Kajian Modal Sosial Masyarakat

Pengukuran modal sosial yang digunakan adalah dengan menggunakan modifikasi Social Capital Assement Tool SCAT Khrisna dan Shrader 1999 dan Integrated Questionnaire for the Measurement of Social Capital SC-IQ Grooteart et al, 2004. Model SC-IQ yang dikembangkan oleh Grooteart et al, 2004 untuk memperoleh data kuantitatif pada berbagai dimensi sosial unit analisis rumah tangga. Adapun variabel, indikator dan parameter pengukuran modal sosial dapat di lihat pada Tabel 9.

3.5.4. Kajian Vegetasi dan Pemungutan HHBK a. Vegetasi HHBK Flora

Untuk mengetahui vegetasi dilakukan melalui inventarisasi langsung di lapangan, hasil wawancara semi terstruktur dan tinjauan data sekunder. Pengukuran vegetasi HHBK flora dilakukan di tiga lokasi penelitian yang terdiri dari tiga jenis tanaman penghasil getah yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar hutan, yang terdiri dari tanaman damar Agathis dammara, Pinus merkusii dan karet Hevea brasiliensis. Inventarisasi dilakukan melalui pengukuran diameter dan tinggi pohon. Pengukuran tinggi pohon dilakukan dengan menggunakan alat haga hypsometer dan pengukuran diameter menggunakan phi band pada ketinggian pohon 1,3 meter. Pembuatan plot pengamatan dengan membuat petak berukuran 20 m x 20 m sebanyak 12 kali ulangan pada setiap jenis tanaman penghasil getah. Analisis vegetasi dilakukan pada setiap tingkat pertumbuhan pohon menggunakan metode jalur berpetak berukuran 20x20 m untuk pohon, petak berukuran 10x10 m untuk tiang, petak berukuran 5x5 m untuk pancang, petak berukuran 2x2 m untuk semai. Data yang diperoleh di analisis untuk menentukan Indeks Nilai Penting INP melalui analisis kerapatan dominansi dan frekuensi menggunakan persamaan Soerianegara dan Indrawan 2002 untuk mengetahui beberapa vegetasi sebagai berikut: Kerapatan K = ∑ ୧୬ୢ୧୴୧ୢ୳ ୪୳ୟୱ ୮ୣ୲ୟ୩ ୡ୭୬୲୭୦ Kerapatan relatif KR = ୏୎ ୶ ଵ଴଴Ψ ୏୘ Dominasi D = ∑ ୪୳ୟୱ ୠ୧ୢୟ୬୥ ୢୟୱୟ୰ ୐୳ୟୱ ୮ୣ୲ୟ୩ ୡ୭୬୲୭୦ Dominasi relatif DR = ୈ୎ ୶ ଵ଴଴Ψ ୈ୘ Frekwensi F = ∑ ୔୎ ∑ ୔୘ Frekwensi relatif FR = ୈ୎ ୶ ଵ଴଴Ψ ୊୎ Keterangan : KJ = Kerapatan dari suatu jenis KT = Kerapatan seluruh jenis DJ = Dominasi dari suatu jenis DT = Dominasi seluruh jenis PJ = petak ditemukannya suatu jenis PT = seluruh petak FJ = Frekuensi seluruh jenis

b. Pemungutan Hasil Hutan Bukan Kayu HHBK

Pemungutan HHBK mencakup tiga jenis tanaman penghasil getah. Untuk mengetahui jenis HHBK yang dimanfaatkan masyarakat sekitar kawasan meliputi: jenis HHBK, jumlah pengambilan, lokasi pengambilan, frekuensi pengambilan, dan pendapatan dilakukan melalui wawancara dan pengisian kuesioner dengan responden. Dalam penelitian ini yang diamati adalah aktivitas penduduk, pola pemanfaatan hasil hutan bukan kayu, dan jarak tempat tinggal. Aktivitas penduduk didefinisikan sebagai aktivitas penduduk yang secara langsung terdiri atas aktivitas pemungutan hasil hutan bukan kayu dalam kawasan TNGHS. Besaran hasil hutan yang diambil diukur berdasarkan satuannya, kemudian dikonversi menjadi rupiah berdasarkan harga pasar yang berlaku saat ini. Jarak tempat tinggal merupakan jarak tempat tinggal penduduk pada desa-desa sampel dengan sumber daya TNGHS, diukur dengan satuan kilometer km.

3.5.5. Kajian Kelembagaan

Pengumpulan data keadaan masyarakat di sekitar kawasan dan unsur- unsur kelembagaan dengan menggunakan pendekatan survei melalui wawancara dan kuesioner. Aspek kelembagaan dikaji dengan menggunakan konsep Shaffer dan Schmid 1980 dalam Kartodihardjo 1998, yang mengemukakan bahwa sistem ekonomi terdiri dari tiga komponen yang saling mempengaruhi satu sama lain, yaitu kondisi lingkungan, respon dan reaksi pelaku-pelaku ekonomi terhadap lingkungan yang dihadapinya, serta kinerja ekonomi yang diakibatkannya. Konsep ini disebut konsep lingkungan- perilaku-kinerja . Bentuk kesempatan yang tersedia dalam lingkungan yang dimaksud, berdasarkan pandangan North 1991 dalam Kartodihardjo 1998, yaitu tergantung dari aturan main yang bersifat formal seperti peraturan pemerintah, maupun informal seperti adat, kebiasaan dan lain-lain. Kelembagaan dalam penelitian ini digunakan untuk mengkaji aturan formal yang mengatur perilaku atau hubungan antar manusia dalam penetapan dan pengurusan sumber daya alam di taman nasional. Konsep dari Shaffer dikembangkan ke dalam kerangka analisis SSBP Situation-Structure- Behavior-Performance dimana situasi lingkungan Situation dan kebijakan pemerintah Structure akan direspon dalam bentuk perilaku tertentu oleh para aktor Behavior yang menghasilkan kinerja Performance tertentu. Analisis kelembagaan yang dilakukan pada penelitian ini secara deskriptif kualitatif terhadap situasi situation, struktur structure, perilaku behavior, dan kinerja performance. Pada tahap situasi situation, menganalisis karakteristik inheren yang melekat pada sumber daya. Karakteristik sumber daya digunakan untuk membedakan tipe sumber daya. Pada tahap struktur structure akan menjelaskan kepemilikan terhadap sumber daya dengan mengetahui unsur-unsur kelembagaan seperti yang dinyatakan oleh Pakpahan 1989 yang meliputi tiga unsur utama, yakni: 1 Batas yurisdiksi batas wilayah kewenangan; 2 Hak-hak kepemilikan property right yang berupa hak atas benda materi maupun non materi, dan 3 Aturan representasi. Batas yurisdiksi akan menentukan siapa dan apa yang tercakup dalam suatu masyarakat. Konsep batas yurisdiksi dapat berarti batas wilayah kekuasaan atau batas otoritas yang dimiliki oleh suatu lembaga, atau mengandung makna kedua-duanya. Selanjutnya konsep property atau pemilikan muncul dari konsep hak rights dan kewajiban obligation yang diatur oleh hukum, adat dan tradisi, atau konsensus yang mengatur hubungan antar anggota masyarakat dalam hal kepentingan terhadap sumber daya. Aturan representasi mengatur permasalahan siapa yang berhak berpartisipasi terhadap apa dalam proses pengambilan keputusan. Selanjutnya perilaku behavior akan meninjau perilaku dari masing- masing pemangku kepentingan stakeholders yang terlibat dan bagaimana kepentingannya terhadap suatu sumber daya TNGHS. Kinerja performance menggambarkan kondisi pengelolaan terhadap sumber daya apakah sudah cukup baik atau belum. Pengelolaan dapat dikatakan cukup baik apabila diketahui kepastian dalam pengelolaan sumber daya tersebut. Kajian kelembagaan ini bagaimana mengatur dan mengendalikan konflik yang selalu muncul dalam pengelolaan sumber daya alam. Dengan adanya kelembagaan yang mengatur dan mengendalikan partisipan dalam pengelolaan sumber daya hutan tentunya akan memberikan hubungan ke depan yang berkaitan dengan bentuk partisipasi dan selanjutnya akan memberikan dampak kondisi sumber daya hutan yang berkelanjutan.

3.6. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Analisis terhadap data primer dan informasi yang diperoleh dari wawancara dan observasi dilakukan dengan memulai mengkode data coding data. Data yang sudah diolah kemudian disajikan secara deskriptif dan tabulasi.

3.6.1. Analisis Deskriptif Kualitatif

Analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk menjelaskan: 1 karakteristik sosial, ekonomi dan budaya pada level komunitas; 2 karakteristik individu; 3 unsur-unsur modal sosial, 4 penilaian tingkat modal sosial, 5 partisipasi masyarakat dalam pengelolaan TNGHS, 6 kelembagaan pengelolaan TNGHS, 7 dan pemungutan HHBK. Untuk mendeskripsikan karakteristik individu, unsur- unsur modal sosial, tingkat modal sosial masyarakat dan tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan TNGHS dilakukan dengan persamaan selang nilai Supranto 2000, yaitu: Lebar kelas = Selisih nilai observasi terbesar dengan nilai observasi terkecil Banyaknya kelas Adapun jumlah kelas disesuaikan dengan kategori tingkatan yang diinginkan, yaitu tiga kelas untuk karakteristik sosial, ekonomi dan budaya komunitas lemah, sedang dan kuat; tiga kelas untuk karakteristik individu lemah, sedang dan kuat dan empat kelas untuk tingkatan modal sosial minimum, rendah, sedang, dan tinggi.

3.6.2. Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif dilakukan untuk mengetahui hubungan-hubungan yang terjadi antara variable-variabel melalui persamaan koefisien Peringkat Spearman Walpole 1993; Supranto 2000, yaitu: ࡾ ࢙ = ૚ − ૟ ∑ ࢊ࢏ ૛ ࢔ ࢏స૚ ࢔࢔ି૚ Keterangan: Rs : Koefisien Rank Spearman di : selisih peringkat X dan Y n : banyaknya sampel Jika Rs bernilai nol, maka tidak ada korelasi, apabila Rs bernilai +1,00 atau -1,00 maka terdapat korelasi sempurna. Dalam uji korelasi dua hal yang harus diperhatikan, yaitu: 1 besarnya koefisien korelasi dan 2 apakah koefisien korelasi itu nyata atau tidak nyata pada taraf signifikan tertentu. Hubungan yang dicari dengan koefisien Peringkat Spearman melalui program pengolahan data SPSS 16 adalah: 1. Hubungan antara variabel karakteristik individu terhadap variabel unsur- unsur modal sosial masyarakat. 2. Hubungan antara modal sosial dan karakteristik individu dengan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan TNGHS.

3.6.3. Analisis Strategi Dalam Pengelolaan TNGHS

Proses penyusunan perencanaan strategis menurut Rangkuti 2008 melalui tiga tahapan, yaitu: 1 pengumpulan data, 2 tahap analisis, dan 3 tahap pengambilan keputusan .

1. Tahap pengumpulan data

Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data, pengklasifikasian dan pra- analisis data. Data terbagi menjadi data internal dan eksternal. Data internal merupakan data yang menggambarkan kekuatan dan kelemahan yang terdapat di dalam masyarakat terkait dengan pengelolaan TNGHS, sedangkan data eksternal adalah data yang menggambarkan peluang dan ancaman yang berasal dari luar BTNGHS yang mempengaruhi pengelolaan TNGHS untuk mencapai tujuannya. Pada tahap pengumpulan data ini dilakukan pengumpulan faktor-faktor internal kekuatan dan kelemahan dan eksternal peluang dan ancaman yang diperoleh dari identifikasi lapangan terhadap karakteristik sosial, karakteristik individu, modal sosial, pemungutan HHBK, kelembagaan pengelolaan TNGHS dan dukungan infrastruktur dalam pengelolaan TNGHS. Faktor-faktor tersebut diidentifikasi berdasarkan penilaian beberapa stakeholders yang terkait program pemungutan HHBK dalam pengelolaan TNGHS, yaitu tokoh masyarakat, kepala desa, LSM, Balai Pengelola TNGHS dan pihak akademisipeneliti. Pada tahap ini terdapat dua model matriks analisis data yang dipakai untuk mengklasikasikan dan membuat pra-analisis, yaitu: Matriks faktor startegi eksternalexternal factor evaluation EFE. Matriks EFE disusun untuk meringkas faktor-faktor eksternal terkait dengan peluang dan ancaman dari luar komunitas masyarakat. Matrik EFE disusun dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Menyusun kolom 1 yang berisi peluang dan ancaman 5 s.d 10 kolom.