414 x Asumsi tentang situasi yang berkaitan dengan klien
lebih banyak didasarkan pada cacatan-catatan daripada pada informasi yang diberikannya
x Penolakan pemahaman akan kemampuan klien x Kegagalan memanfaatkan keahlian atau kepakaran
klien Gilson, Bricout, Baskind, 1998, dalam DuBois Miley, 2005: 334.
Kesan-kesan yang diperlihatkan oleh klien dalam menghadapi relasi interpersonal adalah sangat penting
dalam pengembangan relasi-relasi profesional dengan orang-orang yang memiliki kecacatan. Relasi-relasi yang
memberdayakan akan meningkatkan kompetensi dan keberfungsian sosial orang-orang cacat. Pendekatan-
pendekatan kolaboratif yang berfokuskan pada kekuatan- kekuaran mengakui manusialah yang utama dan bersandar
pada keahlian klien untuk mendefiniskan situasi-situasi mereka sendiri, termasuk kebutuhan-kebutuhan, prioritas-
prioritas, dan harapan mereka terhadap masa depan mereka sendiri Gilson, Bricout, Baskind, 1998; Russo, 1999;
dalam DuBois Miley, 2005: 334. “Pekerja sosial harus mulai memfokuskan ulang kegiatan-kegiatannya untuk
memulai transisi menuju tujuan-tujuan pemberdayaan: untuk memaksimasikan dan mengembangkan rentang
pilihan-pilihan kehidupan klien yang mengalami kecacatan, untuk membantu dan memfasilitasi pengambilan keputusan
oleh klien dalam kaitan dengan pilihan-pilihan kehidupan, dan untuk memacu serta mempromosikan pencapaian
pilihan-pilihan kehidupan” Beaulaurier Taylor, 1999: 173, dalam DuBois Miley, 2005: 334. Pada dasarnya,
kata-kata kita memperlihatkan sikap-sikap kita dan mempengaruhi pemahaman kita terhadap manusia dan
situasinya. “Bahasa pertama manusia” mengkomunikasikan penghormatan Blaska, 1993, dalam
DuBois Miley, 2005: 334.
5. Rehabilitasi kerja
Tujuan utama rehabilitasi kerja ialah untuk meningkatkan kemampuan kerja klien, yang menitikberatkan pentingnya
pekerjaan yang mampu mencukupi kebutuhan-kebutuhan dirinya sendiri dan mencapai kemandirian. Perencanaan
rehabilitasi yang efektif mendorong partisipasi klien di
415 dalam semua aspek pengambilan keputusan dan
memberikan kesempatan-kesempatan bagi klien untuk menyatakan meningkatnya kemandirian dan kebebasan.
Calon-calon yang akan mengikuti pelayanan rehabilitasi dapat mengungkapkan kebutuhan mereka akan pekerjaan
dengan menyatakan, “Aku membutuhkan bantuan untuk mendapatkan suatu pekerjaan,” atau mereka dapat
menginternalisasikan kebutuhan mereka sebagai suatu masalah, dengan menyatakan misalnya, “Aku tidak dapat
menemukan suatu pekerjaan karena aku cacat.” Di dalam situasi-situasi semacam ini, pekerja sosial dan klien harus
menentukan alasan-alasan mengapa klien tidak bekerja. Apakah ini disebabkan oleh keterbatasan-keterbatasan
fungsional klien atau oleh hambatan-hambatan sosial seperti diskriminasi?
Keterbatasan-keterbatasan yang disebabkan oleh kecacatan dapat mendorong terjadinya seleksi dalam penempatan
kerja. Para perencana pelayanan rehabilitasi harus mempertimbangkan keterampilan-keterampilan klien yang
dapat ditransfer dan kemampuan mereka untuk melaksanakan pencarian kerja yang berhasil. Para
perencanana pelayanan rehabilitasi juga mengases faktor- faktor seperti suasana di dalam masyarakat yang
mempekerjakan orang-orang cacat dan juga ketersediaan transportasi yang dapat diakses.
Rencana-rencana pelayanan rehabilitasi yang efektif meliputi suatu kombinasi pelayanan-pelayanan yang
menargetkan pengalihan hambatan-hambatan yang spesifik menjadi suatu kemampuan kerja. Sebagai contoh, klien
dapat menyepakati bahwa ia membutuhkan konseling dan bimbingan untuk mengembangkan tujuan-tujuan kerja yang
realistik dan membutuhkan pekerjaan yang cocok. Di dalam situasi-situasi semacam lain, ia barangkali
membutuhkan pelayanan-pelayanan yang mengurangi keterbatasan-keterbatasan yang berkaitan dengan
kecacatan. Atau, untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh jabatan level dasar, klien yang kekurangan
keterampilan-keterampilan kerja yang dapat ditransfer barangkali membutuhkan pelatihan di bengkel-bengkel