Komponen Evaluasi Evaluasi Program Model 4 Level
Riset Terapan
120
Dr. Endang Mulyatiningsih
Bidang Pendidikan dan Teknik
perasaan senang lebih mudah untuk mencapai keberhasilan karena peserta termotivasi untuk mengikuti program pelatihan dan mau
berusaha meraih standar keberhasilan yang ditetapkan sampai tuntas.
b. Learning belajar
Learning
atau belajar memiliki pengertian yang sangat luas. Dalam kegiatan pelatihan, belajar dapat diukur dari semua perubahan yang
terjadi sebagai akibat kegiatan pelatihan. Untuk mengetahui adanya perubahan maka perlu dilakukan pengukuran sebelum dan sesudah
pelatihan. Aspek yang diukur meliputi pengetahuan, sikap dan ket- erampilan yang sesuai dengan tujuan program pelatihan. Setiap
program pelatihan perlu merumuskan tujuan-tujuan atau kompe- tensi yang diharapkan dimiliki oleh peserta setelah mengikuti pro-
gram pelatihan. Perumusan tujuan membantu fasilitator program untuk mengevaluasi kemajuan belajar
learning
peserta program pelatihan.
c. Behavior perilaku
Pengukuran perilaku hanya dapat dilakukan apabila peserta mem- iliki reaksi positif terhadap program dan tugas-tugas belajar telah
dapat diselesaikan. Oleh sebab itu, evaluator perlu memperhatikan level evaluasi sebelumnya. Evaluasi perilaku menjadi kurang efek-
tif apabila dilakukan kepada peserta yang kurang berminat ter- hadap program pelatihan dan tidak mampu mengikuti program
pelatihan sampai tuntas. Hasil evaluasi perilaku akan bias apabila diperoleh dari peserta yang tidak mengikuti program sampai tuntas
Kirkpatrick menyarankan untuk melihat beberapa kondisi yang dibutuhkan dalam mengukur perubahan perilaku, yaitu:
1
Peserta yang dilatih memiliki keinginan untuk berubah 2
Peserta yang dilatih tahu apa yang harus dilakukan dan bagaimana cara melakukannya
3 Peserta yang dilatih memiliki iklim kerja yang baik. Ling-
kungan kerja mendukung peserta program pelatihan untuk men- erapkan hasil-hasil pelatihan sehingga akan terjadi perubahan
perilaku.
4 Peserta yang dilatih mendapat penghargaan setelah melakukan
perubahan perilaku. Program pelatihan biasanya hanya dapat mengukur kondisi yang
berkaitan dengan faktor internal peserta yaitu kondisi pertama dan kedua. Kondisi ke tiga dan ke empat dipengaruhi oleh faktor ek-
121
Pengetahuan Dasar Tentang Metode Penelitian
sternal peserta program pelatihan sehingga hasilnya sangat tergan- tung pada lingkungan kerja masing-masing. Pelatihan dapat
menghasilkan sikap positif yaitu peserta ingin menerapkan penge- tahuan dan keterampilan yang diperoleh dari pelatihan namun
demikian tidak semua keinginan peserta dapat diwujudkan apabila kondisi lingkungan tidak mendukung. Namun demikian, kondisi ke
empat, yaitu penghargaan masih dapat diukur karena penghargaan dapat diperoleh secara intrinsik dan ekstrinsik. Penghargaan in-
trinsik meliputi perasaan puas, kebanggaan, prestasi, dan peru- bahan perilaku positif lainnya. Penghargaan ekstrinsik diperoleh
ketika seseorang mendapat hadiah dari atasan, mendapat pengakuan dari orang lain, mendapat penghargaan uang seperti
tambahan gaji dan bonus.
d. Result hasil
Evaluasi hasil dilakukan setelah peserta pelatihan kembali ke ling- kungan kerjanya masing-masing. Hasil yang dimaksud disini ada-
lah hasil akhir yang merupakan dampak program pelatihan bagi peserta. Hasil akhir dapat berupa peningkatan produksi, perbaikan
kualitas, penurunan biaya produksi, penurunan kecelakaan kerja, penurunan kegagalan produk dan peningkatan keuntungan. Hasil
akhir ini hanya diukur dari objek yang kasap mata atau dapat dilihat. Hasil yang tidak kasap mata seperti peningkatan kemampu-
an memimpin, peningkatan motivasi kerja, manajemen waktu lebih efisien, pemberdayaan, efektivitas keputusan, dan peningkatan
moral yang dikenal dengan istilah dampak non-finansial sulit diukur dan kemungkinan tidak hanya dipengaruhi oleh program
pelatihan saja.
Setiap program pelatihan dan level evaluasi membutuhkan cara dan alat pengumpulan data penelitian yang berbeda-beda. Di sini tidak
mungkin diberi satu contoh cara pengumpulan data penelitian yang dapat diterapkan untuk semua program pelatihan. Pada level eval-
uasi reaksi, semua program pelatihan dapat menggunakan indikator yang sama, namun pada level yang lain sangat tergantung pada
tujuan dan materi pelatihan yang diberikan. Sebagai contoh, pelati- han keterampilan menjahit busana memiliki indikator pengukuran
keberhasilan yang berbeda dengan pelatihan keterampilan mendesain busana, meskipun keduanya berada pada satu kompe-
tensi busana. Indikator keberhasilan pelatihan menjahit busana diukur keterampilan dan kerapian jahitan. Indikator keberhasilan
pelatihan mendesain busana diukur dari kreativitas dan keindahan desain yang sama sekali tidak berkaitan dengan keterampilan dan
kerapian jahitan. Indikator yang digunakan untuk mengukur keber-
Riset Terapan
122
Dr. Endang Mulyatiningsih
Bidang Pendidikan dan Teknik
hasilan pelatihan pada level belajar, perilaku dan hasil pelatihan pun berbeda.
Tabel 5.2 Contoh Matriks Data pada Model Evaluasi 4 Level Level
Kisi-kisi Evaluasi Reaksi
Substansi yang diukur: 1.
Materi pelatihan, relevan dengan kebutuhan 2.
Kompetensi instrukturfasilitator pelatihan 3.
Fasilitas menunjang kelancaran pelatihan 4.
Pembagian waktu pelatihan proporsional 5.
Penggunaan waktu efisien dan efektif 6.
Saran untuk memperbaiki program Cara pengukuran
Menggunakan kuesioner yang dibagikan setelah pelatihan selesai dilaksanakan
Learning Substansi yang diukur 1.
Kompetensi peserta pengetahuan, sikap dan ket- erampilan sebelum dan sesudah mengikuti pelati-
han 2.
Partisipasi kehadiran dan keaktifan peserta selama pelaksanaan pelatihan
3. Pengukuran dapat dilakukan melalui pretest dan
posttest atau membandingkan hasil pretest dan posttest tersebut dengan kelompok kontrol yang
tidak mendapat program pelatihan. 4.
Pengukuran dilakukan dengan tes tertulis dan tes unjuk kerja praktik. Selama tes unjuk kerja dia-
mati sikap dan keterampilan 5.
Materi pengukuran sesuai dengan tujuan pelatihan atau kompetensi yang dilatihkan
Behavior Substansi yang diukur 1.
Perubahan kepribadian yang dilatihkan misalnya kedisiplinan, sikap kerja, motivasi, pengendalian
emosi, dsb 2.
Kompetensi sosial yang dilatihkan seperti ke- mampuan kerjasama dalam tim
3. Komunikasi interpersonal yang dilatihkan seperti
sopan santun dalam berbicara dan bergaul dengan teman, atasan, atau bawahan.
123
Pengetahuan Dasar Tentang Metode Penelitian
Persyaratan kondisi 1.
Perubahan perilaku setelah peserta kembali ke pekerjaannya dapat terjadi apabila peserta
mendapat kesempatan untuk menerapkannya. 2.
perubahan perilaku dapat terjadi apabila peserta merencanakan untuk menggunakan perilaku yang
baru dengan senang hati Cara pengukuran:
1. Memberi jeda waktu dan kesempatan agar terjadi
perubahan pada peserta 2.
Mengevaluasi perilaku sebelum dan sesudah pelatihan
3. Melakukan survei atau wawancara kepada alumni
program pelatihan, supervisor, teman sejawat un- tuk menilai perubahan perilaku alumni program
pelatihan setelah mereka kembali ke lingkungan kerja masing-masing.
Result Substansi yang diukur
1. Peningkatan keuntungan, kuantitas dan kualitas
kerja yang merupakan dampak program pelatihan 2.
Penurunan biaya produksi, penurunan kecelakaan kerja, dan penurunan kegagalan produk
3. Dampak non finansial seperti peningkatan ke-
mampuan memimpin, peningkatan motivasi kerja, manajemen
waktu, pemberdayaan
sumber- sumber, efektivitas keputusan, dan peningkatan
moral. Dampak non finansial tidak murni di- pengaruhi oleh program pelatihan.
Cara pengukuran: 1.
Evaluasi hasil dilakukan setelah peserta pelatihan kembali ke lingkungan kerjanya masing-masing
tracer study
2. Evaluasi hasil dapat menggunakan dokumen hasil
kerja yang telah dicapai, kuesioner atau daftar cek sesuai dengan substansi yang hendak diukur