435 dan pekerja sosial tentang seluruh kegiatan praktek.
Rencana perlakuan sebaiknya mencerminkan mutualitas ini sebagai suatu kontrak yang eksplisit antara klien dan pekerja
sosial. Kontrak ini sebaiknya memperlihatkan mutualitas relasi profesional dan menyebutkan satu per satu siapa yang
akan melakukan apa, sejauh mana, dalam kondisi apa, kapan dan apa maksud atau tujuannya.
Secara keseluruhan, pekerja sosial sebaiknya mengingat bahwa ada variabilitas yang sangat besar di antara gangguan-
gangguan yang berbeda misalnya, skizofrenia dibandingkan dengan dysthymia, ekspresi simptom misalnya, remisi vs
aktif, dan keberfungsian misalnya, gangguan serius vs kesulitan sedang. Ada juga variabilitas yang sangat besar
yaitu perlakuan apa yang digunakan untuk orang-orang yang berbeda dengan dignosis yang sama. Sebagai contoh,
seseorang yang mengalami dysthymia barangkali membutuhkan suatu intervensi kognitif melalui pelatihan
keterampilan sementara orang lain barangkali membutuhkan pengobatan dan suatu program kepatuhan yang mengikutkan
anggota-anggota keluarga. Intervensi yang benar diimplementasikan secara benar atas masalah yang salah
cenderung tidak efektif, yang menggarisbawahi pentingnya memantau perubahan klien bagi asesmen sepanjang kegiatan
perlakuan.
Satu contoh bagaimana menerapkan intervensi yang benar terhadap suatu situasi multimasalah diilustrasikan dalam
Bagan 53.2 – Rencana Perlakuan Sampel. Rencana perlakuan ini mendeskripsikan elemen-elemen sekuensial
dari proses perlakuan yang dibahas dalam bab ini. Elemen- elemen ini dimulai dengan model asesmen misalnya,
biopsikososial-budaya, menerapkan alat-alat skrining RAI, Rapid Assessment Instruments, merumuskan suatu
diagnosis, mengembangkan tujuan-tujuan perlakuan misalnya, jangka pendek dan jangka panjang, dan diakhiri
dengan merumuskan rencana perlakuan misalnya, setting, format, durasi, frekuensi, strategi, dan perlakuan somatik.
436
E. Menggunakan perspektif kekuatan-kekuatan dalam mengembangkan tujuan-tujuan dan
perencanaan perlakuan
Sebagaimana didiskusikan dimana-mana oleh Cowger, Rapp, dan Sullivan, perspektif kekuatan-kekuatan berfokus
pada kemampuan-kemampuan klien dalam asesmen dan menekankan penemuan sumber-sumber di dalam diri klien
dan lingkungannya. Dalam pandangan kami, perpekstif berbasis kekuatan-kekuatan memiliki nilai yang sangat besar
apabila diterapkan dalam rangka pengembangan tujuan- tujuan dan perencanaan perlakuan bagi individu-individu
yang mengalami gangguan-gangguan Aksis I. Secara umum, suatu tujuan sebaiknya dapat dicapai oleh klien, dan
jalan termudah mencapainya ialah dengan menggunakan dan mengembangkan kekuatan-kekuatan klien. Proses ini
meliputi kolaborasi mutual antara pekerja sosial dan klien untuk mengembangkan tujuan-tujuan yang membingkai
gagasan pengembangan harapan-harapan baru, mengembangkan kesempatan-kesempatan baru bagi individu
dan keluarganya, dan menemukan sumber-sumber baru di dalam dirinya dan lingkungannya Saleebey, 1997. Tanpa
memandang diagnosis, pengembangan tujuan-tujuan perlakuan yang menggunakan perspektif kekuatan-kekuatan
meliputi penemuan sumber-sumber di dalam diri klien, lingkungannya, dan relasi serta hubungan kekuatan-kekuatan
ini dengan rencana perlakuan.
Suatu perspektif berbasis kekuatan-kekuatan diintegrasikan ke dalam rencana perlakuan dengan membantu klien
mengingat bagaimana ia telah berhasil di masa lalu misalnya, langkah-langkah apa yang ia telah lakukan,
memperkuat keberhasilan dan kemampuan-kemampuan sebelumnya misalnya,keterampilan-keterampilan
menghadapi situasi, dan menentukan keterampilan- keterampilan, perilaku-perilaku, motivasi-motivasi dan
aspirasi-aspirasi apa yang diterapkan untuk menghasilkan perubahan. Bersama-sama, klien dan pekerja sosial mencari
lingkungan bagi kekuatan-kekuatan yang memperkuat kesempatan-kesempatan hidup sambil tetap mendukung hak
klien menentukan bagi diri sendiri dan tanggung jawab sosial Saleebey, 1997. Secara singkat, model berbasis
437 kekuatan-kekuatan berguna apabila diterapkan kepada
tujuan-tujuan dan pendekatan perlakuan khusus untuk mencapai tujuan-tujuan ini. Rencana-rencana pencapaian
tujuan yang menggunakan kekuatan-kekuatan klien menggambarkan suatu nexus alamiah yang meningkatkan
kemungkinan keberhasilan perlakuan.
F. Kesimpulan
Pengembangan tujuan-tujuan perlakuan dan rencana-rencana perlakuan merupakan suatu bagian yang integral dari proses
yang bermula dengan asesmen dan diagnosis. Tujuan-tujuan perlakuan dan rencana-renana perlakuan tersebut
meningkatkan kemungkinan bahwa klien akan berubah. Tujuan ini difasilitasi oleh lima pedoman sebagai berikut:
1. Tujuan-tujuan perlakuan dan rencana-rencana perlakuan menyaratkan suatu asesmen biopsikososial-budaya
menyeluruh dan diagnosis masalah yang akurat. 2. Tujuan-tujuan perlakuan sebaiknya dispesifikasikan
dalam arti dapat diamati pada permulaan perlakuan. 3. Intervensi ditentukan oleh tujuan-tujuan dan sebaiknya
memilici kriteria yang spesifik bagi pencapaian tujuan- tujuan.
4. Intervensi sebaiknya direfcanakan dan mencakup suatu penggambaran yang dijelaskan dangan baik tdntang apa
yang akan terjadi dan kapan kegiatan perlakuan berakhir. 5. Tujuan-tujuan perlakuan dan rencana perlakuan
sebaiknya membentuk kontrak-kontrak yang eksplisit untuk membantu klien berubah dan sebaiknya
diimplementasikan sesuai dengan parameter-parameter rencana yang disepakati bersama-sama.
Pedoman ini membentuk suatu urutan kasar tentang proses perlakuan dan membantu pekerja sosial memberi asistensi
secara efektif dan efisien kepada klien.
Tabel 11.2 Contoh Rencana Perlakuan
Nama Klien : Ralph C. Usia: 45 tahun
438 Alasan untuk Meminta Perlakuan:
Bapak C ialah seorang laki-laki bujangan, berkulit putih yang bekerja sebagai supir
bis. Ia menyatakan bahwa majikannya mengatakan kepadanya agar ia “mencarikan bantuan atau jangan datang
kembali bekerja.” Bapak C melaporkan ia mengidap insomnia “hanya tidur 2-3 jam semalam” dan merasa
cemas akan kehilangan pekerjaan walaupun memiliki catatan kinerja pekerjaan yang baik. Ia baru-baru ini mengeluh
kepada rekan-rekan sesama supir bis tentang kesulitan tidur yang ia alami dan kuatir kecelakaan bis karena mengantuk
sewaktu mengemudikan bis. Ia menyatakan bahwa pekerjaannya telah menjadi hidupnya sekarang dan bahwa ia
telah benar-benar mengabaikan sahabat-sahabatnya, kegemarannya membaca, dan kegiatan-kegiatan yang
berkaitan dengan gereja. Ia merasa bahwa ia berada dalam suatu lingkaran setan dari semua pekerjaannya dan tidak
pernah bermain-main serta nampaknya tidak dapat keluar dari lingkaran setan itu. Ia tidak mengkonsumsi alkohol atau
obat-obatan dan ia baru-baru ini mundur dari klub kesehatan sehingga ia dapat berkonsentrasi pada tanggung jawab
pekerjaannya.
Riwayat Perlakuan Masa Lalu: Bapak C tidak menerima
perlakuan kesehatan mental apa pun di masa alu. Tidak ada riwayat medis yang mencurigakan. Menerima pemeriksaan
dan laporan fisik tahunan tanpa komplikasi.
Tujuan Perlakuan Model
Asesmen Æ Alat-alat
Skrining Æ Jangka Pendek Æ Jangka
Panjang Æ
Rencana Perlakuan Setting, format,
durasi, frekuensi, strategi, dan somatik
tx
BIO Æ
Genogram sesi tx individual
selama 8 minggu menggunakan catatan
kegiatan tidur; mengevaluasi
Sinequan; mengevaluasi apnea
tidur
PSI Æ
Status Mental
2.Mengurangi kecemasan
2.Mempertahankan teknik-teknik
2.Pasien rawat-jalan, tx individual selama 8