44 bentuk melengkapi soal tidak berupa satu kesatuan cerita.
Sehingga soal yang satu dengan soal yang lain tidak berhubungan. d
Tes objektif bentuk Isian Tes objektif berbentuk melengkapi biasanya berupa soal
cerita atau karangan. Kata-kata penting di dalam karangan atau cerita itu beberapa dikosongkan di mana nantinya akan diisi oleh
siswa. Di sinilah tugas dari siswa yaitu untuk melengkapi kata- kata yang dihilangkan agar sesuai dengan cerita atau karangan.
e Tes objektif bentuk Pilihan Ganda
Tes objektif bentuk pilihan ganda merupakan salah satu bentuk soal objektif yang terdiri atas pertanyaan atau pernyataan
yang sifatnya belum selesai dan untuk menyelesaikannya harus dipilih salah satu atau lebih dari beberapa kemungkinan jawaban
yang sudah disediakan pada tiap-tiap butir soal yang diberikan. Dari beberapa jenis-jenis soal di atas, perlu diperhatikan bahwa
di dalam penyusunan soal tersebut harus dipertimbangkan aspek-aspek kevalidan soal, kereliabelan soal, sifat objektif soal, dan kepraktisan
soal.
9. LKS dengan Pendekatan Problem Solving
LKS dengan pendekatan Problem Solving adalah suatu bahan ajar yang disusun untuk mengasah kemampuan pemecahan masalah siswa.
LKS ini dirancang dengan penyajian permasalahan yang non-rutin. Di dalam pemecahan persoalannya, dilakukan dengan tahap-tahap
45 penyelesaian soal pemecahan masalah antara lain: understand the
problem memahami masalah, device a plan merencanakan penyelesaian, carry out the plan melaksanakan rencana penyelesaian,
look back meninjau ulang jawaban yang diperoleh. Sesuai dengan definisi pendekatan problem solving yang
dikemukakan oleh NCTM 2000:182, pendekatan problem solving adalah suatu pendekatan dalam proses pengajaran sebagai suatu
pemecahan masalah dengan menggunakan soal yang menarik dan teruji untuk memulai pembelajaran matematika dan menarik minat siswa. Oleh
karena itu, LKS yang dengan pendekatan problem solving harus memuat suatu persoalan yang menarik untuk diselesaikan dan dapat melatih
kemampuan siswa dalam memecahkan suatu persoalan. 10.
RPP dengan Model Pembelajaran Kooperatif NHT
Menurut Permendiknas nomor 41 tahun 2007 RPP merupakan suatu rencana pembelajaran atau skenario pembelajaran yang disusun
untuk setiap Kompetensi Dasar yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Adapun pengertian NHT menurut Arends
2000: 326 adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan lebih banyak siswa di dalam mempelajari materi di dalam pembelajaran dan
untuk mengecek pemahaman mereka terhadap materi pembelajaran yang mereka pelajari. Di dalam melaksanakan proses pembelajaran
guru memberikan permasalahan untuk satu kelas dan mengunakan 4 tahapan sebagai berikut :
46 1.
Penomoran 2.
Menagajukan permasalahan 3.
Heads together yaitu siswa berdiskusi bersama dan meyakinkan bahwa setiap siswa tahu akan penyelesaian dari pertanyaan atau
permasalahannya. 4.
Menjawab, dimana guru memanggil sebuah nomor dan siswa dari setiap grup diskusi yang nomornya dipanggil mengangkat tangan
dan memberikan jawaban yang dipresentasikan kepada satu kelas. Dari definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa RPP
dengan model
pembelajaran NHT
merupakan suatu
rencana pembelajaran atau skenario pembelajaran di mana pada tahap kegiatan
pembelajarannya terdapat
kegiatan penomoran,
mengajukan permasalahan kemudian diselesaikan dengan diskusi kelompok, dan
presentasi dengan pemanggilan nomor secara acak.
11. Kriteria Kualitas Produk
Kriteria kualitas produk menurut Nieveen 1999: 127 meliputi tiga aspek.
a. Valid
Kriteria valid didapat berdasarkan kualitas materi produk itu sendiri. Komponen materi harus berdasarkan konten validitas dan
semua komponen materi pembelajaran harus berdasarkan pada ilmu pengetahuan atau metode pembelajaran terkini serta susunan aktivitas
pembelajaran harus saling terhubung satu sama lain secara konsisten.
47 Jika produk sudah memenuhi kriteria di atas maka produk yang
dikembangkan dapat dikatakan valid. b.
Efektif Kriteria efektif didapat berdasarkan apresiasi siswa terhadap
program pembelajaran dan dapat menyalurkan keinginan belajarnya. Selain itu dapat dikatakan efektif apabila hasil yang ada sesuai dengan
harapan peneliti yaitu peningkatan dalam pemecahan masalah bagi siswa dapat selaras artinya harapan peneliti tercapai.
c. Praktis
Kriteria praktis diperoleh jika guru dan para ahli menilai bahwa materi pembelajaran yang dikembangkan bermanfaat dan mudah bagi
guru dan murid untuk mempelajari materi pembelajaran yang dikembangkan dan sangat cocok dengan maksud dan tujuan dari
pembuat produk. Jika kriteria tersebut terpenuhi, maka materi produk dapat dikatakan praktis.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dilaksanakan oleh Dewi Retnawati 2009. Penelitian tersebut menunujukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan
model NHT dapat mengoptimalkan pembelajaran matematika siswa. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa penggunaan model NHT dalam
pembelajaran matematika cukup efektif untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar matematika.