489 Keluarga dari anak-anak muda yang memiliki ketahanan
memperlihatkan kualitas yang berbeda. Pertama, mereka menciptakan suatu suasana yang mempedulikan dan
mendukung; anak-anak muda yang memiliki ketahanan cenderung melaporkan memiliki suatu ikatan yang erat
dengan sekurang-kurangnya seorang di dalam keluarga mereka. Kedua, anggota-anggota mengkomunikasikan
harapan-harapan mereka yang tinggi terhadap perilaku dan pencapaian anak-anak muda itu—“Kau memiliki
segala-galanya yang kau butuhkan untuk berhasil—dan kau pasti dapat melakukannya“ Bernard, 1992: 6,
dalam DuBois Miley, 2005: 400. Keluarga dari anak- anak muda yang memiliki ketahanan itu memperlihatkan
kepercayaan diri yang tinggi. Mereka mengkomunikasikan kepada anak-anak muda itu suatu
perspektif bahwa kesulitan-kesulitan dapat diatasi; meningkatkan harga diri anak-anak muda; memberikan
pedoman kepada anggota-anggota keluarga yang masih muda itu melalui harapan-harapan yang jelas dan aturan-
aturan serta syarat-syarat yang dapat diramalkan; dan menanamkan pada diri anak-anak muda suatu rasa
makna dan tujuan kehidupan. Dan ketiga, keluarga dari anak-anak muda yang memiliki ketahanan mendorong
anak-anak muda untuk berpartisipasi dalam dan menyumbang bagi kehidupan keluarga.
Sekolah-sekolah yang mendorong ketahanan bagi anak- anak muda memperlihatkan karakteristik yang serupa.
Pertama, sekolah-sekolah mendemonstrasikan kepedulian dan dukungan mereka kepada siswa, yang
mengetahui bahwa suasana ini meningkatkan motivasi siswa untuk berprestasi. Kedua, sekolah-sekolah
mengkomunikasikan harapan-harapan mereka yang tinggi terhadap pencapaian siswa seperti dibuktikan oleh
“prestasi akademik, harapan-harapan dan ketentuan- ketentuan yang jelas oleh guru, partisipasi siswa yang
tinggi, dan alternatif yang banyak dan bervariasi kepada sumberdaya-sumberdaya” Bernard, 1992: 8, dalam
DuBois Miley, 2005: 400. Penelitian baru-baru ini tentang keberhasilan program bagi para siswa yang
beresiko kegagalan akademik memperlihatkan secara
490 jelas bahwa suatu sekolah yang mengembangkan iklim
harapan-harapan yang tinggi merupakan suatu faktor yang penting dalam mengurangi kegagalan akademik
dan meningkatkan jumlah siswa yang mau melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi” h. 400. Dan ketiga,
sekolah-sekolah yang mendorong ketahanan menitikberatkan partisipasi dan keterlibatan siswa
dengan “memberikan mereka kesempatan-kesempatan untuk berpartisipasi dan terlibat secara bermakna serta
melaksanakan peran-peran tanggung jawab di dalam lingkungan sekolah” h. 400.
Masyarakat juga mempengaruhi ketahanan anak-anak muda. Karakteristik masyarakat yang berkompeten
serupa dengan karakteristik keluarga-keluarga dan sekolah-sekolah yang berkompeten yang
mempromosikan ketahanan Bernard, 1992, dalam DuBois Miley, 2005: 400. Pertama, masyarakat yang
berkompeten memperlihatkan kepedulian dan dukungan mereka kepada anggota-anggota masyarakat, termasuk
anak-anak muda. Masyarakat membangun jejaring sosial untuk “mempromosikan dan mempertahankan ikatan
sosial” h. 400, memiliki sumberdaya-sumberdaya yang tersedia dan terjangkau bagi anggota-anggota
masyarakat, serta memiliki cara-cara untuk membangun jejaring sosial yang responsif terhadap berbagai
kebutuhan anggota-anggota masyarakat. Kedua, masyarakat mendemonstrasikan harapan-harapan yang
tinggi terhadap anak-anak muda. Yang menarik, “di dalam kebudayaan-kebudayaan yang memiliki norma
menghargai anak-anak muda sebagai sumberdaya, bukan sebagai beban atau masalah, anak-anak muda cenderung
tidak mau terlibat di dalam semua perilaku-perilaku bermasalah” h. 401. Secara lebih spesifik lagi dalam
kaitan dengan penyalahgunaan alkohol, “negara-negara dimana mabuk lebih dapat diterima secara sosial
cenderung memiliki angka penyalahgunaan alkohol yang lebih tinggi” h. 401. Dan ketiga, masyarakat yang
berkompeten menciptakan ”kesempatan-kesempatan bagi anak-anak muda untuk berpartisipasi di dalam kehidupan
masyarakat” h. 401.
491
2. Program-program model
Mengenal faktor-faktor yang meningkatkan ketahanan dan mempromosikan kompetensi bagi anak-anak muda
dan lingkungan sosial mereka memberikan suatu orientasi bagi program-program dan pelayanan-
pelayanan bagi anak-anak muda. “Apabila kita dapat menentukan sumberdaya-sumberdaya kompetensi sosial
dan kebugaran bagi pribadi dan lingkungan, kita dapat merencanakan secara lebih baik intervensi-intervensi
pencegahan yang berfokus pada penciptaan dan peningkatan ciri-ciri pribadi dan lingkungan yang
berfungsi sebagai kunci terhadap perkembangan yang sehat” Bernard, 1992: 3, dalam DuBois Miley, 2005:
401. Program-program pencegahan yang berhasil “berfokus pada peningkatan dan penciptaan konteks-
konteks lingkungan yang positif—keluarga, sekolah, dan masyarakat yang, pada gilirannya, memperkuat perilaku-
perilaku positif” h. 3. Termasuk pencegahan sebagai suatu komponen kunci dalam sistem peradilan remaja
yang efektif adalah suatu kebutuhan yang mutlak Bilchik, 1998, dalam DuBois Miley, 2005: 401.
Ada sejumlah contoh program-program dan pelayanan- pelayanan bagi anak-anak muda yang berfokus pada
ketahanan dan kompetensi. Stephens 1997 menganjurkan sejumlah besar pelayanan-pelayanan bagi
anak-anak muda yang beresiko termasuk penguatan positif; pendidikan orangtua yang memberikan orangtua
kesempatan-kesempatan untuk mempelajari teknik- teknik pengasuhan yang efektif; program-program
pendidikan yang sehat yang mengalamatkan relasi ibu- bayi; program-program pembimbingan yang
memberikan model-model peran orang dewasa yang positif; program-program yang mengajarkan
keterampilan-keterampilan bagi pemecahan konflik- konflik tanpa kekerasan; kemitraan masyarakat-sekolah;
pendidikan karakter untuk mempromosikan nilai-nilai universal seperti kejujuran, keadilan, toleransi, tanggung
jawab; program-program pelayanan masyarakat yang berorientasikan anak-anak muda; program-program
keadilan yang mempolisikan dan memulihkan masyarakat. Davis 1994 menyajikan suatu model
492 program yang berfokus pada anak-anak muda yang
beresiko menyalahgunakan obat-obat terlarang. Schroeder 1995 menggarisbawahi penggunaan
program-program manajemen kemarahan dan resolusi konflik. Furstenberg dan Hughes 1995 melaporkan
hasil studi longitudinal mereka terhadap 252 remaja yang sudah menjadi ibu untuk mempelajari faktor-faktor yang
mempengaruhi kemampuan-kemampuan anak-anak muda dalam mengatasi masalah-masalah sosial—dengan
suatu fokus yang spesifik terhadap peran-peran modal sosial yang berbasiskan keluarga dan berbasiskan
masyarakat. Mereka menemukan bahwa “sejauhmana orangtua dan anak-anak terikat di dalam suatu jaringan
sosial perlindungan dan sejauhmana mereka merupakan suatu unit yang terikat secara erat yang memiliki
harapan, kepercayaan, dan kesetiaan satu sama lain” berkaitan dengan tahap-tahap perkembangan yang
berhasil dilampaui pada masa remaja.
Bowen dan Chapman 1996 melaporkan temuan-temuan dari studi mereka tentang partisipasi siswa di dalam
suatu program yang berbasiskan sekolah yang dirancang untuk meningkatkan ingatan bersekolah. Temuan-
temuan mereka menunjukkan bahwa dukungan sosial, khususnya dukungan orangtua, memainkan suatu peran
khusus yang sangat penting dalam perkembangan dan penyesuaian diri para remaja. Dukungan dari guru-guru
dan tetangga adalah faktor-faktor lain yang meramalkan penyesuaian diri individu dan memainkan suatu peran
yang lebih signifikan daripada dukungan dari teman- teman sebaya. Temuan-temuan itu ialah tentang
partisipasi dalam suatu program yang beresiko yang dirancang untuk meningkatkan ingatan bersekolah.
Splittgerber dan Allen 1996 juga melaporkan tentang hasil dari suatu program pembimbingan yang
berbasiskan sekolah. “The Partnership for School Success” Kemitraan bagi Keberhasilan Sekolah ialah
suatu program pencegahan putus sekolah di Minneapolis, Negara Bagian Minnesota. Salah satu komponen
program melibatkan pembimbing yang bertemu dengan anak-anak muda sekurang-kurangnya sekali seminggu
untuk mengembangkan suatu persahabatan dan berbicara
493 dengan anak-anak muda seputar isu-isu sekolah.
“Proyek itu memperluas pembimbingan tradisional untuk mencakup pemeriksaan perilaku-perilaku siswa yang
konsisten terus menerus dan menghubungkan segera siswa dengan intervensi-intervensi yang sesuai. Bagi
Splittgerber dan Allen, “tantangan besar yang dihadapi oleh para pendidik, orangtua dan tokoh-tokoh
masyarakat ialah menerjemahkan waktu luang sekolah itu ke dalam pengalaman-pengalaman yang konstruktif
yang mempromosikan perkembangan pribadi dan sosial yang sehat.”
3. Kehamilan remaja
Walaupun angka melahirkan anak bagi remaja di Amerika Serikat telah berkurang, angka ini masih
melampaui angka di negara-negara maju lainnya Annie E. Casey Foundation, 2003a, dalam DuBois Miley,
2005: 402. Penelitian yang membandingkan para remaja di Amerika Serikat dan Eropa menemukan benar-
benar tidak ada perbedaan pada tingkat kegiatan-kegiatan seksual remaja, tetapi diidentifikasikan suatu perbedaan
yang cukup menyolok dalam penggunaan alat kontrasepsi. Sebagai contoh, 20 persen remaja yang
aktif secara seksual di Amerika Serikat tidak menggunakan alat pengendalian kehamilan, bandingkan
dengan hanya 4 persen di Inggris Raya. Gambaran yang paling baru menunjukkan bahwa “angka melahirkan
anak bagi remaja turun dari 37 kelahiran per 1.000 perempuan yang berusia 15 hingga 17 tahun pada tahun
1990 menjadi 27 kelahiran per 1.000 perempuan pada tahun 2000” h. 402. Walaupun keseluruhan angka
melahirkan anak bagi remaja itu menurun, ada perbedaan-perbedaan yang menyolok di antara negara-
negara bagian dan daerah-daerah perkotaan yang besar. Negara-negara Bagian New Hampshire dan Vermont
memiliki angka yang paling rendah—10 kelahiran per 1.000 perempuan yang berusia 15 hingga 17 tahun;
Negara Bagian Mississippi memiliki angka tertinggi—44 kelahiran per 1.000 perempuan. Di daerah-daerah
metropolitan yang besar, angka Miami adalah 174 kelahiran per 1.000 perempuan, dan San Francisco serta
Seattle memiliki angka yang paling rendah—20