Pemberdayaan relasi Pekerjaan Sosial dan Kecacatan Fisik

415 dalam semua aspek pengambilan keputusan dan memberikan kesempatan-kesempatan bagi klien untuk menyatakan meningkatnya kemandirian dan kebebasan. Calon-calon yang akan mengikuti pelayanan rehabilitasi dapat mengungkapkan kebutuhan mereka akan pekerjaan dengan menyatakan, “Aku membutuhkan bantuan untuk mendapatkan suatu pekerjaan,” atau mereka dapat menginternalisasikan kebutuhan mereka sebagai suatu masalah, dengan menyatakan misalnya, “Aku tidak dapat menemukan suatu pekerjaan karena aku cacat.” Di dalam situasi-situasi semacam ini, pekerja sosial dan klien harus menentukan alasan-alasan mengapa klien tidak bekerja. Apakah ini disebabkan oleh keterbatasan-keterbatasan fungsional klien atau oleh hambatan-hambatan sosial seperti diskriminasi? Keterbatasan-keterbatasan yang disebabkan oleh kecacatan dapat mendorong terjadinya seleksi dalam penempatan kerja. Para perencana pelayanan rehabilitasi harus mempertimbangkan keterampilan-keterampilan klien yang dapat ditransfer dan kemampuan mereka untuk melaksanakan pencarian kerja yang berhasil. Para perencanana pelayanan rehabilitasi juga mengases faktor- faktor seperti suasana di dalam masyarakat yang mempekerjakan orang-orang cacat dan juga ketersediaan transportasi yang dapat diakses. Rencana-rencana pelayanan rehabilitasi yang efektif meliputi suatu kombinasi pelayanan-pelayanan yang menargetkan pengalihan hambatan-hambatan yang spesifik menjadi suatu kemampuan kerja. Sebagai contoh, klien dapat menyepakati bahwa ia membutuhkan konseling dan bimbingan untuk mengembangkan tujuan-tujuan kerja yang realistik dan membutuhkan pekerjaan yang cocok. Di dalam situasi-situasi semacam lain, ia barangkali membutuhkan pelayanan-pelayanan yang mengurangi keterbatasan-keterbatasan yang berkaitan dengan kecacatan. Atau, untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh jabatan level dasar, klien yang kekurangan keterampilan-keterampilan kerja yang dapat ditransfer barangkali membutuhkan pelatihan di bengkel-bengkel 416 kerja atau pelatihan kerja di setting-setting pekerjaan yang mendukung. Suatu pelayanan rehabilitasi yang terindividualisasikan menjelaskan tujuan-tujuan jangka panjang dan mengidentifikasikan pelayanan-pelayanan yang dapat membantu klien mencapai tujuan-tujuannya. Akses kepada pelayanan-pelayanan dapat dibatasi oleh persyaratan- persyaratan elijibilitas, dan pekerja sosial dapat dipaksa oleh hambatan-hambatan kebijakan untuk mempertimbangkan alternatif-alternatif yang hemat biaya atau hemat waktu. Suatu rencana pelayanan rehabilitasi, dengan segala perubahannya, akan mengidentifikasikan kerangka waktu kerja dalam mengimplementasikan dan menyelesaikan pelayanan-pelayanan, menspesifikasikan sumber pembayaran, dan mengembangkan peran-peran klien dan pekerja sosial dalam memantau, menindaklanjuti, dan mengevaluasi.

6. Pengubahan lingkungan

Apabila kalangan profesional hanya memfokuskan diri pada isu-isu mikro, mereka dapat salah memperhitungkan dampak dari konstruksi sosial kecacatan dan menganggap enteng pengaruh-pengaruh lingkungan terhadap rehabilitasi. Apabila pekerja sosial menitikberatkan perubahan perilaku pribadi dan membuat penyesuaian- penyesuaian, mereka dapat kehilangan arti penting aspek- aspek sosial, psikologis, hukum, dan ekonomi dari kecacatan. Penyesuaian-penyesuaian yang berhasil terhadap kecacatan menuntut klien untuk dapat menghadapi secara efektif kenyataan-kenyataan dunia sosial dan kerja. Dengan demikian, pekerja sosial yang mempromosikan kemampuan klien mempertimbangkan interaksi antara klien dan lingkungan sosial serta fisiknya. Setiap pertimbangan kecacatan harus memperhitungkan konteks sosialnya. Bukan hanya individu-individu menghadapi keterbatasan-keterbatasan fisik yang disebabkan oleh kondisi-kondisi yang mencacatkan, tetapi mereka juga menderita keterasingan sosial yang disebabkan oleh stereotipe-stereotipe yang merendahkan dan suatu lingkungan yang mencacatkan. Dampak sosial dan