Tingkat kepedulian masyarakat terhadap sesama dan lingkungan tinggi

3. Sarana dan prasarana pendukung kegiatan lapangan kurang memadai

Sarana dan prasarana pendukung kegiatan lapangan kurang memadai merupakan salah satu kelemahan dalam pengelolaan TNGHS. Pada umumnya di setiap kantor resort hanya tersedia satu sampai dua buah kendaraan roda dua untuk melakukan monitoring kawasan yang begitu luas. Selain itu terbatasnya sarana kelengkapan pengamanan dalam melaksanakan tugas di lapangan. Radio komunikasi dan peralatan pemadam kebakan hutan sebagian besar dalam kondisi yang rusak.

4. Legalitas status kawasan TNGHS belum mantap

Batas kawasan yang masih belum jelas memerlukan rekonstruksi batas ulang serta penyamaan antara peta yang ada di SK serta kondisi nyata di lapangan merupakan kelemahan pengelolaan TNGHS lainnya. Tata batas di lapangan banyak yang bergeser bahkan hilang. Penataan ulang batas terutama di kawasan eks areal Perum Perhutani menjadi konsen penting bagi para personil lapang TNGHS resort dikarenakan resort-resort inilah yang langsung berkaitan dengan masyarakat sekitar TNGHS. Rendahnya kemantapan kawasan disebabkan karena belum adanya penetapan batas kawasan TNGHS akibat belum selesainya proses tata batas kawasan, ketidak jelasan pembagian zona dan lemahnya pengakuan masyarakat di lapangan terhadap eksistensi kawasan TNGHS BTNGHS 2007. Dunggio dan Gunawan 2009 mengemukakan bahwa permasalahan yang berkaitan dengan tata batas di taman nasional antara lain adalah: 1 belum definitifnya tata batas luar kawasan; 2 hilangnya atau tidak jelasnya tata batas di lapangan; 3 sengketa tata batas dengan masyarakat; 4 pelanggaran tata batas oleh masyarakat; 5 belum ditata batasnya zonasi kawasan, dan 6 kurangnya sosialisasi tata batas kepada masyarakat.

5. Tingkat pendidikan masyarakat yang rendah

Masyarakat di sekitar kawasan TNGHS memiliki tingkat pendidikan yang rendah baik pendidikan formal maupun pendidikan non formal. Tingkat pendidikan yang rendah berdampak pada keterbatasan pengetahuan, sehingga untuk memulai inovasi yang baru akan memerlukan waktu yang relatif lama Hardjanto 2002.

6. Tingkat pendapatan masyarakat yang rendah

Tingkat pendapatan masyarakat di sekitar kawasan TNGHS berada di bawah upah minimum regional UMR. Mayoritas masyarakat adalah petani yang subsisten sehingga pendapatan petani cenderung untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

7. Ketergantungan masyarakat terhadap tengkulak

Penghasilan masyarakat dari hasil pertanian sangat dipengaruhi oleh faktor cuaca, dan faktor pasar penawaran dan permintaan barang. Petani sangat tergantung kepada tengkulak karena pasar hasil pertanian pada umumnya dikuasai tengkulak sehingga petani tidak memiliki posisi tawar yang tinggi. Ketergantungan ini karena tidak adanya akses langsung terhadap pasar. Faktor internal yang merupakan kelemahan utama adalah legalitas status kawasan belum mantap, yaitu dengan nilai 0,216. Rendahnya kemantapan kawasan TNGHS disebabkan belum adanya penetapan batas kawasan akibat belum selesainya proses tata batas kawasan, dan lemahnya pengakuan masyarakat di lapangan terhadap eksistensi kawasan TNGHS BTNGHS 2007. Peubah yang memiliki nilai terendah untuk faktor kelemahan adalah tingkat pendidikan masyarakat yang rendah dengan nilai 0,074. Rendahnya pendidikan baik formal maupun non formal masyarakat karena terbatasnya biaya, sarana dan prasarana. Biaya yang tinggi dan kemampuan ekonomi masyarakat yang rendah merupakan penyebab kurangnya minat masyarakat untuk bersekolah. Sidu 2006 menyatakan bahwa untuk memperkuat pemberdayaan masyarakat sangat diperlukan usaha-usaha untuk menambah pengetahuan dan keterampilan masyarakat melalui pendidikan formal maupun non formal. Proses pemberdayaan dapat berjalan lancar apabila pendidikan non formal yang diberikan sesuai dan berkaitan dengan profesi dan potensi sumberdaya lokal.

5.12.2. Identifikasi Faktor Eksternal

Selain dipengaruhi faktor internal, pembangunan pengelolaan TNGHS juga dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal. Matriks evaluasi faktor eksternal digunakan untuk mengetahui sejauh mana pihak pengelola TNGHS mampu memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman yang ada pada lingkungan eksternal. Hasil pembobotan, peringkat, dan skor setiap faktor eksternal peluang dan ancaman seperti diperlihatkan pada Tabel 84 dan 85. Faktor peluang dan ancaman selanjutnya dievaluasi untuk mengetahui faktor yang memberikan pengaruh terbesar pada pembangunan TNGHS.

C. Peluang

Faktor-faktor peluang yang berpengaruh terhadap pembangunan pengelolaan TNGHS disajikan pada Tabel 84. Tabel 84. Faktor-faktor unsur peluang dan nilai pengaruhnya N o Faktor eksternal Rata-rata bobot Rata-rata rating Nilai pengaruh

C. Peluang

1 Kerjasama dengan stakeholders sangat banyak 0,125 2,571 0,321 2 Dukungan para pihak yang ditunjukkan dengan sinergi kebijakan dalam pengelolaan TNGHS 0,125 2,857 0,357

3 Pemanfaatan SDA sangat potensial

0,121 2,571 0,311 4 Partisipasi para pihak dalam pengelolaan TNGHS sangat potensial 0,129 3,000 0,387 Sub total peluang 0,500 11,000 1,377