Isi pembelajaran PEMBELAJARAN PADA

25 Brockmann et al. 2008 membandingkan sistem VET yang dilaksanakan di Jerman, Belanda dan Inggris, menemukan bahwa sistem Inggris berkonsentrasi pada satu set keterampilan sempit, tanpa fokus pada pengembangan pribadi atau pendidikan yang lebih umum untuk meningkatkan kerja siswa. Sebaliknya, sistem Jerman dan Belanda adalah pembelajaran berbasis pengetahuan dan dirancang untuk mengembangkan multi-dimensi kompetensi, dari teori ke praktek, dan pendidikan kewarganegaraan untuk pengembangan pribadi. Tampak bahwa sistem Jerman dan Belanda bertujuan melengkapi siswa untuk karir seumur hidup.

B. Dampak pada kemampuan peserta didik

Dampak pembelajaran pendidikan kejuruan adalah bagaimana isi pembelajaran tersebut memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik sehingga berdampak pada kemampuan capabilities dan keterampilan masing-masing individu. Pertanyaan terkait tentang dampak pembelajaran terhadap kemampuan peserta didik adalah apakah keterampilan, pengetahuan dan kompetens yang dipelajari di pendidikan kejuruan dapat diterjemahkan ke dalam hasil-hasil yang bersifat ekonomi dan non-ekonomi?. Banyak kajian tentang dampak pendidikan kejuruan VET yang lebih berfokus pada pasar tenaga kerja outcome-labour market, baik tingkat pengembalian atau prospek kerja, dan sangat sedikit pada manfaat sosial Preston dan Green, 2008. Tennant dan Yates 2005 melakukan wawancara dengan peserta didik sekolah kejuruan di Inggris, menemukan informasi bahwa pembelajaran pada tingkat menengah atas SMK dan dilakukannya uji kompetensi sertifikasi, secara langsung terkait dengan kepercayaan diri peserta didik, keterampilan kerja dan pengembangan pribadi. Dampak tidak langsung atau sekunder meliputi sikap untuk belajar lebih lanjut, kemampuan kerja meningkat dan tumbuhnya kesadaran akan kegunaan kualifikasi kerja tertentu untuk kemajuan karir. Unwin et al. 2004 menemukan bahwa VET resmi dikaitkan dengan peningkatan keyakinan pembelajar. Di Perancis, pendidikan kejuruan mampu meningkatkan harga diri, kepercayaan diri dan keinginan untuk sekolah bagi mereka yang sebelumnya merasa gagal oleh sistem pendidikan Gendron, 2005. 26 Di Jerman, VET telah dikaitkan dengan pengembangan identitas profesional Deutschmann, 2005. Identitas profesional memungkinkan individu untuk mengendalikan kehidupan kerja mereka dan juga untuk mempengaruhi kondisi di tempat kerja dikarenakan kompetensi pemecahan masalah yang diperoleh dari VET. Sauer 2003 dan Streeck 1989 menunjukkan bahwa pembentukan identitas profesional yang lebih mungkin terjadi pada VET sebelumnya terjadi dan VET lebih diakui oleh lingkungan sosial dan kelembagaan. Ehrke 2009 mengembangkan sebuah tangga lima skala perkembangan sosial dalam pelatihan kejuruan dengan tangga pemula pada langkah pertama dan ahli di langkah kelima, ditandai dengan memiliki konsep produktif kepribadian dan kehidupan. Dalam sebuah survei yang dilakukan oleh Institut Federal Jerman untuk pendidikan kejuruan dan pelatihan, dengan 12 item pada manfaat ekonomi dan non-ekonomi, item yang paling afirmatif adalah kemajuan pribadi Beicht et al, 2006. Sebuah studi yang berbeda dilakukan oleh Kementerian Pendidikan Jerman yang menemukan informasi bahwa 80 dari responden umumnya sepakat bahwa pendidikan kejuruan telah berhasil membantu mereka untuk mengelola kehidupan sehari-hari BMBF, 2006. Hal ini menegaskan bahwa individu menganggap bahwa manfaat non-ekonomi yang diperoleh dari pendidikan kejuruan menjadi sesuai dengan manfaat ekonomi seperti pendapatan yang lebih tinggi atau kesempatan kerja yang lebih baik. Menurut Cedefop 2011, terdapat bukti dari pendidikan kejuruan yang ditinjau dari aspek keuntungan sosial dan budaya. Lebih dari 50 peserta magang dalam program Leonardo da Vinci di mana penempatan dilakukan ke luar negeri, telah memperoleh manfaat yang tinggi atau sangat tinggi dalam hal interpersonal, kemampuan beradaptasi, keterampilan, dan kemauan untuk mengambil tugas-tugas baru. Bukti ini tidak mungkin digunakan untuk menentukan apakah manfaat non ekonomi tersebut diperoleh atau berasal dari pengalaman selama mengikuti pendidikan kejuruan, atau disebabkan oleh pengalaman internasional yang dialami Baur, 2006; Molloy, 2006. Tetapi pertemuan antar individu dan kemudian membentuk hubungan yang saling mendukung adalah hasil dari VET telah diidentifikasi dalam studi kualitatif yang 27 dilakukan oleh Hammond 2004. Survei nasional di Jerman menemukan data bahwa 83 dari seluruh responden umumnya sepakat bahwa kelanjutan suatu pendidikan kejuruan adalah cara untuk mendapatkan kontak dengan masyarakat BMBF, 2006.

C. Hubungan peserta didik dengan individu lain

Pembelajaran pendidikan kejuruan seyogyanya mampu membentuk networking antar warga sekolah dengan dunia kerja, yakni; pembentukan jaringan sosial, baik antara peserta didik dan antara peserta didik dan guru, mentor, pakar dan dunia kerja. Hyland 2003, Preston dan Green 2008, memandang proses pembelajaran dalam pendidikan kejuruan memiliki dua tujuan: 1 meningkatkan daya saing ekonomi, dan 2 peningkatan ikatan sosial. Namun, mengejar keuntungan secara ekonomi melalui negara sering terjadi dalam pendidikan kejuruan, sehingga merugikan kedekatan ikatan sosial. Hyland 2003 meyakini pentingnya untuk menjaga keseimbangan antara pengembangan sumber daya sosial dan ekonomi di pendidikan kejuruan VET. Keuntungan sosial dari VET tergantung pada jaringan pembelajar yang ada dan akses ke lembaga. Salah satu penjelasan yang mungkin adalah hubungan antar komunitas yang kuat mengurangi kebutuhan kualifikasi formal untuk masuk ke pasar tenaga kerja. Hubungan antara peserta didik dan mentor dalam pendidikan kejuruan juga faktor penting. Ada berbagai jenis mentoring: mentoring industri di sekolah melalui kemitraan dunia usaha- lembaga pendidikan, mentoring yang ditujukan untuk mendukung kaum muda dari etnis minoritas, atau mentoring sebagai intervensi dalam menanggapi isu tertentu. Colley 2003 telah menunjukkan bahwa mentoring peserta didik sangat penting yang memiliki peran positif untuk menunjang keberhasilan dan menawarkan rekomendasi bagi kaum muda dalam pelatihan. Pada beberapa kasus, hubungan antara peserta didik dan mentor dapat mengubah sikap masyarakat, nilai-nilai dan keyakinan, baik untuk pelajar dan mentor Majors et al., 2000. Keberadaan jaringan sosial dapat berbeda tergantung pada tempat belajar. Di beberapa negara, dunia kerja merupakan konteks yang penting untuk belajar dipendidikan kejuruan. Sebuah survei yang dilakukan di antara 271 siswa magang di Jerman pada pekerjaan komersial mampu mengukur hubungan antara motivasi