411
1. Setting
Pekerja sosial bekerja dengan orang-orang yang mengalami kecacatan fisik dan perkembangan di dalam berbagai
setting. Pekerja sosial sekolah merespons kepada Undang- undang tentang Pendidikan bagi Semua Anak Cacat yang
diterbitkan pada tahun 1975. Undang-undang ini menetapkan hak semua anak-anak atas pendidikan;
memberi kewenangan atas suatu program yang terintegrasikan dan terarusutamakan bagi anak-anak yang
memiliki kebutuhan-kebutuhan khusus; dan menetapkan pengembangan rencana-rencana pendidikan yang
terindividualisasikan.
Pekerja sosial sekolah sering
berfungsi sebagai anggota suatu tim lintas disiplin yang bekerja dengan anak-anak yang memiliki kebutuhan-
kebutuhan khusus dan keluarga mereka. Pekerja sosial medis
memberikan konseling dan dukungan rehabilitasi kepada individu-individu dan keluarga mereka. Pekerja
sosial medis memainkan peran-peran yang penting dalam merencanakan kepulangan klien dari lembaga-lembaga
kesehatan dan mengkoordinasikan sumberdaya-sumberdaya masyarakat yang sesuai. Beberapa pekerja sosial bekerja di
dalam program-program konseling rehabilitasi, walaupun peran ini belum begitu berkembang pada saat ini.
2. Data demografis
Statistik menunjukkan bahwa terdapat sekitar lebih dari 50 juta penduduk di Amerika Serikat yang mengalami
keterbatasan-keterbatasan kegiatan akibat dari masalah- masalah kesehatan yang menahun McNeil, 2001, dalam
DuBois Miley, 2005: 333; ini berarti bahwa sekitar 1 dari 5 orang memiliki suatu kecacatan. Dari orang-orang
ini, sekitar setengahnya memiliki kecacatan yang diklasifikasikan sebagai parah. Proyeksi-proyeksi
menunjukkan bahwa prevalensi angka kejadian kecacatan akan meningkat karena meningkatnya usia harapan hidup
dan jumlah populasi di atas usia 65 tahun. Secara keseluruhan, orang-orang yang memiliki keterbatasan-
keterbatasan cenderung mengalami putus sekolah, menganggur, atau memperoleh pekerjaan yang
menghasilkan gaji atau upah yang lebih rendah National Organization on Disability, 2002, dalam DuBois Miley,
2005: 333.
412 Data memperlihatkan suatu frekuensi kecacatan yang lebih
besar di kalangan orang lanjut usia dan orang-orang yang memiliki tingkat penghasilan dan pendidikan yang lebih
rendah Asch Mudrick, 1995, dalam DuBois Miley, 2005: 333, yaitu kelompok-kelopok populasi yang paling
banyak dilayani oleh para pekerja sosial. Dengan demikian, tanggung jawab profesional terhadap kecacatan
harus merupakan bagian yang integral dari persiapan bagi praktek pekerjaan sosial.
3. Tantangan-tantangan yang khas
Orang-orang yang memiliki kecacatan-kecacatan fisik cenderung mengalami tantangan-tantangan yang khas.
Orang-orang yang mengalami cedera-cedera yang berkaitan dengan stroke atau paralisis dan tulang belakang lainnya
sering mengalami perasaan-perasaan bergantung ketika kondisi-kondisi mereka menuntut bantuan atau perawatan
total dalam kegiatan-kegiatan kehidupan sehar-hari seperti makan, mandi, dan buang air besarkecil. Hambatan-
hambatan arsitektural dan transportasi selanjutnya membatasi pergerakan orang-orang yang mengalami
kecacatan. Gangguan-gangguan komunikasi seperti aphasia
kehilangan kemampuan untuk menggunakan atau memahami kata-kata karena kerusakan otak yang
berkaitan dengan stroke, menimbulkan kesulitan-kesulitan dalam memproses informasi verbal aau nonverbal dan.atau
mengungkapkan suatu respons. Dalam kaitan dengan itu, kehilangan pendengaran dan penglihatan menimbulkan
tantangan-tantangan yang khas dalam komunikasi dan pergerakan. Namun demikian, dalam pandangan model
sosial kecacatan yang dianjurkan oleh Disability Rights Movement, pekerja sosial harus menyadari bahwa “bagi
banyak orang cacat, hambatan-hambatan fisik dan sikap- sikap terhadap pekerjaan, pergerakan dan kegiatan-kegiatan
kehidupan lainnya dapat merupakan masalah yang tetap daripada kecacatan-kecacatan yang terdapat di dalam diri
mereka dan kecacatan itu sendiri” Beaulaurier Taylor, 1999: 169, dalam DuBois Miley, 2005: 333.
Orang-orang cacat dapat mengalami hambatan-hambatan dalam relasi sosialnya sebagai akibat dari diabaikan