengenalmengetahui” klien yang tertular HIVAIDS bertentangan dengan hak-hak klien
atas privasi; dilema apakah memperlihatkan suatu status HIV klien kepada pasangan seksualnya apabila
klien menolak membuka informasi ini; dan berbagai isu-isu hukum yang menuntut pengujian kewenangan,
kewajiban untuk menyembuhkan, kerahasiaan, diskriminasi, dan hak-hak pribadi Patania, 1998;
Reamer, 1993; dalam DuBois Miley, 2005: 331. Fakta bahwa peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan kerahasiaan dan HIVAIDS
410 bervariasi dari satu negara bagian ke negara bagian
lain selanjutnya memperburuk isu-isu tersebut di atas.
Apabila bekerja dengan ODHA, pekerja sosial harus berhadapan dengan ketakutan tertular; penolakan;
ketidaknyamanan membicarakan tentang hubungan seksual, seksualitas, dan perubahan-perubahan dalam
perilaku seksual; perasaan-perasaan tidak berdaya, putus asa, kemarahan, dan menyalahkan korban; dan
ketakutan akan ketiadaan biaya. Penelitian oleh Gillman 1991 dan oleh Riley dan Greene 199
tentang dampak program-program pelatihan menunjukkan bahwa memiliki suatu landasan
informasi yang akurat tentang HIVAIDS akan mengurangi ketakutan-ketakutan pekerja sosial dan
meningkatkan kesediaan mereka untuk bekerja dengan ODHA. Kelompok-kelompok dukungan bagi
kalangan profesional yang bekerja dengan ODHA membantu mereka dalam menghadapi stres,
mengurangi perasaan-perasaan terkucil, dan memberikan kesempatan-kesempatan bagi mereka
untuk menyampaikan perasaan-perasaan mereka tentang banyak isu yang mereka hadapi ketika bekerja
di dalam situasi-situasi yang terbebani secara emosional Schoen, 1998; Warren, 1998; dalam
DuBois Miley, 2005: 331.
D. Pekerjaan Sosial dan Kecacatan Fisik
Ketika orang-orang mengalami berbagai kecacatan sebagai akibat dari kecelakaan, penyakit, atau kelainan-kelainan yang
dibawa sejak dari dalam kandungan, mereka mengalami tantangan-tantangan dan gangguan-gangguan yang khas dalam
rangka melaksanakan tugas-tugas kehidupan mereka.
Berdasarkan kewenangan bagi keadilan sosial, pekerja sosial menegaskan bahwa orang-orang cacat memiliki suatu hak
memperoleh kesempatan-kesempatan yang sama untuk berpartisipasi di dalam kehidupan masyarakat dan mengakses
pelayanan-pelayanan yang tersedia bagi warganegara lain serta pelayanan-pelayanan spesialis yang dibutuhkan oleh kecacatan
mereka yang spesifik itu NASW, 1999g, dalam DuBois Miley, 2005: 332.