Status Sosial Karakteristik Individu Masyarakat di Sekitar Kawasan TNGHS
a. Luas lahan milik
Persentase jumlah responden yang memiliki lahan milik dan yang tidak memiliki lahan milik, baik berupa kebun dan atau sawah, masing-masing sebesar 50,84 dan 49,16. Sebanyak 135 orang atau 35,35 memiliki lahan milik dan dengan luas lahan pada kategori sedang ≤ 0,25 ha, dan hanya sebagian kecil 15,49 yang memiliki luas lahan milik pada kategori tinggi 0,25 ha. Oleh karena itu petani yang tidak memiliki lahan milik maka penggunaan lahan di kawasan TNGHS merupakan sumber pendapatan utama dalam menopang kebutuhan rumah tangga responden. Subarna 2011 mengemukakan bahwa luas lahan milik yang sempit menyebabkan pendapatan petani sangat rendah sehingga untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga mereka memperluas usaha taninya melalui garapan di hutan yang berbatasan dengan desanya. Tabel 24. Sebaran responden berdasarkan luas lahan milik N o Lokasi desa penelitian Jumlah responden berdasarkan luas lahan milik Jumlah responden Tidak punya sawah Rendah ≤ 0,25 ha Sedang 0,25 ha Tinggi 1 Tamansari 30 66,6 30,0 3,4 2 Tapos I 30 46,6 50,0 3,4 3 Sirnaresmi 32 53,1 37,5 9,4 4 Mekarnangka 28 64,3 32,1 3,6 5 Cipeuteuy 58 31,0 44,8 24,1 6 Pangradin 36 19,4 11,1 69,5 7 Malasari 53 52,8 45,3 1,9 8 Lebak Gedong 30 80,0 20,0 Jumlah responden Persentase 297 146 49,1 105 35,4 46 15,5b. Luas lahan garapan responden di kawasan TNGHS
Seluruh responden 100 merupakan petani penggarap pada lahan negara yang pengelolaannya berada pada Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Petani penggarap di areal taman nasional umumnya adalah eks petani PHBM pada masa pengelolaan oleh Perum Perhutani. Petani umumnya memahami status lahan sebagai lahan negara tetapi karena sebagian besar adalah petani subsisten yang berpikir jangka pendek maka mereka tetap beraktivitas pada lahan garapannya. Yatap 2008 mengemukakan bahwa kebutuhan lahan pertanian dan perkebunan dan pemanfaatan langsung sumber daya hutan telah memberikan kontribusi yang nyata terhadap adanya perubahan penutupan lahan di kawasan TNGHS. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden 67,4 memiliki luas lahan garapan di kawasan TNGHS dengan kategori rendah 0,5 ha Tabel 25. Penggunaan lahan TNGHS dengan kategori sedang sampai tinggi terbanyak dijumpai di Desa Pangradin dan Desa Lebak Gedong. Hal ini terjadi karena selama masa transisi perluasan kawasan taman nasional, masyarakat berlomba- lomba memperluas lahan garapan di kawasan yang semula dikelola Perum Perhutani sebagai hutan produksi. Luas lahan garapan TNGHS terendah di Desa Tapos I, sebagian besar digunakan untuk budidaya tanaman kucay Allium schoenoprasum dan tanaman poh-pohan Pilea melastomoides di bawah tegakan R e sp o n d e n Desa Penelitian lahan sawah di kawasan TNGHS Tdk punya sawah Rendah ≤ 0,25 ha Sedang 0,25 ha Tinggi pinus Pinus merkusi untuk menunjang kebutuhan ekonomi rumah tangga. Jenis penggunaan lahan dengan tanaman poh-pohan Pilea melastomoides membuat kondisi hutan tetap terjaga dan masyarakat mendapatkan keuntungan dari penggunaan lahan. Tabel 25. Sebaran responden berdasarkan luas lahan garapan di kawasan TNGHS N o Desa penelitian Jumlah respon den Jumlah responden berdasarkan luas lahan garapan kebun dan atau sawah di kawasan TNGHS 0,5 ha Rendah 0,5 – 1,0 ha Sedang 1,0 ha Tinggi 1 Tamansari 30 24 80,0 6 20,0 2 Tapos I 30 29 96,7 1 3,3 3 Sirnaresmi 32 21 65,6 8 25,0 3 9,4 4 Mekarnangka 28 21 75,0 4 14,3 3 10,7 5 Cipeuteuy 58 50 86,2 7 12,1 1 1,7 6 Pangradin 36 14 38,8 15 41,6 7 19,4 7 Malasari 53 36 67,9 16 30,2 1 1,9 8 Lebak Gedong 30 5 16,6 15 50,0 10 33,4 Jumlah responden Persentase 297 200 67,4 72 24,2 25 8,4c. Penggunaan lahan garapan di kawasan TNGHS
Penggunaan lahan di kawasan TNGHS oleh masyarakat berupa sawah dan atau kebun dengan luas lahan yang bervariasi. Pada dasarnya pemanfaatan lahan di kawasan TNGHS bertentangan dan melanggar hukum, namun karena sudah berlangsung sejak sebelum adanya penunjukkan kawasan, maka pihak pengelola taman nasional memberikan kebijaksanaan dengan memperbolehkan penggunaan lahan garapan tetapi tidak diperkenankan adanya perluasan lahan. Masyarakat juga di wajibkan menanam tanaman kehutanan di lahan garapannya seperti tanaman Puspa Schima wallichii, kayu Afrika Maesopsis emini dan Rasamala Altingia excels sebanyak 400 pohonha dengan jarak 5x5 m. Jumlah tanaman kehutanan yang ditanam tergantung dari luasan lahan garapan masing-masing petani. Gambar 8. Sebaran responden berdasarkan luas lahan sawah di TNGHSParts
» Perumusan Masalah PENDAHULUAN Latar Belakang
» Tujuan Penelitian PENDAHULUAN Latar Belakang
» Manfaat Penelitian Batasan Penelitian
» Kebaruan Novelty PENDAHULUAN Latar Belakang
» Kerangka Pemikiran PENDAHULUAN Latar Belakang
» Kepercayaan Trust TINJAUAN PUSTAKA 1. Modal Sosial
» Partisipasi dalam jaringan sosial participation in social networking
» Nilai sosial values TINJAUAN PUSTAKA 1. Modal Sosial
» Tindakan yang proaktif TINJAUAN PUSTAKA 1. Modal Sosial
» Pengukuran Modal Sosial Hubungan timbal balik reciprocity dan kepeduliansolidaritas solidarity
» Kelembagaan TINJAUAN PUSTAKA 1. Modal Sosial
» Taman Nasional TINJAUAN PUSTAKA 1. Modal Sosial
» Pendekatan Penelitian dan Metode Pengumpulan Data
» Jenis Data dan Instrumen Penelitian
» Metode Penentuan Responden METODOLOGI PENELITIAN 1. Lokasi dan Waktu Penelitian
» Kajian Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat
» Kajian Karakteristik Individu Variabel Pengamatan
» Kajian Modal Sosial Masyarakat
» Kajian Vegetasi dan Pemungutan HHBK a. Vegetasi HHBK Flora
» Kajian Kelembagaan Pemungutan Hasil Hutan Bukan Kayu HHBK
» Analisis Deskriptif Kualitatif Analisis Kuantitatif
» Analisis Strategi Dalam Pengelolaan TNGHS
» Kondisi Biofisik Gambaran Umum Desa Penelitian 1. Interaksi Masyarakat dengan Kawasan TNGHS
» Penggunaan Lahan Gambaran Umum Desa Penelitian 1. Interaksi Masyarakat dengan Kawasan TNGHS
» Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat a. Kependudukan
» Pendidikan KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 1. Gambaran Umum Taman Nasional Gunung Halimun Salak
» Ngarawunan, merupakan ritual untuk meminta isi padi agar tumbuh dengan
» Jenis Kelamin, Agama dan Etnis
» Umur Responden Karakteristik Individu Masyarakat di Sekitar Kawasan TNGHS
» Jumlah Anggota Keluarga Karakteristik Individu Masyarakat di Sekitar Kawasan TNGHS
» Tingkat Pendidikan Formal Karakteristik Individu Masyarakat di Sekitar Kawasan TNGHS
» Tingkat Pendidikan Non Formal
» Tingkat Kesehatan Lama Tinggal
» Status Sosial Karakteristik Individu Masyarakat di Sekitar Kawasan TNGHS
» Jenis Mata Pencaharian Karakteristik Individu Masyarakat di Sekitar Kawasan TNGHS
» Luas dan Penggunaan Lahan Garapan
» Luas lahan garapan responden di kawasan TNGHS
» Penggunaan lahan garapan di kawasan TNGHS
» Tingkat Pendapatan Tahun garapan responden di kawasan TNGHS
» Pendapatan responden dari lahan garapan TNGHS
» Kontribusi lahan TNGHS terhadap total pendapatan
» Kepercayaan Unsur-Unsur Pembentuk Modal Sosial Masyarakat
» Jaringan Sosial Unsur-Unsur Pembentuk Modal Sosial Masyarakat
» Norma Sosial Kebersamaan dalam organisasi
» Tindakan Proaktif Kebersamaan dalam organisasi
» Kepedulian Terhadap Sesama dan Lingkungan
» Tingkat Modal Sosial Masyarakat di Sekitar Kawasan TNGHS
» Partisipasi Masyarakat di Sekitar Kawasan dalam Pembangunan PengelolaanTNGHS
» Hubungan Antara Karakteristik Individu dengan Unsur-Unsur Pembentuk Modal Sosial Masyarakat
» Hubungan Antara Modal Sosial dengan Unsur Pembentuk Modal Sosial
» Vegetasi Tanaman Damar Agathis dammara, Pinus Pinus merkusii
» Pemungutan HHBK di Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak
» Perubahan Tutupan Lahan Desa Kajian
» Kondisi Tutupan Lahan Desa Cipeuteuy
» Kondisi Tutupan Lahan Desa Lebak Gedong
» Kondisi Tutupan Lahan Desa Malasari
» Kondisi Tutupan Lahan di Desa Pangradin
» Kondisi Tutupan Lahan di Desa Sirnaresmi
» Kondisi Tutupan Lahan Desa Tamansari
» Biaya Eksklusi Tinggi Kondisi Tutupan Lahan Desa Tapos
» Kinerja Pengamanan TNGHS Biaya Transaksi
» Kelembagaan Formal dan Non-Formal a. Kelembagaan Formal
» Unsur-Unsur Kelembagaan a. Batas Yurisdiksi
» Hak Kepemilikan Property Right
» Aturan Representasi Kondisi Tutupan Lahan Desa Tapos
» Prioritas Kebijakan Dalam Pengelolaan TNGHS
» Kekuatan Identifikasi Faktor Internal
» Potensi SDA dan ekosistem sangat tinggi
» Aksesibilitas menuju kawasan mudah
» Sarana dan prasarana pengelolaan cukup memadai
» Kualitas SDM pengelolaan cukup memadai
» Karakteristik individu yang cukup baik
» Tingkat kepercayaan masyarakat yang baik
» Kesediaan masyarakat berpartisipasi tinggi
» Masyarakat taat terhadap norma yang berlaku
» Tingkat proaktif masyarakat cukup baik
» Tingkat kepedulian masyarakat terhadap sesama dan lingkungan tinggi
» Kesediaan masyarakat berpartisipasi dalam pengelolaan TNGHS
» Kuantitas penyuluhpetugas lapangan TNGHS kurang memadai
» Posisi petugas TNGHS sebagian besar di wilayah remote
» Sarana dan prasarana pendukung kegiatan lapangan kurang memadai
» Legalitas status kawasan TNGHS belum mantap
» Tingkat pendidikan masyarakat yang rendah
» Tingkat pendapatan masyarakat yang rendah
» Ketergantungan masyarakat terhadap tengkulak
» Kerjasama dengan stakeholders sangat banyak
» Dukungan para pihak yang ditunjukkan dengan sinergi kebijakan dalam pengelolaan TNGHS
» Pemanfaatan SDA sangat potensial
» Partisipasi para pihak dalam pengelolaan TNGHS sangat potensial
» Persepsi Pemerintah Daerah belum optimal
» Perambahan cukup tinggi Eksploitasi SDA mineral illegal Peningkatan jumlah penduduk dalam kawasan
» Kelembagaan Formal Strategi WT
» Manusia Bagian dari Ekosistem Hutan
Show more