Kualitas SDM pengelolaan cukup memadai

Tabel 83. Faktor-faktor unsur kelemahan dan nilai pengaruhnya Faktor-faktor Internal Rata- rata bobot Rata- rata rating Nilai pengaruh No B. Kelemahan 1 Kuantitas penyuluhpetugas lapangan kurang memadai 0,073 1,857 0,136 2 Posisi petugas sebagian besar di wilayah remote 0,068 3,000 0,204 3 Sarana dan prasarana pendukung kegiatan lapangan kurang memadai 0,071 3,000 0,213 4 Legalitas status kawasan belum mantap 0,089 2,429 0,216

5 Tingkat pendidikan masyarakat yang rendah

0,065 1,143 0,074 6 Tingkat pendapatan masyarakat di bawah UMR 0,077 1,143 0,088

7 Ketergantungan masyarakat terhadap tengkulak

0,057 2,857 0,163 Sub Total Kelemahan 0,500 15,429 1,094 Sub Total Kekuatan 1,397 Selisih antara Kekuatan dan Kelemahan 0,303 Penjelasan setiap faktor kelemahan tersebut disajikan di bawah ini

1. Kuantitas penyuluhpetugas lapangan TNGHS kurang memadai

Keberhasilan pengelolaan taman nasional sangat ditentukan juga oleh kualitas dan kuantitas sumber daya manusia. Salah satu kelemahan dalam pengelolaan TNGHS adalah terbatasnya kemampuan pengelola taman nasional dalam melakukan pengamanan taman nasional karena areal kawasan konservasi yang relatif luas. Jumlah petugas lapangan di masing-masing resort yang masih terbatas, sehingga tidak berbanding dengan luasan TNGHS yang harus diperhatikan dan dikelola. Saat ini hanya terdapat 45 orang jagawana yang bertugas melindungi kawasan TNGHS dan tiga orang penyuluh. Jumlah personil ini tidak berimbang dengan luasan TNGHS yang saat ini memiliki luas sebesar ±113.357 ha yang berada di tiga Kabupaten, yaitu Kabupaten Bogor, Sukabumi dan Lebak. Begitupula jumlah penyuluh lapangan yang tidak berimbang dengan jumlah desa dan penduduk yang berada di dalam dan di sekitar kawasan. Tercata 314 kampung, 114 desa dan 26 kecamatan yang berada di dalam dan sekitar kawasan TNGHS dengan jumlah penduduk sekitar 99.782 jiwa BTNGHS 2007.

2. Posisi petugas TNGHS sebagian besar di wilayah remote

Sebagian besar pegawai TNGHS terutama tenaga lapangan berada di wilayah yang jauh dari kantor pusat BTNGHS. Beberapa kantor resort berlokasi jauh dari kantor Balai TNGHS di Kabandungan, Sukabumi maupun kantor Seksi Wilayah Pengelolaan dengan kondisi sarana transportasi yang sulit di lalui kendaraan roda empat dan sarana komunikasi yang sulit terjangkau karena kurang bagusnya sinyal.

3. Sarana dan prasarana pendukung kegiatan lapangan kurang memadai

Sarana dan prasarana pendukung kegiatan lapangan kurang memadai merupakan salah satu kelemahan dalam pengelolaan TNGHS. Pada umumnya di setiap kantor resort hanya tersedia satu sampai dua buah kendaraan roda dua untuk melakukan monitoring kawasan yang begitu luas. Selain itu terbatasnya sarana kelengkapan pengamanan dalam melaksanakan tugas di lapangan. Radio komunikasi dan peralatan pemadam kebakan hutan sebagian besar dalam kondisi yang rusak.

4. Legalitas status kawasan TNGHS belum mantap

Batas kawasan yang masih belum jelas memerlukan rekonstruksi batas ulang serta penyamaan antara peta yang ada di SK serta kondisi nyata di lapangan merupakan kelemahan pengelolaan TNGHS lainnya. Tata batas di lapangan banyak yang bergeser bahkan hilang. Penataan ulang batas terutama di kawasan eks areal Perum Perhutani menjadi konsen penting bagi para personil lapang TNGHS resort dikarenakan resort-resort inilah yang langsung berkaitan dengan masyarakat sekitar TNGHS. Rendahnya kemantapan kawasan disebabkan karena belum adanya penetapan batas kawasan TNGHS akibat belum selesainya proses tata batas kawasan, ketidak jelasan pembagian zona dan lemahnya pengakuan masyarakat di lapangan terhadap eksistensi kawasan TNGHS BTNGHS 2007. Dunggio dan Gunawan 2009 mengemukakan bahwa permasalahan yang berkaitan dengan tata batas di taman nasional antara lain adalah: 1 belum definitifnya tata batas luar kawasan; 2 hilangnya atau tidak jelasnya tata batas di lapangan; 3 sengketa tata batas dengan masyarakat; 4 pelanggaran tata batas oleh masyarakat; 5 belum ditata batasnya zonasi kawasan, dan 6 kurangnya sosialisasi tata batas kepada masyarakat.

5. Tingkat pendidikan masyarakat yang rendah

Masyarakat di sekitar kawasan TNGHS memiliki tingkat pendidikan yang rendah baik pendidikan formal maupun pendidikan non formal. Tingkat pendidikan yang rendah berdampak pada keterbatasan pengetahuan, sehingga untuk memulai inovasi yang baru akan memerlukan waktu yang relatif lama Hardjanto 2002.

6. Tingkat pendapatan masyarakat yang rendah

Tingkat pendapatan masyarakat di sekitar kawasan TNGHS berada di bawah upah minimum regional UMR. Mayoritas masyarakat adalah petani yang subsisten sehingga pendapatan petani cenderung untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

7. Ketergantungan masyarakat terhadap tengkulak

Penghasilan masyarakat dari hasil pertanian sangat dipengaruhi oleh faktor cuaca, dan faktor pasar penawaran dan permintaan barang. Petani sangat tergantung kepada tengkulak karena pasar hasil pertanian pada umumnya dikuasai tengkulak sehingga petani tidak memiliki posisi tawar yang tinggi. Ketergantungan ini karena tidak adanya akses langsung terhadap pasar. Faktor internal yang merupakan kelemahan utama adalah legalitas status kawasan belum mantap, yaitu dengan nilai 0,216. Rendahnya kemantapan