Penganiayaan seksual anak-anak Anak Salah Asuh

467 kecemasan dan ketegangan, serta meliputi perilaku seksual yang tidak senonoh. Masalah-masalah di sekolah, membolos dari sekolah, lari dari rumah, dan kenakalan sering muncul sebagai suatu reaksi terhadap penganiayaan seksual. Respons-respons yang nampak meliputi perasaan-perasaan dikhianati, stigmatisasi, atau ketidakberdayaan. Dampak-dampak jangka panjang meliputi depresi, perilaku yang menghancurkan diri sendiri, bunuh diri, kecemasan, dan rendahnya harga diri. Selain itu, orang-orang dewasa yang pernah dianiaya secara seksual mengalami kesulitan-kesulitan dalam relasi-relasi interpersonal baik dengan laki-laki maupun dengan perempuan, mempercayai orang lain, hubungan intim secara seksual, dan pengasuhan. Mereka juga dapat lebih rentan terhadap viktimisasi lebih lanjut di dalam relasi-relasi lain. Pengalaman dianiaya secara seksual pada masa anak-anak meningkatkan kemungkinan terlibat dalam pelacuran dan penyalahgunaan obat-obat terlarang. Tinjauan Browne dan Finkelhor 1986, dalam DuBois Miley, 2005: 375. juga menyatakan faktor-faktor yang menyumbang bagi respons anak-anak terhadap penganiayaan seksual. Penelitian menunjukkan bahwa dampaknya lebih buruk apabila pelaku penganiayaan itu adalah ayah atau ayah tiri dari anak tersebut, apabila relasinya melibatkan kontak alat kelamin, apabila pelaku penganiayaan itu menggunakan paksaan atau memasuki anak, dan apabila sistem perlindungan anak memindahkan anak dari rumahnya.

C. Pelayanan-pelayanan Kesejahteraan Anak

Pada umumnya kesejahteraan anak mencakup pelayanan- pelayanan yang berkaitan dengan semua aspek kesejahteraan anak, termasuk melindungi dan mempromosikan perkembangan kesehatan, sosial, dan pikologisnya, memperkuat keluarga, dan mengalamatkan kondisi-kondisi sosial yang buruk yang mengganggu perkembangan kesehatan anak Liederman, 1995, dalam DuBois Miley, 2005: 376. Profesi pekerjaan sosial mendominasi di dalam bidang sistem penyelenggaraan pelayanan sosial ini. Pekerja sosial yang ingin bekerja di bidang kesejahteraan anak membutuhkan 468 pengetahuan spesialis tentang perkembangan anak yang normal dan yang tidak normal serta tentang faktor-faktor konteksual yang mempengaruhi perkembangan, bagaimana anak-anak merespons terhadap trauma dan stres, dan undang- undang kesejahteraan anak. Masyarakat memiliki campur tangan atas hak-hak pengasuhan dan kewenangan di dalam setiap situasi dimana salah asuh anak terjadi. Campur tangan yang diberi kewenangan sosial ini meliputi mengalokasikan sumberdaya-sumberdaya bagi intervensi-intervensi pelayanan yang berbasiskan keluarga dan membatasi atau bahkan mencabut hak-hak orangtua untuk mengasuh anak-anaknya secara otonomi. Pada dasarnya pelayanan-pelayanan menuntut koordinasi pengadilan remaja dan unit pelayanan perlindungan suatu Instansi Sosial Dinas Sosial.

1. Undang-undang kesejahteraan anak

Sistem kesejahteraan anak ialah suatu jaringan pelayanan-pelayanan publik dan privat yang dipengaruhi undang-undang kesejahteraan anak pemerintah pusat dan pemerintah negara bagian. Pelayanan-pelayanan langsung meliputi konseling, rawat siang yang memberikan perlindungan dan bukan perlindungan, pelayanan-pelayanan pengangkatan anak, pelayanan- pelayanan penyelidikan dan perlindungan penganiayaan anak, pengasuhan rumah atau kelompok, perlakuan panti asuhan, program-program para remaja yang sudah menjadi orangtua, dan pendidikan kehidupan keluarga. Badan-badan sosial kesejahteraan anak juga mengalamatkan pengembangan perencanaan dan program serta mengadvokasikan perubahan sosial yang akan meningkatkan perkembangan kesehatan anak-anak. Dengan menelusuri perubahan-perubahan selama periode 20-an tahun, kita dapat mengidentifikasikan perubahan- perubahan yang signifikan dalam filosofi dan prioritas- prioritas perundang-undangan. Undang-undang Bantuan Adopsi dan Kesejahteraan Anak tahun 1980 menitikberatkan perencanaan permanensi. Undang-nundang itu mengarahkan kembali usaha-usaha bangsa untuk memperkuat keluarga dalam 469 mengurus anak-anak mereka sendiri dan mengembangkan penempatan yang permanen yang sesuai apabila pengasuhan keluarga tidak memungkinkan. Reformasi dalam sistem kesejahteraan sosial anak ini mendorong para profesional untuk meyakini bahwa tidak ada anak yang boleh diadopsi, dan usaha-usaha untuk menemukan rumah permanen bagi anak-anak yang memiliki kebutuhan-kebutuhan khusus telah membeikan suatu makna baru di dalam penyelenggaraan pelayanan-pelayanan. Filosofi ini memandu pemrograman pelayanan-pelayanan: x Idealnya, anak harus tetap tinggal di rumahnya dengan dukungan pelayanan keluarga yang sesuai. x Apabila keselamatan anak mengharuskannya untuk tinggal sementara di luar rumah, usaha-usaha pelayanan harus menitikberatkan “reunifikasi” anak dengan keluarganya secepat mungkin. x Pekerja sosial harus mulai mencabut hak-hak pengasuhan dan mengusahakan rencana-rencana permanen bagi anak apabila usaha-usaha reunifikasi gagal. Undang-undang yang sama menegaskan pelayanan- pelayanan untuk mejamin keberhasilan usaha-usaha perencanaan permanensi, termasuk pelayanan-pelayanan yang berbasiskan rumah, pelayanan-pelayanan pengangkatan anak, orangtua asuh, dan pelayanan- pelayanan yang berbasiskan panti. Undang-undang tentang penganiayaan anak bermula dengan pengesahan Undang-undang Pencegahan dan Perlakuan Penganiayaan Anak pada tahun 1974. Undang-undang ini telah direvisi dan diubah beberapa kali. Pelayanan-pelayanan yang dijamin di dalam amandemen tahun 1996 merinci suatu pendekatan yang komprehensif yang x Mengintegrasikan pekerjaan badan-badan dan lembaga-lembaga pelayanan sosial, hukum, kesehatan, kesehatan jiwa, pendidikan, dan penyalahgunaan obat-obatan