Sebagian besar masyarakat memilki tingkat kepercayaan dengan kategori sedang terhadap tokoh agama, tetapi tingkat kepercayaan masyarakat di Desa
Pangradin, Desa Cipeuteuy dan Desa Tamansari sangat tinggi terhadap tokoh agama. Hal ini karena tingkat ketaatan masyarakat terhadap agama di wilayah ini
sangat tinggi. Mereka sangat percaya terhadap tokoh agama karena tokoh agama merupakan panutan hidup dan memberikan pedoman hidup untuk keselamatan
dan kebahagian hidup di dunia dan akhirat, dan mereka percaya bahwa tokoh agama tidak pernah berbohong maupun mengingkari janji.
Tingkat kepercayaan masyarakat adat kasepuhan di Desa Sirnaresmi terhadap staf Balai TNGHS lebih rendah daripada kepercayaan terhadap pihak
kepolisian dan aparat pemerintah. Hal ini karena kurangnya program-program pemberdayaan yang dilakukan di wilayah ini, serta kurangnya sosialisasi terkait
adanya penunjukkan perluasan kawasan TNGHS. Masyarakat Kasepuhan Sinarresmi mengklaim lahan garapan yang mereka kelola saat ini merupakan
tanah leluhur mereka sejak zaman dahulu, tetapi saat ini menjadi kawasan TNGHS. Masyarakat Desa Lebak Gedong memiliki tingkat kepercayaan yang
sangat tinggi terhadap pihak LSM. Hal ini terkait adanya program pemberdayaan masyarakat yang telah di lakukan oleh LSM di wilayah ini. Tingkat kepercayaan
sebagian besar masyarakat desa Cipeuteuy terhadap staf Balai TNGHS lebih tinggi dari desa lainnya. Tingginya kepercayaan ini karena banyaknya program
dan bantuan yang di realisasikan oleh pihak Balai TNGHS di wilayah ini dalam rangka pemberdayaan masyarakat.
Tingkat kepercayaan masyarakat di sekitar kawasan TNGHS diseluruh desa kajian berdasarkan SCAT tercantum pada Tabel 36. Hasil analisis Tabel 36
menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat memiliki tingkat kepercayaan dalam kategori sedang dengan skor 39. Sebanyak 62,6 menilai orang-orang
disekitarnya dalam komunitas dapat percaya. Tingginya tingkat kepercayaan antar masyarakat ini tidak terlepas dari status mereka di dalam komunitas tersebut.
Untuk menghadapi tekanan dari pihak luar yang ingin mengusir mereka dalam mengelola lahan garapan di kawasan TNGHS maka mereka harus membangun
kepercayaan diantara sesama.
Sebagian besar responden di seluruh desa kajian percaya pada aparat kepolisian, tokoh masyarakat, pihak LSMswasta, Dinas Kehutanan, dan staf
Balai TNGHS. Sebanyak 74,8 percaya pada aparat pemerintah, 70,0 percaya pada aparat kepolisian, 65,3 percaya pada tokoh masyarakat, 68,7 percaya
terhadap pihak luar LSMSwasta, 74,4 percaya pada Dinas Kehutanan, 65,3 percaya pada Balai TNGHS, 69,4 percaya pada Polisi Hutan dan dalam hal
pinjam meminjam uangbarang mereka percaya. Dalam hal pinjam meminjam uangbarang tingkat kepercayaan masyarakat di seluruh desa kajian berada pada
kategori sedang. Sebanyak 74,1 masih percaya dalam lingkungan sekitarnya untuk melakukan pinjam meminjam barang atau uang dan hanya 11,5
masyarakat yang kurang percaya. Masyarakat selama ini tidak pernah mengalami kesulitan untuk melakukan pinjam meminjam uang atau barang dengan komunitas
di lingkungannya.
Tabel 36. Tingkat kepercayaan masyarakat di seluruh desa kajian
N o
Sub unsur kepercayaan Tingkat kepercayaan
Jumlah 1
2 3
4 Skor
Mini mum
Ren- dah
Se- dang
Ting -gi
Rata-rata 1
Kepercayaan terhadap orang di sekitar di
dalam komunitas Jumlah
responden 12
99 186
- 297
768 4
33,3 62,6 -
100.0 2,59 ≈ 3
2 Kepercayaan terhadap
orang dengan etnis yang sama di luar komunitas
Jumlah responden
18 221
47 297
11 898
3,7 6,1 74,4 15,8 100.0 3,02 ≈ 3
3 Kepercayaan terhadap
orang dengan etnis yang berbeda di dalam dan di
luar komunitas Jumlah
responden 28
84 163
22 297
773 9,4 28,3 54,9 7,4
100.0 2,6 ≈ 3
4 Kepercayaan terhadap
aparat pemerintah Jumlah
responden 2
25 222
48 297
910 0,7 8,4 74,8 16,2 100.0
3,06 ≈ 3 5
Kepercayaan terhadap aparat kepolisian
Jumlah responden
3 40
208 46
297 891
1 13,5 70 15,5 100.0
3.03 ≈ 3 6
Kepercayaan terhadap tokoh masyadat
Jumlah responden
2 5
194 96
297 978
0,7 1,7 65,3 32,3 100.0 3,29 ≈ 3
7 Kepercayaan terhadap
tokoh agama Jumlah
responden -
2 140
155 297
1044 -
0,7 47,1 52,2 100.0 3,52 ≈ 4
8 Kepercayaan terhadap
LSMSwasta Jumlah
responden 11
57 204
25 297
837 3,7 19,2 68,7 8,4
100.0 2,82 ≈ 3
9 Kepercayaan terhadap
Dinas Kehutanan dan Dinas Pertanian
Jumlah responden
4 20
221 52
297 915
1,4 6,7 74,4 17,5 100.0 3,08 ≈ 3
10 Kepercayaan terhadap
Balai TNGHS Jumlah
responden 2
33 194
68 297
922 0,7 11,1 65,3 22,9 100.0
3,10 ≈ 3 11
Kepercayaan terhadap Polisi Hutan TNGHS
Jumlah responden
5 33
206 53
297 901
1,7 11,1 69,4 17,9 100.0 3,03 ≈ 3
12 Kepercayaan terhadap
Kepala Resort TNGHS Jumlah
responden 6
35 204
52 297
896 2
11,8 68,7 17,5 100.0 3,02≈ 3
13 Kepercayaan dalam hal
pinjam meminjam uang Jumlah
responden 5
34 220
38 297
885 1,7 11,5 74,1 12,8 100.0
2,98 ≈ 3 Jumlah
Skor 11618
Skor rata-rata 39,12 ≈ 39
Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap tokoh masyarakat lebih rendah dari pihak lainnya. Hal ini disebabkan karena sikap dan perilaku tokoh masyarakat
kadang-kadang kurang sesuai dengan harapan masyarakat. Seperti halnya terdapat beberapa tokoh masyarakat yang telah mendapatkan pelatihan ataupun ilmu
pengetahuan dari pihak pemerintah, terkadang apa yang mereka dapatkan dari
hasil kursus tersebut kurang diinformasikan pada masyarakat lainnya, namun lebih mementingkan untuk keperluan pribadinya.
Berdasarkan Tabel 36 menunjukkan bahwa sebagian besar responden diseluruh desa kajian cenderung lebih percaya terhadap tokoh agama dengan
tingkat kepercayaan yang sangat tinggi daripada kepada aparat pemerintah, kepolisian, tokoh masyarakat, pihak luar maupun pihak pengelola TNGHS. Hal
ini karena tokoh agama sebagai panutan hidup mereka untuk mencapai kebahagian di dunia dan akhirat. Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pihak
luar terutama pada instansi pemerintah, aparat kepolisian, LSM dan tokoh agama maupun tokoh masyarakat di semua lokasi penelitian dengan kategori
sedangbaik. Hal ini merupakan sumber kekuatan modal sosial, karena kepercayaan merupakan produk modal sosial yang berperan penting sebagai
energi kekuatan pembangunan masyarakat Suharto 2007. Fukuyama 2007 berpendapat bahwa kepercayaan adalah sikap saling mempercayai di masyarakat
yang memungkinkan masyarakat tersebut saling bersatu dan memberikan kontribusi pada peningkatan modal sosial.
Hasil analisis seperti tersaji pada Tabel 37, menunjukkan bahwa kepercayaan masyarakat di seluruh desa kajian berada pada kategori rendah
sampai tinggi. Sebagian besar responden di setiap desa kajian memiliki tingkat kepercayaan dengan kategori sedangbaik, yaitu sebesar 63,80 sampai 96,67.
Hanya sebagian kecil saja yang memiliki tingkat kepercayaan dengan kategori rendah, yaitu sebesar 3,33 sampai 12,5 dan tidak ada anggota masyarakat
yang memiliki tingkat kepercayaan minimum.
Tabel 37. Sebaran tingkat kepercayaan responden di masing-masing desa kajian berdasarkan kategori
Desa Kategori tingkat kepercayaan
Jumlah Selang nilai
Minimum Rendah
Sedang Tinggi
22 23 – 32
33 – 42 42
Sirnaresmi Jumlah responden
- 4
25 3
32 Persentase
- 12,5
78,12 9,38
100 Cipeuteuy
Jumlah responden -
4 37
17 58
Persentase -
6,89 63,8
29,31 100
Malasari Jumlah responden
- -
46 7
53 Persentase
- -
86,79 13,21
100 Tamansari
Jumlah responden -
1 24
5 30
Persentase -
3,33 80
16,67 100
Tapos I Jumlah responden
- -
29 1
30 Persentase
- -
96,67 3,33
100 Mekar-
nangka Jumlah responden
- -
26 2
28 Persentase
- -
92,86 7,14
100 Pangradin
Jumlah responden -
3 24
9 25
Persentase -
8,33 66,67
36 100
Lebak Gedong
Jumlah responden -
1 28
1 30
Persentase -
3,33 93,34
3,33 100
Berdasarkan Tabel 38, sebanyak 80,8 tingkat kepercayaan masyarakat di sekitar kawasan TNGHS berada pada kategori sedangbaik. Kondisi ini sangat
baik dalam memberikan program-program pengembangan masyarakat dalam pengelolaan TNGHS karena dibangun atas dasar kepercayaan yang kuat dari
setiap elemen masyarakat. Tingginya kepercayaan memudahkan terjalinnya kerjasama dan membuat orang-orang dapat bekerjasama dengan lebih efektif.
Tabel 38. Sebaran tingkat kepercayaan masyarakat di seluruh desa kajian berdasarkan kategori
5.4.2. Jaringan Sosial
Sidu 2006 mengemukakan bahwa jaringan sosial sebagai suatu hubungan yang tersusun dalam suatu interaksi yang melibatkan orang, kelompok,
masyarakat dan beragam pelayanan sosial di dalamnya. Hasbullah 2006 mengemukakan bahwa kemampuan anggota masyarakat untuk selalu menyatukan
diri dalam suatu hubungan yang sinergis, maka akan sangat besar pengaruhnya dalam menentukan kuat tidaknya modal sosial yang terbentuk. Kemampuan
tersebut adalah kemampuan untuk berpartisipasi dalam membangun jaringan dengan prinsip kesukarelaan voluntary, kesamaan equality, kebebasan
freedom dan keadaban civility. Jaringan sosial yang terbangun dalam masyarakat sekitar kawasan TNGHS berupa kepadatan organisasi, partisipasi,
kerelaan, kerjasama kelompok di dalam dan di luar komunitas serta tingkat kebersamaan. Tingkat jaringan sosial masyarakat di masing-masing desa kajian
berdasarkan penilaian SCAT tercantum pada Tabel 39. Selang nilai untuk tingkat jaringan sosial dengan X max = 32, X min = 8 dan N = 4 diperoleh selang sebesar
6, sehingga tingkat jaringan sosial dapat dibagi menjadi:
a. Tingkat jaringan sosial minimum jika skor 14
b. Tingkat jaringan sosial rendah jika skor 15 – 20
c. Tingkat jaringan sosial sedang jika skor 21– 26
d. Tingkat jaringan sosial tinggi jika skor 26
No Kategori tingkat
kepercayaan Selang nilai
Jumlah orang Persentase
1 2
3 4
Minimum Rendah
Sedang Tinggi
22 23 – 32
33 – 42 42
- 13
240 44
- 4,38
80,80 14,82
Jumlah 297
100,00
Tabel 39. Skor tingkat jaringan sosial di masing-masing desa penelitian
N o
Desa Sirna-
resmi Cipeu-
teuy Mala-
sari Taman-
sari Tapos I
Mekar- nangka
Pangra- din
Lebak Gedong
Indikator jaringan
Skor K Skor
K Skor
K Skor K Skor
K Skor K Skor
K Skor K
1 Kepadatan
organisasi jumlah
anggota keluarga
yang terlibat
2,72 ≈3 S
2,66 ≈3
S 3,09
≈3 S 2,83
≈3 S 3,00
≈3 S 2,89
≈3 S 2,81
≈3 S 2,40
≈2 R
2 Tingkat
keragaman keanggota-
an organisasi
2,88 ≈3 S
2,55 ≈3
S 2,81
≈3 S 2,60
≈ 3 S 2,57
≈ 3 S 2,86
≈3 S 2,56
≈3 S 2,77
≈3 S
3 Partisipasi
dalam kelompok
2,66 ≈3 S
3,43 ≈3
S 2,68
≈3 S 2,60
≈3 S 2,80
≈ 3 S 2,79
≈3 S 2,56
≈3 S 2,87
≈3 S
4 Kerelaan
dalam membangu
n jaringan 3,03
≈3 S 3,41
≈3 S
3,11 ≈3 S
3,17 ≈3 S
3,00 ≈ 3 S
3,11 ≈3 S
3,28 ≈3 S
2,97 ≈3
S
5 Kerjasama
kelompok dengan
kelompok lain dalam
komunitas 2,44
≈2 R 3,26
≈3 S
2,79 ≈3 S
2,43 ≈ 2 R
2,90 ≈ 3 S
2,79 ≈3 S
2,64 ≈3 S
2,93 ≈3
S
6 Kerjasama
kelompok dengan
kelompok lain di luar
komunitas 2,22
≈2 R 3,22
≈3 S
2,57 ≈3 S
2,30 ≈ 2 R
3,00 ≈ 3 S
2,50 ≈3 S
2,69 ≈3 S
2,80 ≈3
S
7 Tingkat
kebersama an inisiatif
anggota menjdi
ketua sementara
2,34 ≈2 R
3,16 ≈3
S 2,45
≈2 R 2,80
≈3 S 2,67
≈ 3 S 2,68
≈3 S 2,94
≈3 S 2,57
≈3 S
8 Tingkat
kebersama an kerja-
sama anggota
jika ada masalah
bersama 3,03
≈3 S 3,34
≈3 S
3,21 ≈3 S
3,37 ≈ 3 S
2,97 ≈ 3 S
3,07 ≈3 S
3,25 ≈3 S
3,07 ≈3
S
Jumlah skor
21, 3
≈ 21
25,0 ≈
25 22,
7 ≈
23 22,1
≈ 22
22,9 ≈
23 22,6
≈ 23
22,7 ≈
23 22,3
≈ 22
Keterangan: K= Kategori; T= Tinggi; S= Sedang; R= Rendah
Hasil analisis seperti tersaji pada Tabel 39 diketahui bahwa tingkat jaringan di masing-masing desa kajian pada taraf sedang dengan skor 21 – 25. Tingkat
jaringan sosial masyarakat di seluruh desa kajian berdasarkan penilaian SCAT tercantum pada Tabel 40 dengan skor 23, yaitu dengan tingkat jaringan pada taraf
sedang. Tingkat jaringan dengan skor terendah pada masyarakat Kasepuhan Sinarresmi. Hal ini karena kerjasama kelompok dengan kelompok lain dalam
komunitas maupun di luar komunitas yang rendah, serta tingkat kebersamaan inisiatif anggota untuk menjadi ketua sementara yang rendah. Sebagian besar
warga masyarakat kasepuhan lebih mematuhi apa yang dikatakan Abah sebagai ketua Adat Kasepuhan. Masyarakat Desa Cipeuteuy memiliki tingkat jaringan
yang lebih tinggi dari desa lainnya. Hal ini karena ditopang oleh partisipasi dalam kelompok, kerelaan dalam membangun jaringan dan kerjasama kelompok dengan
kelompok lain dalam komunitas maupun di luar komunitas yang lebih tinggi dari desa lainnya.
Tabel 40. Tingkat jaringan sosial masyarakat seluruh desa kajian
N o
Sub unsur jaringan sosial
Tingkat Jaringan sosial Skor
Mini- mum
Ren- dah
Se- dang
Ting -gi
Rata-rata 1
Kepadatan organisasi jumlah anggota ke-
luarga yang terlibat Jumlah responden
- 105
143 49
297 834
Persentase -
35,3 48,2 16,5 100.0 2,81 ≈ 3 2
Tingkat keragaman keanggotaan
organisasi Jumlah responden
5 83
208 1
297 799
Persentase 1,7
28 70
0,3 100.0 2,69 ≈ 3 3
Partisipasi dalam kelompok
Jumlah responden 20
56 172
49 297
844 Persentase
6,7 18,9 57,9 16,5 100.0 2,84 ≈ 3
4 Kerelaan dalam
membangun jaringan Jumlah responden
4 14
209 70
297 939
Persentase 1,4
4,7 70,4 23,6 100.0 3,16 ≈ 3
5 Kerjasama kelompok
dengan kelompok lain dalam komunitas
Jumlah responden 23
52 179
43 297
836 Persentase
7,7 17,5 60,3 14,5 100.0 2,81 ≈ 3
6 Kerjasama kelompok
dengan kelompok lain di luar komunitas
Jumlah responden 29
72 153
43 297
804 Persentase
9,8 24,2 51,5 14,5 100.0 2,71 ≈ 3
7 Tingkat kebersamaan
inisiatif anggota men- jadi ketua sementara
Jumlah responden 26
78 144
49 297
810 Persentase
8,8 26,3 48,5 16,5 100.0 2,73 ≈ 3
8 Tingkat kebersamaan
kerjasama anggota jika ada masalah
bersama Jumlah responden
10 23
166 98
297 946
Persentase 3,4
7,7 55,9
33 100.0 3,19 ≈ 3 Jumlah
Skor 6812
Skor rata-rata 22,94 ≈ 23
a. Kepadatan Organisasi
Kepadatan organisasi terdiri dari jumlah anggota keluarga yang terlibat dalam suatu organisasi. Mayoritas responden di seluruh desa penelitian terlibat
dalam organisasi joiners dan hanya satu keluarga di Desa Pangradin yang sama sekali tidak terlibat dalam organisasi manapun dengan alasan tidak waktu karena
kesibukan dalam pekerjaan. Jumlah anggota keluarga yang terlibat dalam organisasi terdiri dari satu sampai tiga orangkepala keluarga. Apabila satu orang
anggota keluarga yang terlibat dalam organisasi pada umumnya adalah kepala keluarga, sedangkan apabila dua orang yang terlibat biasanya terdiri dari kepala
keluarga ayah dan ibu. Apabila terdapat lebih dari dua orang yang terlibat biasanya terdiri dari kepala keluarga ayah dan ibu serta anak. Rata-rata jumlah
anggota keluarga yang terlibat dalam suatu organisasi sebanyak 1–2 orangKK dengan kategori sedang. Sebagian besar responden terlibat dalam organisasi
dengan kategori rendah 35,0, yaitu terdiri dari satu orang kepala keluarga yang terlibat dalam organisasi. Sebanyak 48,2 responden yang terlibat dalam
organisasi dengan kategori sedang, yaitu terdapat dua orang yang terlibat. Sebagian besar masyarakat di Desa Pangradin yang terlibat dalam organisasi
dengan kategori rendah, yaitu rata-rata hanya kepala keluarga yang terlibat dalam organisasi. Pada masyarakat adat Kasepuhan Sinarresmi tidak ada keluarga yang
terlibat lebih dari dua orangKK.
Kepadatan organisasi berdasarkan jumlah organisasi yang diikuti responden berkisar 1–5 buah organisasi dalam satu keluarga. Sebagian besar responden
47,47 yang terlibat dalam satu organisasi dan 37,03 terlibat dua organisasi, 10,10 terlibat tiga organisasi dan 5,40 yang terlibat lebih dari tiga organisasi.
Tingkat jumlah organisasi yang diikuti sebagian besar responden tergolong rendah, yaitu 1–2 organisasi yang diikuti dalam satu keluarga. Tipe organisasi
yang diikuti responden bervariasi. Tipe organisasi yang diikuti pada masyarakat adat Kasepuhan Sinarresmi sebanyak empat organisasi, antara lain kelompok
keagamaan, arisan, MKK masyarakat kampung konservasi, dan kelompok pemuda. Untuk desa kajian lainnya, rata-rata organisasi yang diikuti sebanyak
enam organisasi antara lain yaitu, kelompok tani MKK, kelompok arisan, kelompok keagamaan, kelompok wanitapos yandu, kelompok pemuda dan
kelompok kredit usahakoperasi.
Manfaat yang diperoleh responden dalam berorganisasi antara lain adalah meningkatkan pendapatan keluarga ekonomi, memperoleh ilmu pengetahuan,
berbagi pengalaman dan informasi, sarana silaturahmi, dan adanya bantuan yang diperoleh baik berupa sarana produksi seperti bibit tanaman maupun berupa
insentif langsung dalam bentuk uang untuk kegiatan-kegiatan pemerintah. Organisasi yang dianggap penting dan paling memegang peranan dalam
kehidupan responden di Desa Sirnaresmi adalah kelompok keagamaanpengajian 25,0, kepemudaan 9,38, kelompok tani 6,25 dan arisan 6,25,
sedangkan sebagian besar responden mengemukakan semua organisasi tidak berpengaruh dalam kehidupannya 53,12. Sebagian besar responden di Desa
Sirnaremi mengemukakan bahwa yang paling berpengaruh terhadap kehidupan mereka adalah organisasi adat kasepuhan. Namun masyarakat non adat di ke-tujuh
desa kajian lainnya menganggap bahwa organisasi yang berpengaruh penting adalah kelompok tani 70,69, keagamaan 17,24, arisan dan kelompok kredit
usahakoperasi 12,07. Karakteristik organisasi yang dianggap penting adalah:
Kelompok Tani
Kelompok tani yang terdapat di desa kajian adalah Kelompok Tani Mandiri, Kelompok Tani Kopel, Kelompok Tani Kube, Kelompok Tani Jamaskor dan
Kelompok Tani Selaras. Latar belakang responden menjadi anggota kelompok tani adalah sukarela tanpa adanya unsur paksaan atau berlatar belakang intensif.