Tindak Lanjut Uji Kompetensi

359 posisi yang seimbang dengan profesi lain yang lebih mapan kehidupannya. Melalui standar kompetensi dan sertifikasi guru sebagai proses pemberdayaan, diharapkan adanya perbaikan tata kehidupan yang lebih adil, demokratis, serta tegaknya kebenaran dan keadilan di kalangan guru dan tenaga kependidikan. Dalam pada itu, diharapkan guru dapat melaksanakan pendidikan sesuai dengan kebutuhan, perkembangan zaman, karakteristik lingkungan, dan tuntutan global. Kindervatter 1979 memberikan batasan pemberdayaan sebagai peningkatan pemahaman manusia untuk meningkatkan kedudukannya di masyarakat. Peningkatan kedudukan itu, meliputi kondisi-kondisi berikut. 1. Akses, memiliki peluang yang cukup besar untuk mendapatkan sumber-sumber daya dan sumber dana. 2. Daya pengungkit, meningkat dalam hal daya tawar kolektifnya. 3. Pilihan-pilihan, mampu dan memiliki peluang terhadap berbagai pilihan. 4. Status, meningkatnya citra diri, kepuasan diri, dan memiliki perasaan yang positif atas identitas budayanya. 5. Kemampuan refleksi kritis, menggunakan pengalaman untuk mengukur potensi keunggulannya atas berbagai peluang pilihan-pilihan dalam pemecahan masalah. 6. Legitimasi, ada pertimbangan ahli yang menjadi justifikasi atau yang membenarkan terhadap alasan-alasan rasional atas kebutuhan-kebutuhan masyarakat. 7. Disiplin, menetapkan sendiri standar mutu untuk pekerjaan yang dilakukan untuk orang lain. 8. Persepsi kreatif, sebuah pandangan yang lebih positif dan inovatif terhadap hubungan dirinya dengan lingkungannya. Kondisi-kondisi tersebut dapat dipandang sebagai hasil dari proses pemberdayaan. Dengan perkataan lain, pemberdayaan dikatakan berhasil jika pada diri khalayak sasaran menunjukkan indikator tersebut. Cook dan Macaulay 1997 memberikan definisi pemberdayaan sebagai “alat penting untuk memperbaiki kinerja organisasi melalui penyebaran pembuatan keputusan dan tanggung jawab”. Dengan demikian, akan mendorong keterlibatan para pegawai dalam pengambilan keputusan dan tanggung jawab. Dalam dunia pendidikan, pemberdayaan ditujukan kepada para peserta didik, guru, kepala sekolah, dan tenaga administrasi. Sebagai ilustrasi, pada sebuah sekolah prestasi belajar para peserta 360 didiknya meningkat tajam karena kepala sekolah memberikan kewenangan yang leluasa kepada para guru untuk mengambil peran dalam pengambilan keputusan-keputusan sehubungan dengan pekerjaannya sehari-hari. Salah satu contohnya adalah guru agama yang diberi kewenangan mengambil keputusan dan tindakan sehubungan dengan perilaku peserta didik. Hal tersebut menunjukkan para peserta didik merasa puas, dan berusaha menjadi peserta didik yang berprestasi. Dengan kebijakan itu, pengambilan keputusan terdistribusi pada seluruh staf sehingga hal-hal penting yang membutuhkan keputusan dan tindakan cepat tidak harus menunggu keputusan dari menajemen puncak kepala sekolah. Dalam dunia pendidikan, pemberdayaan merupakan cara yang sangat praktis dan produktif untuk mendapatkan hasil yang terbaik dari kepala sekolah manajer, para guru, dan para pegawai. Proses yang ditempuh untuk mendapatkan hasil terbaik dan produktif tersebut adalah dengan membagi tanggung jawab secara proporsional kepada para guru. Satu prinsip penting dalam pemberdayaan ini adalah melibatkan guru dalam proses pengambilan keputusan dan tanggung jawab. Melalui proses pemberdayaan itu diharapkan para guru memiliki kepercayaan diri self-reliance. Dalam standar kompetensi dan sertifikasi guru, pemberdayaan dimaksudkan untuk memperbaiki kinerja sekolah, melalui kinerja guru agar dapat mencapai tujuan secara optimal, efektif, dan efisien. Pada sisi lain, untuk memberdayakan sekolah harus pula ditempuh upaya-upaya memberdayakan peserta didik dan masyarakat setempat, di samping mengubah paradigma pendidikan yang dimiliki oleh para guru dan kepala sekolah. Para guru dan kepala sekolah perlu lebih dahulu tahu, memahami akan hakikat manfaat dan proses pemberdayaan peserta didik. Standar kompetensi dan sertifikasi guru sebagai proses pemberdayaan merupakan cara untuk membangkitkan kemauan dan potensi guru agar memiliki kemampuan mengontrol diri dan lingkungannya untuk dimanfaatkan bagi kepentingan peningkatan kesejahteraan. Pada dasarnya, pemberdayaan guru melalui standar kompetensi dan sertifikasi guru terjadi melalui beberapa tahapan. Pertama, guru-guru mengembangkan sebuah kesadaran awal bahwa mereka dapat melakukan tindakan untuk meningkatkan kehidupannya dan memperoleh seperangkat keterampilan agar 361 mampu bekerja lebih baik. Melalui upaya tersebut, pada tahap kedua, mereka akan mengalami pengurangan perasaan ketidakmampuan dan mengalami peningkatan kepercayaan diri. Akhirnya, ketiga, seiring dengan tumbuhnya keterampilan dan kepercayaan diri, para guru bekerja sama untuk berlatih lebih banyak mengambil keputusan dan memilih sumber-sumber daya yang akan berdampak pada kesejahteraan. Istilah kompetensi guru mempunyai banyak makna, Broke and Stone 1995 mengemukakan bahwa kompetensi guru sebagai”... descriptive of qualitative nature of teacher behavior appears to be entirely meaningful. ....” Kompetensi guru merupakan gambaran kualitatif tentang hakikat perilaku guru yang penuh arti. Sementara Charles 1994 mengemukakan bahwa “competency as rational performance which satisfactorily meets the objective for a desired condition kompetensi merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Adapun dalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dijelaskan bahwa “kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan kuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.” Dari uraian tersebut, nampak bahwa kompetensi mengacu pada kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan. Kompetensi guru menunjuk kepada performance dan perbuatan yang rasional untuk memenuhi spesifikasi tertentu di dalam pelaksanaan tugas-tugas pendidikan. Dikatakan rasional karena mempunyai arah dan tujuan, sedangkan performance merupakan perilaku nyata dalam arti tidak hanya dapat diamati, tetapi mencakup sesuatu yang tidak kasat mata. Kompetensi merupakan komponen utama dari standar profesi di samping kode etik sebagai regulasi perilaku profesi yang ditetapkan dalam prosedur dan sistem pengawasan tertentu. Kompetensi diartikan dan dimaknai sebagai perangkat perilaku efektif yang terkait dengan eksplorasi dan investigasi, menganalisis, dan memikirkan, serta memberikan perhatian, dan mempersepsi yang mengarahkan seseorang menemukan cara-cara untuk mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efisien. Kompetensi bukanlah suatu titik akhir dari suatu upaya melainkan 362 suatu proses yang berkembang dan belajar sepanjang hayat lifelong learning process. Kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara kaffah membentuk kompetensi standar profesi guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi, dan profesionalisme. Penguasaan materi, meliputi pemahaman karakteristik dan substansi ilmu sumber bahan pembelajaran, pemahaman disiplin ilmu yang bersangkutan dalam konteks yang lebih luas, penggunaan metodologi ilmu yang bersangkutan untuk memverifikasi dan memantapkan pemahaman konsep yang dipelajari, penyesuaian substansi dengan tuntutan dan ruang gerak kurikuler, serta pemahaman manajemen pembelajaran. Hal ini menjadi penting dalam memberikan dasar-dasar pembentukan kompetensi dan profesionalisme guru di sekolah. Dengan menguasai materi pembelajaran, guru dapat memilih, menetapkan, dan mengembangkan alternatif strategi dari berbagai sumber belajar yang mendukung pembentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar SKKD. Pemahaman terhadap peserta didik, meliputi berbagai karakteristik, tahap-tahap perkembangan dalam berbagai aspek dan penerapannya kognitif, afektif, dan psikomotor dalam mengoptimalkan perkembangan dan pembelajaran. Guru dalam melaksanakan tugas dan fungsinya dihadapkan pada sekelompok individu yang memiliki karakteristik berbeda sesuai dengan jumlahnya. Pemahaman terhadap karakteristik peserta didik oleh para guru menjadi prasyarat dalam memberikan pembelajaran, pembimbingan, dan pelatihan yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan masing-masing individu peserta didik. Pembelajaran yang mendidik terdiri atas pemahaman konsep dasar proses pendidikan dan pembelajaran bidang studi yang bersangkutan, serta penerapannya dalam pelaksanaan dan pengembangan pembelajaran. Pembelajaran yang mendidik merupakan upaya memfasilitasi perkembangan potensi individu secara optimal dan bersinergi pada pengembangan potensi pada setiap aspek kepribadian. Upaya memfasilitasi perkembangan setiap aspek kepribadian dalam pembelajaran dilakukan dengan mengacu pada pembentukan individu yang utuh dalam kompetensi 363 kecakapan hidup yang bertakwa, bermartabat, bermoral, dan bertanggung jawab. Pengembangan pribadi dan profesional isme mencakup pengembangan intuisi keagamaan, kebangsaan yang berkepribadian, sikap dan kemampuan mengaktualisasi diri, serta sikap dan kemampuan mengembangkan profesionalisme kependidikan. Guru dalam melaksanakan tugasnya harus bersikap terbuka, kritis, dan skeptis untuk mengaktualisasi penguasaan isi bidang studi, pemahaman terhadap karaktersitik peserta didik, dan melakonkan pembelajaran yang mendidik. Di samping itu, guru perlu dilandasi sifat ikhlas dan bertanggungjawab atas profesi pilihannya sehingga berpotensi menumbuhkan kepribadian yang tangguh dan memiliki jati diri. Keempat standar kompetensi guru tersebut masih bersifat umum dan perlu dikemas dengan menempatkan manusia sebagai makhluk ciptaan Allah yang beriman dan bertakwa, serta sebagai warga negara Indonesia yang demokratis dan bertanggungjawab. Pengembangan keempat standar kompetensi guru di atas menurut Depdiknas, 2004 perlu didasarkan pada hal-hal berikut. 1. Landasan konseptual, landasan teoretik, dan peraturan perundangan yang berlaku. 2. Landasan empirik dan fenomena pendidikan yang ada, kondisi, strategi, dan hasil di lapangan, serta kebutuhan stakeholders. 3. Jabaran tugas dan fungsi guru, meliputi merancang, melaksanakan, dan menilai pembelajaran, serta mengembangkan pribadi peserta didik. 4. Jabaran indikator standar kompetensi, meliputi rumpun kompetensi, butir kompetensi, dan indikator kompetensi. 5. Pengalaman belajar dan asessment sebagai tagihan konkret yang dapat diukur dan diamati untuk setiap indikator kompetensi. Di samping standar profesi di atas, guru perlu memiliki standar mental, moral, sosial, spiritual, intelektual, fisik dan psikis, sebagai berikut. 1. Standar mental, yaitu guru harus memiliki mental yang sehat, mencintai, mengabdi, dan memiliki dedikasi yang tinggi pada tugas dan jabatannya. 2. Standar moral, yaitu guru harus memiliki budi pekerti luhur dan sikap moral yang tinggi. 3. Standar sosial, yaitu guru harus memiliki kemampuan untuk 364 berkomunikasi dan bergaul dengan masyarakat lingkungannya. 4. Standar spiritual, yaitu guru harus beriman dan bertakwa kepada Allah Swt., yang diwujudkan dalam ibadah dalam kehidupan sehari-hari. 5. Standar intelektual, yaitu guru harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai agar dapat melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan baik dan profesional. 6. Standar fisik, yaitu guru harus sehat jasmani, berbadan sehat, dan tidak memiliki penyakit menular yang membahayakan diri, peserta didik, dan lingkungannya. 7. Standar psikis, yaitu guru harus sehat rohani, artinya tidak mengalami gangguan jiwa ataupun kelainan yang dapat mengganggu pelaksanaan tugas profesionalnya. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan journey, yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggungjawab atas kelancaran perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya menyangkut fisik, tetapi juga perjalanan mental, emosional, kreativitas, moral, dan spiritual yang lebih dalam dan kompleks. Guru harus merumuskan tujuan secara jelas, menetapkan waktu perjalanan, menetapkan jalan yang harus ditempuh, menggunakan petunjuk perjalanan, serta menilai kelancaran perjalanan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik. Semua itu dilakukan berdasarkan kerja sama yang baik dengan peserta didik, tetapi guru memberikan pengaruh utama dalam setiap aspek perjalanan. Guru memiliki berbagai hak dan tanggungjawab dalam setiap perjalanan yang direncanakan dan dilaksanakannya. Istilah perjalanan merupakan suatu proses pembelajaran, baik dalam kelas maupun di luar kelas yang mencakup seluruh kehidupan. Analog dari perjalanan itu sendiri merupakan pengembangan setiap aspek yang terlibat dalam proses pembelajaran. Setiap perjalanan tentu mempunyai tujuan, kecuali orang yang berjalan secara kebetulan. Keinginan, kebutuhan dan bahkan naluri manusia menuntut adanya suatu tujuan. Suatu rencana dibuat, perjalanan dilaksanakan dan dari waktu ke waktu terdapatlah saat berhenti untuk melihat ke belakang serta mengukur sifat, arti, dan efektivitas perjalanan sampai tempat berhenti tadi. 365 Ilustrasi di atas, menunjukkan bahwa sebagai pembimbing perjalanan, guru memerlukan kompetensi yang tinggi untuk melaksanakan empat hal berikut ini. Pertama , guru harus merencanakan tujuan dan mengidentifikasi kompetensi yang hendak dicapai. Tugas guru adalah menetapkan apa yang telah dimiliki oleh peserta didik sehubungan dengan latar belakang dan kemampuannya, serta kompetensi apa yang mereka perlukan untuk dipelajari dalam mencapai tujuan. Untuk merumuskan tujuan, guru perlu melihat dan memahami seluruh aspek perjalanan. Sebagai contoh, kualitas hidup seseorang sangat bergantung pada kemampuan membaca dan menyatakan pikiran-pikirannya secara jelas. Kedua, guru harus melihat keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran, dan yang paling penting bahwa peserta didik melaksanakan kegiatan belajar itu tidak hanya secara jasmaniah, tetapi mereka harus terlibat secara psikologis. Dengan kata lain, peserta didik harus dibimbing untuk mendapatkan pengalaman, dan membentuk kompetensi yang akan mengantar mereka mencapai tujuan. Dalam setiap hal peserta didik harus belajar, untuk itu mereka harus memiliki pengalaman dan kompetensi yang dapat menimbulkan kegiatan belajar. Ketiga, guru harus memaknai kegiatan belajar. Hal ini mungkin merupakan tugas yang paling sukar tetapi penting, karena guru harus memberikan kehidupan dan arti terhadap kegiatan belajar. Bisa jadi pembelajaran direncanakan dengan baik, dilaksanakan secara tuntas dan rinci, tetapi kurang relevan, kurang hidup, kurang bermakna, kurang menantang rasa ingin tahu, dan kurang imaginatif. Keempat , guru harus melaksanakan penilaian. Dalam hal ini, guru diharapkan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut; Bagaimana keadaan peserta didik dalam pembelajaran? Bagaimana peserta didik membentuk kompetensi? Bagaimana peserta didik mencapai tujuan? Jika berhasil, mengapa, dan jika tidak berhasil mengapa? Apa yang bisa dilakukan di masa mendatang agar pembelajaran menjadi sebuah perjalanan yang lebih baik? Apakah peserta didik dilibatkan dalam menilai kemajuan dan keberhasilan sehingga mereka dapat mengarahkan dirinya self-directing Seluruh aspek pertanyaan tersebut merupakan kegiatan penilaian yang harus dilakukan guru terhadap 366 kegiatan pembelajaran, yang hasilnya sangat bermanfaat terutama untuk memperbaiki kualitas pembelajaran. Sehubungan dengan uraian di atas, agar dapat memenuhi harapan pemakai lulusan, calon guru perlu dibekali dengan perangkat kompetensi yang dipersiapkan dengan sebaik-baiknya. Lembaga pendidikan guru harus mampu menyiapkan tenaga guru yang memiliki kemampuan sesuai dengan harapan dan cita-cita bangsa, hal ini penting terutama dalam rangka meningkatkan profesionalisme secara nasional, yang menuntut standar kompetensi agar profesi itu berfungsi dengan baik. Kompetensi guru diperlukan untuk menjalankan fungsi profesi. Dalam masyarakat yang kompleks seperti masyarakat yang sudah maju dan modern, profesi menuntut kemampuan membuat keputusan yang tepat dan kemampuan membuat kebijaksanaan yang tepat. Untuk itu diperlukan banyak keterangan yang lengkap agar tidak menimbulkan kesalahan yang dapat merugikan diri sendiri maupun masyarakat. Kesalahan dalam profesi pendidikan dapat menimbulkan akibat yang fatal sehingga pembuat perencanaan dan pelaksanaannya harus ditangani oleh para ahli yang kompeten. Kompetensi guru diperlukan dalam rangka mengembangkan dan mendemonstrasikan perilaku pendidikan, bukan sekedar mempelajari keterampilan-keterampilan mengajar tertentu, tetapi merupakan penggabungan dan aplikasi suatu keterampilan dan pengetahuan yang saling bertautan dalam bentuk perilaku nyata. Perilaku pendidikan tersebut harus ditunjang oleh aspek-aspek lain seperti bahan yang dikuasai, teori-teori kependidikan, serta kemampuan mengambil keputusan yang situasional berdasarkan nilai, sikap dan kepribadian. Dengan demikian, Lembaga Pendidikan Guru, yang dulu dikenal dengan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan LPTK harus membekali lulusannya dengan perangkat kompetensi yang diperlukan sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang akan diemban para lulusan, serta sesuai pula dengan perkembangan masyarakat dan kebutuhan zaman yang senantiasa berubah. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Sisdiknas, 2003 Pasal 35 ayat 1, mengemukakan bahwa standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan 367 secara berencana dan berkala. Memahami hal tersebut, nampak jelas bahwa guru yang bertugas sebagai pengelola pembelajaran dituntut untuk memiliki standar kompetensi dan profesional. Hal ini mengingat betapa penting peran guru dalam menata isi, menata sumber belajar, mengelola proses pembelajaran, dan melakukan penilaian yang dapat memfasilitasi terciptanya sumber daya manusia lulusan yang memenuhi standar nasional dan standar tuntutan era global. Standar kompetensi dalam hal ini dimaksudkan sebagai sesuatu spesifikasi teknis kompetensi yang dibakukan BSN, 2001 yang disusun berdasarkan konsensus semua pihak yang terkait dengan memerhatikan keselamatan, keamanan, kesehatan, perkembangan Iptek, perkembangan masa kini dan masa mendatang untuk mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya. Dalam draf Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Guru Sekolah Lanjutan Pertama dan Atas, SKGP PGSMPSMA Depdiknas, 2004 disebutkan bahwa guru sebagai tenaga profesional bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, melakukan penelitian, membantu pengembangan dan pengelolaan program sekolah serta mengembangkan profesionalitas. Standardisasi kompetensi adalah proses pencapaian tingkat minimal kompetensi standar yang dipersyaratkan oleh suatu profesi. Pelayanan pendidikan yang mengglobal menuntut standar profesi yang memenuhi persyaratan nasional dan internasional. Standar kompetensi dalam program sertifikasi lebih menekankan pada pemberian kompetensi minimal yang dipersyaratkan untuk melakukan unjuk kerja yang efektif di tempat tugas. Tempat tugas dalam program ini adalah tugas kependidikan. Guru dalam era globalisasi memiliki tugas dan fungsi yang lebih komplek sehingga perlu memiliki kompetensi dan profesionalisme yang standar. Kompetensi guru lebih bersifat personal dan kompleks serta merupakan satu kesatuan utuh yang menggambarkan potensi yang mencakup pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai, yang dimiliki seseorang guru yang terkait dengan profesinya yang dapat direpresentasikan dalam amalan dan kinerja guru dalam mengelola pembelajaran di sekolah. Kompetensi ini yang digunakan sebagai indikator dalam mengukur kualifikasi dan profesionalitas guru pada suatu jenjang dan jenis pendidikan Depdiknas, 2004. 368 Hasil kajian mengenai landasan konseptual, landasan empirik, perumusan indikator fungsi dan tugas guru, perumusan jabaran indikator kompetensi, dan pengalaman belajar serta alternatif asesmen sebagai alat mengukur pencapaian indikator standar kompetensi beserta dimensi-dimensinya yang telah divalidasi oleh akademisi, praktisi, stakeholders, dan pengambil kebijakan dapat digunakan sebagai kerangka pengembangan standar kompetensi yang digunakan dalam pengembangan instrumen sertifikasi. Kerangka pengembangan ini oleh tim pengembangan standar kompetensi lulusan pendidikan guru sekolah lanjutan pertamasekolah Lanjutan Atas SKGP PGSLPSMA Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Direktorat P2TK dan KPT dalam Mukhadis, 2004 dilukiskan pada bagan berikut. Gambar 7. 3. Kerangka Pengembangan Standar Kompetensi Guru Landasan Konseptual 1. Asumsi Dasar 2. Landasan Teori 3. Undang-Undang Landasan Empirik 1. Dunia Pendidikan 2. Kondisi EmpirikLapangan Fungsi dan Tugas Guru 1. Mendidik, mengajar, membimbing, melatih 2. Mengelola 3. Mengembangkan Standar Kompetensi Guru Pemula 1. Rumpun Kompetensi 2. Butir-butir Kompetensi Pengalaman Belajar dan Assesmen 369

BAB VIII PENGEMBANGAN KURIKULUM

PENDIDIKAN KEJURUAN

A. Pengertian kurikulum

Kurikulum dalam pandangan yang sempit dapat berarti sekumpulan mata pelajaran. Dalam pandangan yang lebih luas, kurikulum mengandung pengertian keseluruhan pengalaman belajar yang disediakan dan menjadi tanggung jawab sekolah. Pengertian ini sesuai dengan pendapat Finch 1999: 11 yang mengatakan bahwa kurikulum adalah sejumlah aktivitas pembelajaran dan pengalaman yang diterima seorang siswa di bawah bimbingan sekolah. Definisi yang diberikan oleh Finch memberi pengertian yang sangat luas karena pengalaman dan aktivitas belajar tidak hanya diperoleh siswa di dalam mata pelajaran intra kurikuler tetapi juga dapat diperoleh siswa di luar mata pelajaran ekstra kurikuler. Aktivitas yang diterima siswa di luar mata pelajaran termasuk kurikulum karena secara tidak langsung siswa mendapat pengalaman belajar dari aktivitas tersebut. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional memuat pengertian kurikulum sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Pemerintah mengatur standar isi kurikulum yang berlaku secara nasional sedangkan bahan dan cara yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan menjadi kewenangan lembaga pendidikan yang bersangkutan. Kurikulum digunakan oleh setiap satuan pendidikan tetapi persepsi tentang kurikulum sering berbeda-beda. Posner 1992 menjelaskan beberapa butir yang sering dianggap kurikulum yaitu cakupan dan urutan materi, silabus, garis-garis besar isi materi, buku teks atau buku panduan guru, dan kegiatan siswa yang direncanakan. Untuk mengakomodasi berbagai pandangan tentang kurikulum, Posner kemudian mengidentifikasi lima kemungkinan 370 kurikulum yang diterapkan oleh sekolah dalam waktu yang bersamaan yaitu: 1. Kurikulum resmi, yaitu kurikulum yang dinyatakan resmi oleh lembaga pendidikan atau pemerintah. 2. Kurikulum terpakai, yaitu kurikulum yang benar-benar disampaikan oleh guru kepada siswa 3. Kurikulum tersembunyai hidden curriculum yaitu apa yang sebenarnya diketahui dan dialami oleh siswa selama di sekolah tetapi tidak diterima secara langsung sebagai mata pelajaran. Pada umumnya hidden curriculum berisi norma, nilai-nilai kepribadian, disiplin, dsb. 4. Kurikulum nol, yaitu kurikulum yang tidak diajarkan. 5. Kurikulum ekstra, yaitu kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan di luar mata pelajaran sekolah. Kurikulum ekstra bersifat non akademis seperti kegiatan olah raga dan seni yang mendukung bakat siswa. Kurikulum sekolah kejuruan berbeda dengan kurikulum sekolah umum. Kurikulum sekolah kejuruan tidak hanya menawarkan pendidikan kejuruan dan ketenagakerjaan, tetapi juga menawarkan aktivitas belajar dan pengalaman akademik umum. Kurikulum pendidikan kejuruan disesuaikan dengan fungsi dan tujuan pendidikan Fungsi pendidikan menengah kejuruan adalah menyiapkan peserta didik untuk menjadi manusia produktif yang mampu bekerja mandiri, terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu sesuai persyaratan pasar kerja. Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah membentuk manusia berkualitas secara spiritual, emosional, intelektual, dan fisik, yang menguasai ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, memiliki sikap wirausaha, dan memberikan bekal kompetensi keahlian kejuruan kepada peserta didik untuk bekerja dalam bidang tertentu sejalan dengan pencapaian tujuan pendidikan nasional. Berdasarkan fungsi dan tujuan utama pendidikan kejuruan yang akan menyiapkan lulusan agar siap masuk ke dunia kerja, maka sebagian besar isi kurikulum diarahkan untuk membekali siswa dengan keterampilan-keterampilan yang sesuai dengan tuntutan dunia kerja. Dalam implementasi di lapangan, ternyata banyak lulusan yang berminat dan mampu melanjutkan studi ke perguruan tinggi, sehingga sebagian isi kurikulum SMK juga ada yang setara dengan kurikulum sekolah umum. Foell 1993 371 memberi gambaran tentang kurikulum sekolah kejuruan pada umumnya memasukkan tiga macam kurikulum yaitu kurikulum umum yang memberi keterampilan dasar, kurikulum akademik yang mempersiapkan siswa untuk melanjutkan sekolah dan kurikulum kejuruan yang memberi bekal keterampilan bekerja. Contoh kurikulum sekolah kejuruan tersebut dapat dilihat pada Gambar 8.1 SCHOOL CURRICULUM Academic curriculum General curriculum Core Subjects basic skills Vocational Curriculum Physics Calculus Foreign Language collegepreparatory Reading, writing, science and math skill - Agriculture Ed. - Bussiness Ed. - Health Occu. Ed. - Home Economic - Marketing Ed - Technology Ed - Trade Industri Ed Cosmetology Construction Welding Etc Gambar 8. 1. Program yang Masuk dalam Kurikulum Sekolah Kurikulum kejuruan bersifat spesifik sesuai dengan jenis program keahlian yang disiapkan. Jenis program keahlian SMK yang terdapat di Indonesia ada sekitar 20 macam. Jenis program kejuruan ditawarkan berdasarkan pada perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, danatau seni IPTEKS, dunia industridunia usaha, ketenagakerjaan baik secara nasional, regional maupun global, kecuali untuk program kejuruan yang terkait dengan upaya-upaya pelestarian warisan budaya. Jenis bidang keahlian SMK antara lain: 1 Teknik Bangunan; 2 Teknik Elektro; 3 Telekomunikasi; 4 Instrumen Industri; 5 Teknik Mesin; 6 Teknik Pesawat Udara; 7 Grafika; 8 Kimia; 9 Teknik Perkapalan, 10 Tekstil; 11 Geologi; 12 Pertambangan; 13 Pelayaran; 14 Pertanian; 15 Pariwisata; 16 Bisnis Manajemen; 17 Tata Busana; 18 Tata