23 pembelajaran yang bertujuan untuk pemecahan suatu masalah dengan
memanfaatkan pengalaman atau pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya oleh siswa. Di dalam pendekatan problem solving
kemampuan-kemampuan siswa
di dalam
menyelesaikan suatu
permasalahan dapat diasah. Adapun di dalam pembelajaran problem solving terdapat beberapa tahapan yaitu : memahami permasalahan yang
ada, mengidentifikasi masalah, memanfaatkan pengalaman yang lampau untuk mengeksplor informasi yang dibutuhkan, mengeksekusi tindakan di
dalam menyelesaikan masalah, dan mengevaluasi jawaban yang sudah diperoleh.
Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan problem solving menurut Van de Walle 2008: 47-49
meliputi tiga fase.
Fase pertama
1. Memastikan bahwa masing-masing siswa memahami soal sehingga
guru tidak perlu menjelaskan lagi kepada setiap anak. 2.
Menjelaskan apa yang guru inginkan dari masing-masing siswa sebelum mereka menyelesaikan soal. Hal ini meliputi bagaimana siswa
bekerja secara individu atau kelompok dan hasil tambahan apa yang guru harapkan selain jawaban atas soal yang diberikan.
3. Menyiapkan mental siswa untuk menyelesaikan soal dan pikiran
pengetahuan yang telah siswa miliki yang akan berguna untuk membantu menyelesaikan soal.
24
Fase kedua
1. Memberikan kesempatan siswa untuk bekerja tanpa petunjuk dari guru.
Termasuk menghindari bantuan di awal siswa bekerja. 2.
Memanfaatkan waktu pada fase ini untuk mendeteksi perbedaan cara berfikir siswa, ide-ide apa yang mereka gunakan untuk menyelesaikan
soal. 3.
Memberikan bantuan yang sesuai dengan waktu tertentu, tetapi hanya didasarkan pada ide siswa dan cara berpikir siswa. Menghindari
memberikan metode untuk menyelesaikan soal. 4.
Memberikan kegiatan yang bermanfaat bagi siswa yang dapat menyelesaikan soal lebih awal.
Fase ketiga
1. Melibatkan siswa dalam diskusi yang produktif yakni mengusahakan
mereka bekerjasama sebagai suatu kelompok belajar. 2.
Mendengarkan secara aktif tanpa mengevaluasi, kesempatan ini dapat digunakan untuk mengetahui bagaimana siswa berfikir dan bagaimana
mereka mendekati persoalan. 3.
Membuat ringkasan ide-ide pokok dan identifikasi soal untuk kegiatan selanjutnya.
5. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
Model Pembelajaran NHT Numbered Heads Together merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat
mengaktifkan siswa. Selain dapat berdiskusi, model pembelajaran ini dapat
25 menumbuhkan rasa tanggungjawab pada masing-masing individu siswa
dalam memahami kegiatan diskusi yang sedang berlangsung. Menurut Slavin 2005: 255-256 model pembelajaran ini pada
mulanya ditemukan oleh Russ Frank seorang guru di sekolah Chaparral Middle School California. Pertama kali dia mencobakan model
pembelajaran ini dengan cara membentuk siswanya menjadi beberapa kelompok untuk mendiskusikan suatu permasalahan. Masing-masing siswa
diberi sebuah nomor. Setelah itu Russ Frank menunjuk secara random nomor siswa untuk menjawab pertanyaan yang terdapat di dalam kegiatan
diskusi. Jadi di dalam kegiatan diskusi ini siswa tidak tahu siapa nantinya yang akan ditunjuk untuk menjawab pertanyaan, sehingga hal ini
mengharuskan setiap siswa untuk siap. Jawaban benar dalam diskusi tersebut akan memberikan point untuk tim yang ditunjuk.
Masih menurut Slavin 2005: 256 model pembelajaran kooperatif tipe NHT Numbered Heads Together merupakan suatu variasi
dari model diskusi kelompok. Perbedaan yang dapat dilihat dari model NHT dengan diskusi kelompok biasa adalah model NHT lebih
menekankan hanya ada satu siswa yang ditunjuk untuk mewakili kelompoknya dimana masing-masing siswa tidak mengetahui siapa yang
akan ditunjuk oleh guru. Hal ini membentuk individu siswa yang lebih bertanggungjawab terhadap materi yang mereka diskusikan.
Pendapat lain disampaikan oleh Arends 2000: 326 yang menyebutkan bahwa Numbered Heads Together adalah suatu model
26 pembelajaran yang dikembangkan oleh Spancer Kagan untuk melibatkan
lebih banyak siswa di dalam mempelajari materi di dalam pembelajaran dan untuk mengecek pemahaman mereka terhadap materi pembelajaran
yang mereka pelajari. Di dalam memberikan pertanyaan untuk satu kelas, guru mengunakan 4 tahapan sebagai berikut :
1. Penomoran
2. Menagajukan pertanyaan
3. Heads together yaitu siswa berdiskusi bersama dan meyakinkan bahwa
setiap siswa tahu akan penyelesaian dari pertanyaan atau
permasalahannya. 4.
Menjawab, dimana guru memanggil sebuah nomor dan siswa dari setiap grup diskusi yang nomornya dipanggil mengangkat tangan dan
memberikan jawaban yang dipresentasikan kepada satu kelas. Pendapat berbeda disampaikan oleh Trianto 2209: 82-83.
Trianto mendefinisikan Numbered Heads Together adalah jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola
interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. Ada 4 fase atau tahapan di dalam model pembelajaran NHT ini yaitu :
1. Penomoran
2. Mengajukan pertanyaan
3. Berpikir bersama
4. Menjawab
27 Pendapat yang hampir sama disampaikan oleh Endang
Mulyatiningsih 2012: 232 yang mendefinisikan Numbered Heads Together NHT adalah metode pembelajaran berbentuk diskusi kelompok
yang dilakukan dengan cara memberi nomor kepada setiap siswa dan pemberian tugas untuk didiskusikan. Di dalam berdiskusi kelompok setiap
siswa dipastikan harus dapat mengerjakan tugas yang diberikan. Adapun langkah-langlah
pembelajaran dengan
menerapkan model
NHT Numbered Heads Together yaitu :
1. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dan setiap siswa diberi
nomor. 2.
Guru memberikan tugas untuk didiskusikan dan masing-masing kelompok berdiskusi untuk mengerjakannya.
3. Setiap kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan masing-
masing kelompok memastikan setiap anggotanya memahami persoalan dan jawaban yang mereka diskusikan.
4. Guru memanggil salah satu nomor siswa secara acak untuk melaporkan
hasil diskusi kelompok mereka. 5.
Siswa yang lain memberikan tanggapan atas apa yang sudah dipresentasikan oleh siswa yang ditunjuk oleh guru.
6. Guru menunjuk nomor siswa yang lain untuk melaporkan hasil diskusi
mereka. Begitu seterusnya dilakukan secara bergantian. Pendapat lain disampaikan oleh Mifathul Huda Ageng Puspa
Anindita, 2013: 70. Ia mendefinisikan Numbered Heads Together sebagai