4. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Taman Nasional Gunung Halimun Salak
4.1.1. Sejarah Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak TNGHS
Secara historis Taman Nasional Gunung Halimun Salak TNGHS telah mengalami beberapa kali perubahan status. Pada tahun 1924–1934 Pemerintah
Hindia Belanda menetapkan Kawasan Gunung Halimun sebagai Hutan Lindung dengan luas 39,94 hektar ha. Tahun 1935–1961 status cagar alam di
bawah pengelolaan pemerintah Belanda dan Republik IndonesiaDjawatan Kehutanan Jawa Barat. Tahun1961–1978 status cagar alam di bawah
pengelolaan Perum Perhutani. Tahun 1979–1990 status cagar alam di bawah pengelolaan Balai Konservasi Sumber daya Alam III, yaitu Sub Balai
Konservai Sumber daya Alam Jawa Barat I. Tahun 1990–1992 status cagar alam dikelola oleh Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango. Tahun
1992–1997 status taman nasional di bawah pengelolaan Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango. Status Taman Nasional Gunung Halimun ditetapkan
sebagai kawasan Taman Nasional Gunung Halimun TNGH berdasarkan keputusan Menteri Kehutanan Nomor 282Kpts-II1992 tanggal 26 Februari
1992 atas perubahan fungsi Cagar Alam Gunung Halimun dengan luas ± 40.000 ha. Pada tahun 1997 pengelolaan dilaksanakan langsung oleh Balai
Taman
Nasional Gunung
Halimun. Berdasarkan
Keputusan Menteri
Kehutanan Nomor 185Kpts-II1997 tanggal 31 Maret 1997 tentang Organisasi Balai Taman Nasional dan Unit Taman Nasional, status administrasi
pengelolaan TNGH adalah Unit Pelaksana Teknis UPT Ditjen Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam PHPA dengan bentuk organisasi Balai setingkat
Eselon III.
Tabel 10. Ringkasan sejarah pengelolaan kawasan TNGHS Status
Tahun Pengelola
Hutan Lindung dengan luas 39,941
hektar 1924 – 1934
Pemerintah Belanda
Cagar Alam Gunung Halimun
1935 – 1961 1961 – 1978
1979 – 1990
1990 – 1992 Pemerintah Belanda dan RI Jawatan
Kehutanan Djawa Barat Perum Perhutani
Balai KSDA III, yaitu Sub Balai Konservasi Sumber daya Alam Jawa
Barat I TN Gunung Gede Pangrango
Taman Nasional 1992 – 1997
1997 – 2003 2003 – sekarang
TN Gunung Gede Pangrango SK.Menhut No 282Kpts-II1992
Balai Taman Nasional Gunung Halimun SK.Menhut No 185Kpts-II1997
Balai Taman Nasional Gunung Halimun SalakSK.Menhut No 175Kpts-II2003
Sumber: Balai TNGHS 2007
Pada tahun 2003 Taman Nasional Gunung Halimun diperluas dari hasil perubahan fungsi kawasan Hutan lindung, Hutan Produksi Tetap, dan Hutan
Produksi Terbatas pada kelompok Hutan Gunung Halimun dan Kelompok Hutan Gunung Salak di Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Banten meliputi
Kabupaten Sukabumi, Bogor dan Lebak dengan luas ± 113.357 ha. Perluasan kawasan ini ditetapkan sebagai kawasan konservasi Taman Nasional Gunung
Halimun Salak TNGHS oleh Pemerintah berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 175Kpts-II2003. Secara singkat sejarah mengenai status dan pengelolaan
kawasan Gunung Halimun dapat dilihat pada Tabel 10 BTNGHS 2007.
4.1.2. Letak dan Luas TNGHS
Secara geografis kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak terletak pada 106º 21’BT – 106º 38’BT dan 06º 37’LS – 06º 51’LS di bagian Barat Daya
Provinsi Jawa Barat. Secara administrasi pemerintahan TNGHS terletak di tiga kabupaten, yaitu: Kabupaten Bogor, Sukabumi Provinsi Jawa Barat dan
Kabupaten Lebak Provinsi Banten. Kawasan TNGHS mempunyai luas ± 113.357 ha dikelola dalam bentuk zonasi. Berdasarkan lampiran Peta Berita
acara serah terima Pengelolaan Hutan dari Perum perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten kepada Balai TNGHS, tanggal 28 Agustus 2000, Nomor 004BAST-
HUKAMASIII2009 dan Nomor SKB 482IV-T.13kerjasama2009, luas kawasan TNGHS yang digunakan adalah 105.174 ha. Pada Gambar 4 rincian
zonasi kawasan TNGHS terdiri dari: Zona Inti 31.363,47 ha, Zona Rimba 21.255,55 ha, Zona Pemanfaatan 1.284,30 ha, Zona Khusus 21.673,98 ha,
Zona Rehabilitasi 28.165,35 ha, Zona Tradisonal 1.422,77 ha dan Zona Budaya 9,96 ha BTNGHS 2011. Wilayah kerja BTNGHS terletak dalam 28
kecamatan, terdiri dari: 9 kecamatan di Kabupaten Bogor, 8 kecamatan di Kabupaten Sukabumi dan 11 kecamatan di Kabupaten Lebak dan terdiri dari 111
desa BTNGHS 2007.
4.1.3. Iklim, Topografi dan Jenis Tanah
Variasi curah hujan rata-rata di kawasan TNGHS berkisar antara 4.000 mm sampai 6.000 mmtahun. Curah hujan maksimum 392 mmtahun, dengan hari
hujan rata-rata 145 haritahun. Jumlah rata-rata bulan bulan basah curah hujan 100 mmtahun adalah 9 bulantahun. Menurut Schmidt dan Ferguson 1951
termasuk tipe iklim B dimana 1,5 – 3 bulan kering. Suhu udara rata-rata 31,5ºC dengan suhu terendah 19,7ºC dan suhu tertinggi 31,8ºC. Kelembaban udara rata-
rata 88 BTNGHS 2007.
Secara umum TNGHS memiliki bentang alam bervariasi dari dataran ke pegunungan, yang sebagian besar berbukit dan bergunung. Keadaan topografi
TNGHS sebagian besar berupa perbukitan dengan variasi kelerengan lebih dari 45, bergelombang 50 dan bentuk curam berbatu 35 dan pegunungan.
Ketinggian bervariasi dari 500 meter di atas permukaan laut m dpl sampai dengan 2.211 m dpl. Sebagian besar kawasan 75,70 terletak pada ketinggian di
bawah 1.400 m dpl dengan kelerengan di atas 45,0. Beberapa titik tinggi yang merupakan puncak-puncak gunung yang ada dalam kawasan TNGHS adalah
Gunung Halimun 1.929 m dpl, Gunung Sanggabuana 1.919 m dpl, Gunung