Biaya Eksklusi Tinggi Kondisi Tutupan Lahan Desa Tapos

10. Peraturan Pemerintah No 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar 11. Peraturan Pemerintah No No 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan 12. Peraturan Pemerintah No 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan 13. Peraturan Pemerintah No 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyususnan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Hutan 14. Keputusan Presiden No 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung 15. Peraturan Menteri Kehutanan No P-19Menhut-II2004 tentang Kolaborasi Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam 16. Peraturan Menteri Kehutanan No 56Menhut-II2006 tentang Pedoman Zonasi Taman Nasional Taman nasional sesuai dalam UU No 5 tahun 1990 merupakan salah satu kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi. Taman nasional dikelola dengan sistem zonasi, yaitu zona inti, zona pemanfaatan dan zona lain sesuai dengan keperluan yang dibedakan menurut fungsi dan kondisi ekologis, sosial. ekonomi, dan budaya masyarakat. Sistem zonasi taman nasional diharapkan dapat membantu masyarakat dalam pemanfaatan kawasan taman nasional. Dalam UU No. 23 Tahun 1997 disebutkan bahwa masyarakat mempunyai kesempatan untuk berperan dalam pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Namun, pemanfaatan kawasan hutan di taman nasional tidak dilakukan pada zona inti dan zona rimba UU No. 41 Tahun 1999. Pedoman zonasi taman nasional diatur dalam Peraturan Menteri Kehutanan No 56 Tahun 2006. Sistem zonasi dalam taman nasional dapat dibagi menjadi : 1 Zona inti, merupakan bagian taman nasional yang mempunyai kondisi alam baik biota ataupun fisiknya masih asli dan tidak atau belum diganggu oleh manusia yang mutlak dilindungi. 2 Zona rimba, adalah bagian taman nasional yang karena letak, kondisi dan potensinya mampu mendukung kepentingan pelestarian pada zona inti dan zona pemanfaatan. 3 Zona pemanfaatan, adalah bagian dari taman nasional yang letak, kondisi dan potensi alamnya, yang terutama dimanfaatkan untuk kepentingan pariwisata alam dan kondisijasa lingkungan lainnya. 4 Zona lain yang terdiri dari zona tradisional, zona rehabilitasi, zona religi, budaya dan sejarah serta zona khusus. Adanya berbagai pihak yang berkepentingan dan terlibat dalam pengelolaan taman konservasi, maka pemerintah terus memperbaiki konsep pengelolaan taman nasional melalui pola pengelolaan kolaboratif, yaitu dengan dikeluarannya Peraturan Menteri Kehutanan Permenhut Nomor P.19Menhut-II2004 tentang Kolaborasi Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam. Namun pendekatan yang digunakan masih pada cara pandang bahwa masyarakat sebagai objek pengelolaan, dan pihak yang terlibat dalam pengelolaan berperan sebagai partisipan dalam mencapai tujuan konservasi formal Kosmaryandi 2012.

b. Kelembagaan Informal

Kawasan TNGHS berbatasan langsung dengan kawasan pedesaan di tiga kabupaten, yaitu Kabupaten Sukabumi, Bogor dan Lebak. Kondisi ini perlu adanya kerjasama antara BTNGHS dengan institusi lokal. Lembaga informal yang berpengaruh dalam kehidupan masyarakat antara lain lembaga Adat Kasepuhan. Lembaga adat dipimpin oleh seseorang sesepuh yang dibantu oleh perangkat lembaga adat yang biasa disebut baris kolot. Pemimpin adat dipilih berdasarkan garis keturunan. Kelembagaan adat kasepuhan mengatur tata cara kehidupan keseharian warganya yang terkait dengan cara bertani, ritual budaya, pengaturan dan pemanfaatan ruang serta interaksi antar warga dengan anggota warga masyarakat lainnya Pratiwi 2008. Beberapa lembaga non formal lainnya seperti kelompok tani, PKK, karang taruna, kepemudaan, kelompok pengajian, dan arisan. Ada beberapa kearifan tradisional pada masyarakat di lokasi peneltian terkait dengan pemanfaatan sumber daya alam. Hasil wawancara dengan masyarakat menunjukkan bahwa larangan pembukaan lahan pada daerah sumber mata air, sempadan sungai, dan lainnya yang berdekatan. Adanya larangan untuk menebang pohon di lahan yang curan walaupun di lahan milik. Masyarakat memiliki pandangan tersendiri terhadap keberadaan hutan serta memiliki arti dan makna tersendiri juga. Hutan hejo masyarakat ngejo sudah menjadi slogan di masyarakat yang artinya jika hutan tetap hijau masyarakat akan tetap makmur. Masyarakat Desa Malasari di Kampung Cisangku membagi lahan menjadi tiga bagian, yaitu leuweung tutupan, leuweung dudukuhan, dan leuweung bukaan, sedangkan masyarakat di Kampung Nyungcung membagi lahan menjadi empat bagian, yaitu leuweung larangan, leuweung dudukuhan, leuweung sarerea, dan lahan leumbur kampung. Leuweung tutupan atau leuweung larangan ini merupakan area penyangga dan dapat diartikan sebagai zona inti. Masyarakat dilarang menebang pohon di kawasan ini, karena sebagai penyangga atau mencegah terjadinya bencana alam seperti banjir dan longsor. Leuweung dudukuhan merupakan hutan alam atau hutan sekunder dengan pemanfaatan terbatas. Masyarakat memanfaatkan areal ini sebagai kebun talun yang ditanami tanaman kayu-kayuan dan buah-buahan yang beraneka ragam. Leuweung dudukuhan merupakan lahan garapan masyarakat yang terdapat di dalam kawasan, dan lahan ini merupakan lahan Eks Perum Perhutani. Leuweung sarerea adalah areal hutan yang telah ditanami tanaman pinus oleh pihak Perum Perhutani yang saat ini menjadi kawasan TNGHS. Leuweung sarerea berfungsi untuk kebutuhan umum bagi masyarakat, seperti kayu digunakan untuk pembuatan mesjid, jembatan dan sebagainya. Leuweung bukaan atau lahan leumbur merupakan areal hutan yang telah dibuka oleh masyarakat dan dikelola untuk sawah, kebun maupun pemukiman, merupakan zona khusus berdasarkan pembagian zona BTNGHS. Leuweung bukaan atau lahan leumbur ini telah menjadi lahan milik, akan tetapi tidak memiliki sertifikat tanah. Masyarakat hanya memiliki bukti kepemilikan tanah berupa Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang SPPT. Masyarakat Desa Malasari khususnya di Kampung Nyungcung membagi hutan kedalam tiga zona yaitu, hutan Zona Inti atau hutan larangan ditutup oleh pemerintah, hutan Zona Penyangga atau hutan dudukuhan penggunaannya terbatas, dan hutan Zona Pemanfaatan atau hutan leumbur yang dimanfaatkan