Tujuan pendidikan formal dan non formal adalah untuk memberikan tambahan pengetahuan, keterampilan dan juga sikap masyarakat. Sidu 2006
menyatakan bahwa untuk memperkuat pemberdayaan masyarakat sangat diperlukan usaha-usaha untuk menambah pengetahuan dan keterampilan
masyarakat melalui pendidikan formal maupun non formal. Proses pemberdayaan dapat berjalan lancar apabila pendidikan non formal yang diberikan sesuai dan
berkaitan dengan profesi dan potensi sumber daya lokal.
5.2.6. Tingkat Kesehatan
Tingkat kesehatan merupakan salah satu indikator dari produktivitas. Kesehatan yang buruk menurunkan tingkat perekonomian karena berkurangnya
jam kerja dan adanya efek terhadap produktivitas marjinal Hardjanto 2002. Kesehatan merupakan faktor yang mendukung petani dalam beraktivitas dalam
setiap kegiatan yang dilakukan, jika petani memilki kesehatan yang baik maka tingkat kinerjanya juga akan baik, dan begitu pula sebaliknya.
Marwoto 2013 mengklasifikasikan tingkat kesehatan dengan kondisi kesehatan yang tinggi apabila responden tidak pernah sakit atau sakit ringan
sebanyak 3 kali dalam setahun, dan dengan kondisi kesehatan yang rendah apabila mengalami sakit lebih dari 6 kali dalam setahun. Sebagian besar responden 46
berada pada kondisi prima atau berada pada kategori tingkat kesehatan yang tinggi tidak pernah sakit atau sakit ringan kurang dari 3 kali dalam setahun, dari 297
responden hanya 44 responden atau 15 yang memiliki tingkat kesehatan yang rendah, yaitu lebih dari 6 kali sakit dalam satu tahun Tabel 20. Tingkat
kesehatan yang tinggi akan meningkatkan produktivitas masyarakat karena akan menambah kemampuan fisik masyarakat.
Tabel 20. Sebaran responden berdasarkan tingkat kesehatan
N o
Lokasi desa penelitian
Jumlah respon-
den Jumlah responden sakittahun
6 kalith
rendah Sakit ringan
3 – 6 kalith Sedang
Tdk pernah
atau 3 kalith Tinggi
1 Tamansari
30 3
10,0 13
43,3 14
46,7 2
Tapos I 30
2 6,8
14 46,6
14 46,6
3 Sirnaresmi
32 8
25,0 12
37,5 12
37,5 4
Mekarnangka 28
2 7,1
17 60,7
9 32,2
5 Cipeuteuy
58 6
10,3 10
17,2 42
72,5 6
Pangradin 36
8 22,2
8 22,2
20 55,6
7 Malasari
53 7
13,2 27
50,9 19
35,9 8
Lebak Gedong 30
8 26,7
16 53,3
6 20,0
Jumlah Persentase
297 44
14,8 117
39,4 136
45,8
5.2.7. Lama Tinggal
Data pada Tabel 21 menunjukkan bahwa bahwa mayoritas responden 87,90 merupakan penduduk asli yang telah menempati lokasi tersebut sejak
lahir. Hal ini merupakan dukungan positif terhadap program-program yang akan dilaksanakan dalam pengelolaan TNGHS, karena masyarakat tidak hanya berupa
sekumpulan manusia yang secara fisik telah bersama dalam kurun waktu tertentu melainkan terdapat semangat yang memperkuat kehidupan kolektif Pranadji
2006.
Tingkat migrasi penduduk sangat kecil 12,1, biasanya karena ikatan pernikahan dengan penduduk setempat. Rata-rata lama tinggal responden di dalam
komunitas adalah 38,78 tahun dengan selang antara 2 sampai 76 tahun. Sebagian besar responden 69,03 berada pada kategori tinggi yang berarti lebih dari 31
tahun berada dalam komunitasnya. Penduduk asli yang sudah lama tinggal memunculkan keterikatan akan daerah yang dihuninya dan terhadap pemanfaatan
sumber daya lahan di sekitarnya Hamid et al. 2011.
Tabel 21. Sebaran responden berdasarkan lama tinggal dalam komunitas
N o
Lokasi desa penelitian
Jumlah respon
den Penduduk
Lama tinggal tahun Asli
Pen da
tang 21 tahun
Kategori rendah
21– 31 tahun Kategori
sedang 31 tahun
Kategori Tinggi
1 Tamansari 30
26 86,6
4 13,4
13,3 13,3
73,4 2 Tapos I
30 28
93,3 2
6,4 6,7
13,3 80,0
3 Sirnaresmi 32
32 100
6,2 15,6
78,2 4 Mekarnangka
28 28
100 3,5
32,2 64,3
5 Cipeuteuy 58
48 82,8
10 17,2
15,5 13,8
70,7 6 Pangradin
36 32
88,9 4
11,1 3,8
27,8 58,4
7 Malasari 53
37 69,8
16 30,2
20,8 26,4
52,8 8 Lebak Gedong
30 30
100 13,4
86,6 Jumlah responden
Persentase 297
261 87,9
36 12,1
34 11,4
58 19,6
205 69,0
5.2.8. Status Sosial
Status sosial menunjukkan tingkat penghargaan masyarakat pada individu yang bersangkutan dalam kelompok masyarakat. Lawang 2005 menyatakan
bahwa status sosial ditentukan oleh kedudukan seseorang di dalam masyarakat. Rinawati 2012 menyatakan bahwa masyarakat miskin dengan pendapatan yang
rendah dan atau memiliki lahan yang sempit dan atau bukan tokoh masyarakat dikategorikan dengan status sosial yang rendah. Pada Tabel 22 menunjukkan
bahwa sebagian besar responden 60,3 memiliki status sosial yang rendah. Data tersebut sejalan dengan hasil penelitian Nur 2005 dan Rinawati 2012 yang
menyatakan bahwa secara umum petani memiliki status sosial yang rendah.
Tabel 22. Sebaran responden berdasarkan status sosial N
o Lokasi desa
penelitian Jumlah
responden Status sosial responden
Rendah Sedang
Tinggi 1 Tamansari
30 19
63,3 10
33,3 1
3,4 2 Tapos I
30 24
80,0 5
16,6 1
3,4 3 Sirnaresmi
32 23
71,9 8
25,0 1
3,1 4 Mekarnangka
28 18
64,3 9
32,1 1
3,6 5 Cipeuteuy
58 32
55,2 23
39,6 3
5,2 6 Pangradin
36 21
58,3 15
41,7 7 Malasari
53 26
49,0 25
47,2 2
3,8 8 Lebak Gedong
30 16
53,3 13
43,3 1
3,4 Jumlah
Persentase 297
179 60,3
108 36,4
10 3,3