Siapakah orang miskin itu?
333 orang Hispanic; akan tetapi, suatu perbandingan angka
kemiskinan menunjukkan terjadinya angka kemiskinan yang tidak berimbang di kalangan kaum minoritas: 22,7
persen bagi orang-orang Kulit Hitam, 21,4 persen bagi orang-orang Hispanic dari semua ras, dan 10,2 persen
bagi orang-orang Asia dan orang-orang Kepulauan Pacific berbanding 7,8 persen bagi orang-orang Kulit
Putih bukan Hispanic.
Suatu stereotip yang dipertahankan secara umum ialah bahwa keluarga-keluarga yang miskin adalah besar; akan
tetapi, besaran keluarga dengan penghasilan di bawah garis kemiskinan tidak berbeda secara cukup besar dari
rata-rata besaran keluarga secara keseluruhan di Amerika Serikat. Akan tetapi adalah benar bahwa resiko jatuh ke
bawah garis kemiskinan lebih besar bagi keluarga- keluarga besar. Beberapa jenis keluarga lebih beresiko
daripada jenis keluarga lain. Sebagai contoh, angka kemiskinan bagi suatu keluarga yang suami-istri masih
utuh ialah 4,9 persen. Angka kemiskinan bagi rumahtangga yang kepala keluarganya laki-laki tanpa
istri ialah 13,1 persen. Angka kemiskinan bagi rumahtangga yang kepala keluarganya perempuan tanpa
suami ialah 26,4 persen Proctor Dalaker, 2002, dalam DuBois Miley, 2005: 286.
Bahkan ungkapan feminisasi kemiskinan, yang berarti bahwa kaum perempuan dewasa dewasa ini adalah suatu
kelompok yang lebih dominan di antara kelompok- kelompok yang miskin, agaknya salah kaprah. Baru-
baru ini, kaum perempuan dan anak-anak merupakan bagian terbesar kelompok-kelompok yang miskin, tetapi
mereka juga merupakan bagian terbesar kelompok- kelompok yang miskin pada awal tahun 1960-an.
Data statistik menunjukkan resiko kemiskinan bagi rumahtangga-rumahtangga yang kepala keluarganya
perempuan bukan Kulit Putih: 35 persen bagi rumahtangga-rumahtangga yang kepala keluarganya
perempuan Kulit Hitam, 15 persen bagi orang-orang Asia dan Pacific keturunan Amerika Serikat, dan 37
persen bagi rumahtangga-rumahtangga yang kepala
334 keluarganya perempuan asli orang Hispanic
dibandingkan dengan 19 persen rumahtangga- rumahtangga yang kepala keluarganya perempuan Kulit
Putib bukan Hispanic McKinnon, 2003; Proctor Dalaker, 2002; Reeves Bennett, 2003, dalam DuBois
Miley, 2005: 286. Menggarisbawahi kecenderungan ini ialah kesulitan yang dialami oleh keluarga-keluarga
dalam perekonomian dewasa ini ketika keluarga- keluarga itu harus menyandarkan diri kepada satu
penghasilan tunggal untuk memperoleh penghidupan. Komplikasi untuk mencapai kecukupan diri meliputi
fakta-fakta bahwa kaum perempuan pada dasarnya memperoleh penghasilan lebih sedikit daripada kaum
laki-laki, walaupun dalam posisi-posisi jabatan yang sama, dan bahwa biaya-biaya pengasuhan anak walaupun
apabila disubsidi, menguras sumber-sumber keuangan. Data statistik menunjukkan tingginya resiko kemiskinan
ini bagi anak-anak. Sekitar seperempat dari semua anak- anak di bawah usia 18 tahun tinggal di dalam
rumahtangga yang kepala keluarganya perempuan. Dari anak-anak ini, sekitar 40 persen tinggal di
dalamkemiskinan Fields, 2003, dalam DuBois Miley, 2005: 286.
Walaupun jumlah anak-anak yang berada di dalam garis kemiskinan di Amerika Serikat baru-baru ini menurun
dari 20 persen menjadi 16,5 persen, studi-studi terbaru menunjukkan angka kemiskinan yang mengkhawatirkan
bagi seluruh anak-anak di bawah usia 18 tahun Mather Rivers, 2003, dalam DuBois Miley, 2005: 286.
Suatu perbandingan angka-angka kemiskinan di 22 negara menemukan bahwa dari negara-negara yang
dijadikan sampel studi, hanya Mexico yang memiliki angka kemiskinan anak-anak yang lebih tinggi daripada
Amerika Serikat. Suatu studi terbaru yang dilakukan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa menyimpulkan bahwa,
di antara negara-negara industri, satu-satunya negara yang angka kemiskinan anak-anak lebih tinggi daripada
Amerika Serikat ialah Rusia. Angka kemiskinan anak di Amerika Serikat pada dasarnya lebih tinggi daripada di
negara-negara Skandinavia seperti Swedia dimana angka kemiskinan anak kurang dari 3 persen Adamson,
335 Micklewright, Wright, 2000, dalam DuBois Miley,
2005: 286. Di Amerika Serikat pada khususnya, angka kemiskinan anak-anak di bawah usia 18 tahun ialah 30
persen bagi anak-anak kulit Hitam dan 28 persen bagi anak-anak Hispanic warganegara Amerika Serikat
berkulit putih keturunan Spanyol dibandingkan dengan 10 persen bagi anak-anak Kulit Putih yang bukan
Hispanic McKinnon, 2003; Ramirez de la Cruz, 2003, dalam DuBois Miley, 2005: 286.
Masyarakat umum sering mencirikan orang-orang yang miskin sebagai orang-orang yang sebenarnya mampu
bekerja; akan tetapi, fakta-fakta mematahkan miskonsepsi ini. Sejumlah orang-orang yang menerima
bantuan kesejahteraan semata-mata menambah upah mereka. Lagi pula, suatu persentasi yang besar orang-
orang yang penghasilannya di bawah garus kemiskinan ialah pekerja purna waktu. Sebagai contoh, ada seorang
dewasa yang bekerja di dalam 74 persen keluarga anak- anak yang miskin Children’s Defense Fund, 2000a,
dalam DuBois Miley, 2005: 286. Dalam kaitan dengan standard dewasa ini, suatu pekerjaan purna waktu yang
hanya dibayar dengan upah minimum meningkatkan suatu level kemisminan di bawah garis kemiskinan
dewasa ini. Menurut laporan, orang-orang miskin yang bekerja merupakan lapisan orang-orang yang miskin
yang bertumbuh sangat pesat.
Segalman dan Basu 1981 mencirikan orang-orang miskin sebagai suatu kontinuum yang meliputi orang-
orang miskin transisional, orang-orang miskin marjinal, dan orang-orang miskin residual. Bagi orang-orang
miskin transisional the transitional poor,
kemiskinan ialah suatu fenomena sementara dan berjangka pendek
yang dialami karena kondisi-kondisi perubahan. Orang- orang yang menganggur untuk jangka waktu yang
pendek, para imigran, dan bahkan para mahasiswa perguruan tinggi masuk ke dalam kategori ini. Sebagai
akibat dari pengangguran, orang-orang miskin marjinal the marginal poor
hanya mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar mereka saja. Bagi orang-
orang ini, kemampuan untuk menjamin pemenuhan diri
336 sering bergantung kepada kecenderungan-kecenderungan
ekonomi dan ketenagakerjaan nasional. Sementara banyak orang-orang miskin marjinal menikmati
mobilitas ke atas, beberapa di antaranya beresiko terperosok di dalam kemiskinan. Orang-orang miskin
residual the residual poor
tetap berada di dalam garis kemiskinan untuk jangka waktu yang panjang, bahkan
dari satu generasi ke generasi berikutnya misalnya secara transgenerasional atau antargenerasi. Bantuan-
bantuan kesejahteraan sering mensubsidi orang-orang yang mengalami kemiskinan residual selama periode
pertambahan waktu tertentu DuBois Miley, 2005: 287.
Banyak orang yakin bahwa orang-orang yang miskin pada umumnya masuk ke dalam kategori residual; akan
tetapi, suatu analisis tentang lama tinggal rata-rata di dalam bantuan kesejahteraan mematahkan keyakinan ini.
Para penerima bantuan kesejahteraan berjangka panjang “ternyata benar-benar ada, tetapi itu merupakan
kekecualian, bukan peraturan” Pavetti, 1997, dalam DuBois Miley, 2005: 287. Pola-pola kesejahteraan
yang digunakan berbeda bagi orang-orang yang menggunakan kesejahteraan untuk jangka waktu yang
pendek dan tidak pernah kembali lagi, bagi orang-orang yang sebentar-sebentar menggunakan kesejahteraan di
dalam krisis ekonomi atau keluarga yag sering berulang kembali, dan bagi orang-orang yang menerima
kesejahteraan secara terus menerus selama periode waktu yang panjang. Atas pertimbangan ini, sulit untuk
menentukan suatu lama tinggal rata-rata di dalam antrian bantuan kesejahteraan.
Catatan-catatan pada masa lalu menunjukkan bahwa, di antara kaum perempuan yang pernah menerima bantuan
kesejahteraan, sekitar setengahnya meninggalkan bantuan kesejahteraan dalam tempo setahun dan hampir
tiga per empatnya dalam tempo dua tahun Pavetti, 1997, dalam DuBois Miley, 2005: 287. Sayangnya,
walaupun banyak kaum perempuan mengakses bantuan kesejahteraan untuk periode waktu yang relatif pendek,
mereka juga cenderung kembali meminta bantuan tambahan dalam selang waktu lima tahun. Studi-studi
337 terbaru tentang partisipasi dalam bantuan kesejahteraan
menunjukkan bahwa bantuan kesejahteraan berjangka waktu panjang cenderung lebih banyak dialami oleh
keluarga-keluarga yang mengalami tantangan-tantangan ekonomi yang lebih sulit untuk memenuhi kecukupan
dirinya sendiri seperti para pecandu napza, cacat mental, buta aksara, dan keluarga-keluarga dengan anak-anak
yang mengalami kelainan-kelainan perkembangan.