16 motivasi siswa dalam belajar matematika dimana siswa menjadi merasa
matematika lebih menarik bagi mereka. Dari beberapa definisi di atas maka dapat dikatakan pemecahan
masalah sebagai suatu solusi atas bagaimana masalah dapat diselesaikan. Adapun permasalahan yang ada tidak langsung dapt dicari jawaban atau
penyelesaiannya begitu juga dengan langkah-langkah penyelesaian dalam mencari jawaban yang benar.
3. Kemampuan Pemecahan Masalah
Polya 1985: 4-5 mendefiniskan keampuan pemecahan masalah sebagai berikut:
Solving problems is a practical skill like, let us say, swimming. We acquire any practical skill by imitation and practice. Trying
to solve problems, you have to observe and to imitate what other people do when solving problems and, finally, you learn to do
problems by doing them.
Dari definisi tersebut dapat diartikan bahwa kemampuan pemecahan masalah adalah sautu kemampuan praktik yaitu kemampuan belajar
dengan menirukan dan mempraktikkan. Memecahkan masalah adalah kegiatan belajar dengan mengamati dan menirukan orang lain di dalam
memecahkan masalah dan kemudian kita menirukan apa yang dilakukan oleh orang itu di dalam memecahkan masalah.
Menurut Polya 1985: 6-7, ada 4 tahapan di dalam memecahkan suatu masalah sesuai dengan pendapatnya sebagai berikut:
In order to group conveniently the questions and suggestions of our list, we shall distinguish four phases of the work. First, we
have to understand the problem. Second, we have to see how the various items are connected, how the unknown is linked to the
data, in order to obtain the idea of solution, to make a plan.
17 Third, we carry out our plan. Fourth, we look back at the
completed solution, we review and discuss it. Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa dalam memecahkan masalah
ada 4 tahapan yang harus dilalui yaitu : understand the problem, device a plan, carry out the problem, dan look back.
Langkah yang pertama adalah memahami masalah yang ada. Menurut Polya seorang siswa yang mengerjakan suatu soal tanpa
memahami suatu permasalahnnya merupakan hal yang tidak wajar, artinya tanpa memahami suatu permasalahannya siswa tidak mungkin dapat
menyelesaikan permasalahan tersebut. Selain itu, di dalam memecahkan suatu persoalan pemecahan masalah, siswa juga diharapkan tidak hanya
mengerti permasalahannya akan tetapi juga mempunyai keinginan untuk mengetahui solusinya. Setelah memahami permasalahan yang ada, langkah
yang kedua adalah merencanakan penyelesaian. Adapun Erman Suherman 2003: 91 mengungkapkan bahwa pada tahap ini kemampuan
merencanakan suatu penyelesaian masalah sangat tergantung pada pengalaman siswa dalam menyelesaiakan masalah. Semakin banyak
pengalaman mereka di dalam menyelesaikan suatu permasalahan, maka semakin kreatif juga kemampuan mereka dalam menyusun suatu
penyelesaian masalah. Setelah tahap menyusun suatu pemecahan masalah, tahap yang ketiga adalah menyelesaiakan masalah sesuai rencana.
Menurut Polya merencanakan suatu penyelesaian lebih sulit dibandingkan dengan menyelesaikan masalah sesuai rencana. Bila dalam
merencanakan suatu penyelesaian siswa dituntut untuk memilki mental
18 yang baik, menggunakan pengetahuan yang dimilkinya, konsentrasi dan
keberuntungan, di dalam menyelesaikan masalah sesuai rencana lebih mudah karena siswa hanya membutuhkan suatu kesabaran di dalam
mengerjakan. Hal ini dikarenakan di dalam rencana penyelesaian sudah terdapat outline penyelesaian sehingga siswa hanya cukup meyakinkan diri
mereka untuk menyelesaikan masalah sesuai outline yang ada. Langkah yang terakhir adalah melakukan pengecekkan kembali. Pada langkah ini
dilakukan pengecekkan kembali mulai dari langkah pertama sampai pada langkah ketiga. Pengecekkan ini berfungsi untuk memperkecil
kemungkinan kesalahan dalam mengerjakan soal. Sehingga siswa mendapat jawaban yang tepat untuk persoalan yang dikerjakan.
Krulik dan Rudnick 1995: 6 berpendapat bahwa pemecahan masalah dapat diselesaikan melalui suatu proses yang dianalisis dan
direpresentasikan melalui beberapa tahap yaitu : membaca dan berpikir read and think, merencanakan suatu kemampuan akademik explore and
plan, memilih strategi mana yang akan digunakan select in strategy, menemukan jawaban atau penyelesaian find an answer, peninjauan
kembali jawaban yang sudah diperoleh dan memeprluas jawaban reflect and extend.
Adapun menurut Posamentier dan Stepelman 1990: 113 pemecahan masalah didefinisikan sebagai berikut:
A mathematical problem may be describe as “challenging” if its solution requires creativity, insight, original thinking, or
imagination. To each person, some problems are found to be
19 considerably more challenging than others. In fact, what may be
challenging for one person may be quite routine to another.
Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa pemecahan masalah adalah suatu tantangan yang solusinya membutuhkan suatu kreativitas,
pengetahuan, pemikiran original, atau imajinasi. Untuk tiap orang, beberapa masalah dapat dianggap lebih menantang akan tetapi belum tentu
orang lain merasakan hal yang demikian. Pada kenyataannya, apa yang dianggap menantang dan tidak biasa bagi seseorang kemungkinan masalah
tersebut merupakan masalah yang biasa bagi orang lain. Adapun strategi untuk pemecahan masalah yaitu merencanakan suatu tindakan untuk
menyelesaikan masalah. Cooney et al Herman Hudojo, 2003: 152 berpendapat bahwa
mengajarkan kemampuan pemecahan masalah pada siswa dapat membentuk siswa menjadi lebih analitis di dalam mengambil keputusan di
dalam hidupnya. Jadi, jika seorang siswa dilatih untuk menyelesaikan suatu permasalahan, maka siswa tersebut dapat mengambil suatu
keputusan dan siswa menjadi mempunyai ketrampilan bagaimana mengumpulkan informasi yang relevan, menganalisis informasi yang
sudah diperoleh, dan menyadari pentingnya meneliti kembali hasil yang sudah diperoleh.
Dari beberapa definisi kemampuan pemecahan masalah di atas, maka dapat dikatakan bahwa kemampuan pemecahan masalah adalah
suatu kemampuan untuk menyelesaikan suatu masalah yang tidak rutin yaitu dimana persoalan pemecahan masalah tidak dapat langsung diketahui