420 kendali otot pada otak sebelum atau sesudah kelahiran.
Orang-orang yang mengalami kelumpuhan memperlihatkan berbagai tingkat kesulitan dalam
keberfungsian motor, termasuk masalah-masalah dalam keseimbangan, berjalan, mengendalikan muka, dan
berbicara. Walaupun keterbelakangan mental dapat menambah komplikasi dampak dari kelumpuhan,
keterbelakangan mental sama sekali bukan suatu komponen yang mutlak.
Autisme autism ialah suatu gangguan yang jarang
terjadi yang menjadi perhatian publik setelah ditayangkan dalam film Rainman. Autisme meliputi
gangguan dalam keberfungsian kognitif, perkembangan motor, persepsi sensori, keterlambatan bahasa, dan
pengungkapan emosi yang tidak sesuai. Anak-anak yang sering memperlihatkan perilaku autistik beresiko
ditempatkan di panti asuhan. Masalah-masalah ortopedik orthopedic problems,
atau masalah-masalah yang meliputi tulang, otot, dan persendian, yang
nampak dalam bentuk gangguan-gangguan seperti spina bifida
dan gangguan pinggul yang merupakan bawan sejak lahir congenital hip dislocations, disebut
sebagai kecacatan-kecacatan perkembangan hanya apabila masalah-masalah itu sudah ada sejak lahir dan
kondisi-kondisi itu mengganggu keberfungsian anak- anak sekurang-kurangnya dalam tiga bidang kegiatan-
kegiatan kehidupan yang tercantum di dalam Undang- undang tentang Kecacatan Perkembangan. Masalah
pendengaran
yang dialami sejak lahir atau yang berkembang pada masa anak-anak ialah suatu kecacatan
perkembangan karena berpotensi mengganggu, khususnya mengganggu bicara dan bahasa. Terakhir,
kecacatan-kecacatan perkembangan seperti ayan atau epilepsi epilepsy, termasuk grand and petit mal
seizure,
dan gangguan-gangguan belajar yang spesifik specific learning disabilities
dapat dialami sekaligus oleh seorang individu. Menurut definisi, gangguan-
gangguan belajar tidak termasuk ke dalam kelompok keterbelakangan mental dan gangguan-gangguan emosi
serta gangguan-gangguan penglihatan, pendengaran, dan motor. Gangguan-gangguan belajar menghambat
421 kegiatan-kegiatan seperti menulis, mengeja, membaca,
dan berhitung matematika DeWeaver, 1995, dalam DuBois Miley, 2005: 340.
2. Pelayanan-pelayanan yang berbasiskan lembaga
atau masyarakat
Penempatan anak-anak yang mengalami keterbelakangan mental di panti-panti asuhan merupakan respons yang khas
dari kalangan profesional pelayanan kemanusiaan hingga pada tahun 1960-an. Didirikan pada tahun 1950,
Perkumpulan Nasional Anak-anak Terbelakang The National Association of Retarded Children
, sekarang telah berubah menjadi Perkumpulan Nasional Warganegara
Terbelakang National Association of Retarded Citizens, mendukung kebegaraman program-program seperti
bengkel-bengkel kerja, pusat-pusat kegiatan, dan laternatif- alternatif hunian, serta mengadvokasikan refromasi
perundang-undangan The ARC of the United States, 2001, dalam DuBois Miley, 2005: 341.
TIndakan-tindakan perundang-undangan ada tahun 1960-an dan 1970-an telah memberikan perlindungan lebih lanjut
atas hak-hak orang-orang yang mengalami kecacatan- kecacatan perkembangan termasuk pendidikan publik,
pemrograman pendidikan yang terindividualisasikan, dan rehabilitasi kerja. Besarnya biaya dan tekanan terhadap
penjaminan hak-hak sipil orang-orang yang mengalami kecacatan mempercepat upaya-upaya deinstitusionalisasi
tidak menempatkan orang-orang yang mengalami kecacatan itu di panti-panti asuhan dan pengembangan
lebih lanjut pelayanan-pelayanan yang berbasiskan masyarakat.
Pelayanan-pelayanan residensial masyarakat, kesempatan- kesempatan pendidikan, dan program-program bantuan
kerja mempertahankan orang-orang yang mengalami kecacatan mental tetap tinngal di dalam masyarakat dengan
gaya hidup yang senormal mungkin. Sesuai dengan kewenangan pelayanan baru ini, pemrograman
menitikberatkan kepada pengarusutamaan, penormalisasian, dan pendeinstitusionalisasian. Semua
upaya-upaya ini--pengarusutamaan, penormalisasian, dan
422 pendeinstitusionalisasian—berfokus pada memberikan
alternative-alternatif yang kurang membatasi dalam pendidikan, pekerjaan, dan perumahan.
Di dalam settting pendidikan, pengarusutamaan mendorong keterlibatan anak-anak yang mengalami
kecacatan perkembangan di dalam kelas-kelas reguler atau biasa. Sekolah-sekolah memberikan dukungan-dukungan
dan sumberdaya-sumberdaya yang special bagi pengintegrasian dan pencapaian pendidikan yang berhasil.
Prinsip penormalisasian berarti bahwa orang-orang yang mengalami kecacatan perkembangan berpartisipasi di
dalam kegiatan-kegiatan kehidupan setiap hari yang sesuai dengan tingkat usia yang sama seperti orang lain. Para
pendukung penormalisasian lebih menghendaki kegiatan- kegiatan “yang normal dan sama” di dalam pendidikan,
pekerjaan, dan rekreasi daripada di dalam kegiatan-kegiatan yang “terpisah dan khusus”.
Tujuan pendeinstitusionalisasian ialah untuk memberikan perawatan dalam pelayanan-pelayanan yang berbasiskan
masyarakat yang kurang membatasi daripada di panti-panti asuhan institusi-instutusi pengasuhan. Setting-setting
hunian yang lebih kecil, yang berbasiskan ketetanggaan, dan mandiri menggantikan setting-setting kelembagaan
yang lebih besar yang sebelumnya memisahkan orang- orang yang mengalami kecacatan perkembangan. Teori-
teori rehabilitasi sosial, pilihan-pilihan perawatan masyarakat, dan gerakan-gerakan hak-hak sipil sangat
mempengaruhi munculnya gerakan-gerakan pendeinstitusionalisasian di dalam bidang kecacatan-
kecacatan perkembangan.
3. Isu-isu penyelenggaraan pelayanan sosial
Pekerjaan sosial memberi sumbangan kepada penyelenggaraan pelayanan-pelayanan sosial bagi orang-
orang yang mengalami kecacatan perkembangan.
Kegiatan-kegiatan pekerjaan sosial antara lain ialah memberikan pelayanan-pelayanan konseling dengan
individu dan keluarga, menyiapkan asesmen dan evaluasi keberfungsian, menata perumahan, mendukung kegiatan-
423 kegiatan ketenagakerjaan, mengakses sumberdaya-
sumberdaya masyarakat, dan mengadvokasikan hak-hak klien di dalam lingkungan kebijakan. Pelayanan-pelayanan
yang diberikan kepada orang-orang yang mengalami kecacatan perkembangan bertujuan untuk meningkatkan
perkembangan mereka sepanjang kehidupan mereka dari sejak lahir hingga akhir masa dewasa. Tujuan-tujuan itu
antara lain ialah mempromosikan kompetensi pribadi, mengembangkan penghormatan diri, memperoleh
keterampilan-keterampilan kehidupan, dan mengembangkan kemandirian. Untuk mengalamatkan
kebutuhan-kebutuhan dan potensi-potensi yang unik dari setiap orang, pekerja sosial dan klien mengembangkan
rencana-rencana tindakan yang terindividualisasikan dan fleksibel. Rencana-rencana ini mempertimbangkan potesi
pertumbuhan klien dan memberikan bantuan yang sesuai dengan tingkat kompetensi mereka.
Sepanjang masa kehidupan, berbagai pelayanan memberikan dukungan-dukungan yang
terindividualisasikan, yang bervariasi mulai dari bantuan total hingga bantuan peralihan kepada kehidupan yang
mandiri. Pelayanan-pelayanan ini menyentuh banyak bidang-bidang kehidupan—perumahan, ketenagakerjaan,
pendidikan, kesehatan, keluarga, dan masyarakat. Pekerja sosial memvalidasikan kemampuan-kemampuan klien
untuk bertumbuh dan mewujudkan pencapaian-pencapaian dan kemajuan-kemajuan mereka. Pelayanan-pelayaan yang
efektif meningkatkan potensi pertumbuhan dan potensi klien sepenuhnya di dalam kehidupan masyarakat dan
sumbangan mereka yang sebesar-besarnya kepada masyarakat. Selain itu, “intervensi-intervensi pekerjaan
sosial dan kebijakan-kebijakan sosial harus difokuskan kembali pada transaksi-transaksi dan kesesuaian-kesesuaian
yang baik antara orang-orang yang mengalami suatu kecacatan dengan lingkungan fisik, sosial, dan politik”
Kropf DeWeaver, 1996: 179, dalam DuBois Miley, 2005: 342.
F. Pekerjaan Sosial dan Kesehatan Jiwa
Kita seharusnya tidak menolak keputusan bersalah diagnosisasesmen tetapi menentang hukuman