Undang-undang tentang kekerasan terhadap perempuan

510 Pada dasarnya, sumberdaya rujukan utama kepada pemukiman-pemukiman krisis bagi kaum perempuan yang mengalami penganiayaan ialah petugas kepolisian atau petugas pelayanan jalur bebas biaya dan hambatan untuk kekerasan dalam rumahtangga. Pemukiman- pemukiman memberikan lingkungan yang aman dan mendukung bagi kaum perempuan yang mengalami penganiayaan dan anak-anak mereka. Petugas pemukiman memberikan pelayanan-pelayanan dukungan, seperti konseling dan perlakuan kelompok. Petugas tersebut sering merujuk klien kepada pelayanan- pelayanan masyarakat lainnya atas kebutuhan-kebutuhan hukum dan kesehatan mereka dan atas pekerjaan, perumahan, rawat siang, dan pelayanan-pelayanan konseling yang berlangsung terus menerus Roberts Roberts, 1990, dalam DuBois Miley, 2005: 420. Tentu saja ada beberapa kalangan yang meragukan pentingnya pemukiman-pemukiman. Sebagai ukuran- ukuran perlindungan, para penentang itu menawarkan perumahan darurat dan akses kepada bantuan keuangan, pendidikan dan pelatihan kerja, dan pelayanan-pelayanan hukum. Banyak prakarsa-prakarsa kekerasan dalam rumahtangga termasuk advokasi di dalam kontinuum pelayanan- pelayanan yang mereka tawarkan. Walaupun peran yang pasti dari advokasi bervariasi dari satu program dengan program lainnya, pada dasarnya advokasi melibatkan pelayanan-pelayanan penjangkauan, pendidikan masyarakat, pelayanan-pelayanan tindak lanjut dengan kaum perempuan pasca-intervensi oleh kepolisian. Di dalam konteks pelayanan-pelayanan dukungan, prakarsa- prakarsa itu memberikan informasi tentang sistem hukum, memberikan konseling tambahan pelayanan- pelayanan advokasi, membantu kaum perempuan dalam memperoleh ketentuan-ketentuan perlindungan, dan berdikusi dengan klien tentang bebagai keputusan- keputusan pengadilan Weisz, 1999, dalam DuBois Miley, 2005: 420. “Hadirnya seseorang yang dekat dengan mereka secara fisik dan emosional dapat membantu korban menerima dan bertindak berdasarkan informasi yang diberikan. Karena dukungan ini, 511 beberapa perempuan melanjutkan terus dengan tindakan- tinakan hukum, seperti memperoleh ketentuan-ketentuan perlindungan dan memberi kesaksian di dalam sidang penuntutan pelaku kekerasan dalam rumahtangga” Weisz, 1999: 140, dalam DuBois Miley, 2005: 420. Asesmen tentang suatu program advokasi menyatakan bahwa “pembela menyandarkan diri pada adanya empati yang mendukung dan dimilikinya informasi yang berharga. Relasi pembela dengan para korban memudahkan mereka mengambil tindakan-tindakan hukum lebih lanjut terhadap para pelaku kekerasan dalam rumahtangga” Weisz, 1999: 138, dalam DuBois Miley, 2005: 420. Tentu saja kaum perempuan yang menggunakan pelayanan-pelayanan advokasi ini mengalami pemberdayaan melalui relasi-relasi yang informatif. Tujuan-tujuan yang berorienatsikan pemberdayaan yang akan dicapai dalam bekerja dengan orang-orang yang mengalami kekerasan pasangan intim mencakup menanamkan kembali perasaan-perasaan pribadi yang berharga dan suatu rasa kendali dan, pada tingkat yang lebih makro, menciptakan untuk mempengaruhi perubahan masyarakat dan sosial. Pekerja sosial yang berorientasikan pemberdayaan menghindari pendekatan intervensi yang berorientasikan kelemahan atau menyalahkan karena tindakan ini akan mereviktimisasikan orang-orang yang mengalami penganiayaan. Suatu fokus pada kekuatan-kekuatan, kompetensi, dan keterlibatan klien di dalam semua aspk proses dapat melawan balik pengaruh-pengaruh viktimisasi yang luar biasa yang berkaitan dengan kekerasan pasangan intim. Empat prinsip dasar dalam membantu orang-orang yang telah diviktimisasikan mengalami pemberdayaan Kopp, 1989, dalam DuBois Miley, 2005: 421. Pertama, klien harus memandang dirinya sebagai pelaku sebab dalam mencapai suatu solusi atas masalah. Kedua, klien harus memandang pekerja sosial sebagai sosok yang memiliki pengetahuan dan keterampilan-keterampilan yang dapat membantu. Ketiga, usaha pemecahan