Tantangan Guru SMK dalam Kebijakan Politik
224 Gambar 5.5 menjelaskan bahwa SMK kelompok bidang
studi keahlian Agribisnis dan Agroteknologi dapat menjadi pemasok bahan baku pada industri makanan yang mengolah hasil
pertanian pasca panen. Pada industri transportasi, SMK dapat menjadi pemasok tenaga kerja yang siap pakai. Pada industri
barang modal, dan komponen industri kecil dan menengah IKM, SMK dapat menjadi pemasok sparepart, pemasaran produk dan
jasa layanan purna jual. Sedangkan pada industri barang konsumsi, SMK dapat menjadi produsen yang kompetitif. Konsep kemitraan
SMK-industri diilustrasikan pada Gambar 5.6 dan 5.7
Gambar 5. 6. Konsep Kemitraan SMK-Industri
Gambar 5. 7. Lini Usaha Kemitraan SMK-Industri
INDUSTRI
SMK PEMBUAT AN
SPARE PART INDUSTRI
INDUSTRI INDUSTRI
SMK SMK
SMK PERAKITAN
MARKET-ING AFTER
SALES SERVICES
Kemitra an Usaha
Industri
SMK Produk
Market Swastape
r orangan
Pemerinta h
Bentuk Penjualan
Penjualan bebas
Lelangpe nunjukan
225 Ilustrasi kemitraan SMK dengan DUDI pada Gambar 5.6
dan 5.7 menunjukkan bahwa banyak sektor-sektor perdagangan dan jasa yang membutuhkan kemitraan dengan SMK. SMK dapat
menjadi pemasok barang maupun tenaga kerja terampil pada jenis usaha perdagangan mini market, toko, grosir, dll, industri
pariwisata hotel, restoran dan katering, kecantikan dan seni pertunjukkan maupun pada industri rancang bangun
Dengan mempelajari roadmap pengembangan SMK maka guru SMK mendapat peluang sekaligus memiliki tantangan yang
cukup banyak. Di masa depan, SMK bukan hanya sebagai konsumen produk barang dan jasa dari DUDI tetapi SMK juga
diharapkan menjadi pelaku mitra DUDI untuk menghasilkan barang dan jasa. Jika rencana strategis ini dapat tercapai, di masa
depan SMK akan menjadi lembaga pendidikan yang mandiri dan klaster-klaster industri yang kompetitif. Dalam rangka
meningkatkan daya serap lulusan dan daya saing SMK, Direktorat Pembinaan SMK memiliki target yang akan dicapai pada tahun
2014 antara lain: 1 70 SMK memiliki unit pembelajaran usaha teaching industry; 2 semua SMK memiliki industri pasangan
yang relevan dalam rangka pengembangan kewirausahaan. Untuk merintis teaching industry tersebut, SMK dan industri dapat
melakukan kerjasama dalam bentuk pemenuhan peralatan murah, seperti:
1. Bekerja sama dengan mitra industri lokalinternasional untuk
penyediaan sparepart peralatan SMK 2. Bekerjasama dengan mitra industri lokalinternational untuk
merakit peralatan-peralatan SMK 3. Mengembangkan teaching factoryindustry di SMK
4. Mengarahkan praktik siswa kepada pembuatan sparepart peralatan SMK sesuai dengan kompetensi keahlian siswa yang
relevan Roadmap Pengembangan SMK 2010-2014
Supaya target Direktorat PSMK dapat tercapai maka diperlukan dukungan guru SMK yang mampu mengembangkan
teaching factory
teaching industry
. Perintisan teaching factoryteaching industry
memerlukan kerjasama dengan DUDI yang sudah maju supaya terjadi pengimbasan pengelolaan usaha
dari DUDI ke SMK. Guru SMK mendapat tantangan agar memiliki jiwa entrepreneurship supaya dapat memberi teladan
226 kepada peserta didiknya untuk menjadi entrepreneur-entrepreneur
muda. SMK dengan DUDI diharapkan dapat memanfaatkan
kerjasama dengan prinsip saling menguntungkan, saling memperkuat dan saling memerlukan. Kemitraan dapat memberi
manfaat yang saling menguntungkan jika DUDI menjadi tempat praktek kerja SMK dan DUDI memanfaatkan SMK untuk
meningkatkan citra DUDI di masyarakat. Kemitraan dapat saling memperkuat untuk menghadapi pesaing dari luar, misalnya jika
SMK menjadi pemasok bahan bakusparepart yang dapat dipercaya, murah dan berkualitas. SMK diperkuat oleh industri
jika mendapat kepercayaan untuk mengelola sebagian dari sistem produksi industri sehingga SMK mampu menjadi contoh bagi
SMK lain. Kemitraan dapat saling memerlukan jika SMK memerlukan DUDI untuk menerima tenaga kerja lulusan SMK dan
industri memerlukan SMK sebagai tempat training center calon tenaga kerja industri tersebut.
Tantangan guru SMK dalam menghadapi kebijakan politik saat ini tidak terlepas dari kebijakan otonomi daerah yang sudah
sejak tahun 1999 ditetapkan. Setelah kebijakan otonomi daerah, SMK diberi kewenangan penuh untuk mengelola sekolah sendiri
dengan menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah MBS. Pada era otonomi, guru yang profesional dituntut dapat melanjutkan
reformasi pendidikan yang semakin luas. Kebijakan otonomi di Quebee, memberi tantangan kepada guru supaya dapat:
1
to collaborate actively with other members of the school team and the education community
2 teachers help define the educational project, the student
supervision policy, the approach used to implement the basic school regulation and the guidelines for enriching or adapting
programs of study.
3 the time allocation for each subject, the program planning of
educational activities, and the student services to be offered. 4
can make proposals concerning local programs of study, new instructional approaches, the selection of textbooks and
instructional materials, and evaluation standards and procedures.
227 Kementerian Pendidikan Quebee menyatakan bahwa perubahan
politik di negaranya memberi tantangan kepada guru agar memiliki kemampuan untuk:
1 Berkolaborasi secara aktif dengan semua warga sekolah dan
komunitas pendidikan lainnya 2 membantu menentukan proyek pendidikan, kebijakan
pengawasan siswa, pendekatan yang digunakan untuk menerapkan peraturanpedoman sekolah yang dapat
memperkaya program studi.
3 mengalokasikan waktu untuk setiap mata pelajaran, merencanakan programkegiatan pendidikan, dan menentukan
layanan yang akan ditawarkan kepada siswa. 4 dapat membuat proposal untuk pengembangan program studi,
menyusun pendekatan pembelajaran baru, memilih buku dan perangkat pembelajaran, serta menetapkan standar dan
prosedur evaluasi
Penjelasan tersebut memberi makna bahwa kebijakan otonomi perlu didukung oleh SDM yang unggul untuk mengelola
sekolahnya sendiri. Jika SDM belum siap, pendidikan bukannya semakin maju tetapi kemungkinan malah mengalami kemunduran.
Dengan otonomi, guru memiliki kebebasan untuk berkreasi. Guru yang tidak kreatif akan mengalami kesulitan untuk menyesuaikan
diri dengan perubahan dan permintaan dari pengguna layanan pendidikan.
Kebijakan peningkatan rasio jumlah peserta didik SMK:SMA dari 30:70 menjadi 67:33 tertuang dalam rencana strategis
Departemen Pendidikan Nasional tahun 2005 – 2009 dan 2010 –
2014 memberi dampak pada animo masyarakat sekolah di SMK dan daya serap lulusan yang setiap tahun berubah. Peningkatan
jumlah peserta didik SMK yang tidak diimbangi dengan peningkatan jumlah lapangan kerja menyebabkan jumlah lulusan
beberapa kompetensi keahlian yang favorit mengalami kejenuhan, karena tidak semua lulusan dapat memperoleh pekerjaan yang
sesuai dengan kompetensinya. Selain itu, sekolah juga menghadapi kendala kekurangan guru bidang keahlian produktif dan industri
pasangan tempat magang peserta didik SMK Endang Mulyatiningsih, 2010.
Anggaran negara untuk pendidikan sudah ditingkatkan, namun masalah klasik di bidang pendidikan masih terus ada dan relatif
228 sama. Berikut ini dilustrasikan permasalahan yang dihadapi China
berdasarkan kebijakan politik dan ekonomi di negaranya Although China‟s economy has been growing rapidly in recent
years, the level it has reached is still much lower than that of developed countries. Low total government expenditure for public
services means
low public expenditure on education, particularly
for TVET, despite it being a priority target according to stated policy. In 2006, investment in secondary vocational education
reached only 4.3 of total public education expenditure .
Meskipun ekonomi China telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir, tingkat kekayaan penduduk masih jauh
lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara maju. Jumlah pengeluaran pemerintah untuk pelayanan publik masih rendah dan
pengeluaran masyarakat untuk pendidikan kejuruan masih rendah pula dari target prioritas kebijakan lain. Pada tahun 2006, investasi
dalam pendidikan menengah kejuruan hanya mencapai 4,3 dari keseluruhan belanja pendidikan publik. Dalam referensi yang sama
juga dijelaskan bahwa negara China telah mengambil kebijakan meningkatkan peserta didik SMK sama seperti di Indonesia, tetapi
SMK di negara China juga masih miskin fasilitas, peralatan mengajar out-of-date dan staf pengajar yang sesuai masih kurang.
Kenyataan ini telah menjadi isu untuk sebagian besar sekolah kejuruan.