Tingkat Pendidikan Formal Karakteristik Individu Masyarakat di Sekitar Kawasan TNGHS

Tingkat migrasi penduduk sangat kecil 12,1, biasanya karena ikatan pernikahan dengan penduduk setempat. Rata-rata lama tinggal responden di dalam komunitas adalah 38,78 tahun dengan selang antara 2 sampai 76 tahun. Sebagian besar responden 69,03 berada pada kategori tinggi yang berarti lebih dari 31 tahun berada dalam komunitasnya. Penduduk asli yang sudah lama tinggal memunculkan keterikatan akan daerah yang dihuninya dan terhadap pemanfaatan sumber daya lahan di sekitarnya Hamid et al. 2011. Tabel 21. Sebaran responden berdasarkan lama tinggal dalam komunitas N o Lokasi desa penelitian Jumlah respon den Penduduk Lama tinggal tahun Asli Pen da tang 21 tahun Kategori rendah 21– 31 tahun Kategori sedang 31 tahun Kategori Tinggi 1 Tamansari 30 26 86,6 4 13,4 13,3 13,3 73,4 2 Tapos I 30 28 93,3 2 6,4 6,7 13,3 80,0 3 Sirnaresmi 32 32 100 6,2 15,6 78,2 4 Mekarnangka 28 28 100 3,5 32,2 64,3 5 Cipeuteuy 58 48 82,8 10 17,2 15,5 13,8 70,7 6 Pangradin 36 32 88,9 4 11,1 3,8 27,8 58,4 7 Malasari 53 37 69,8 16 30,2 20,8 26,4 52,8 8 Lebak Gedong 30 30 100 13,4 86,6 Jumlah responden Persentase 297 261 87,9 36 12,1 34 11,4 58 19,6 205 69,0

5.2.8. Status Sosial

Status sosial menunjukkan tingkat penghargaan masyarakat pada individu yang bersangkutan dalam kelompok masyarakat. Lawang 2005 menyatakan bahwa status sosial ditentukan oleh kedudukan seseorang di dalam masyarakat. Rinawati 2012 menyatakan bahwa masyarakat miskin dengan pendapatan yang rendah dan atau memiliki lahan yang sempit dan atau bukan tokoh masyarakat dikategorikan dengan status sosial yang rendah. Pada Tabel 22 menunjukkan bahwa sebagian besar responden 60,3 memiliki status sosial yang rendah. Data tersebut sejalan dengan hasil penelitian Nur 2005 dan Rinawati 2012 yang menyatakan bahwa secara umum petani memiliki status sosial yang rendah. Tabel 22. Sebaran responden berdasarkan status sosial N o Lokasi desa penelitian Jumlah responden Status sosial responden Rendah Sedang Tinggi 1 Tamansari 30 19 63,3 10 33,3 1 3,4 2 Tapos I 30 24 80,0 5 16,6 1 3,4 3 Sirnaresmi 32 23 71,9 8 25,0 1 3,1 4 Mekarnangka 28 18 64,3 9 32,1 1 3,6 5 Cipeuteuy 58 32 55,2 23 39,6 3 5,2 6 Pangradin 36 21 58,3 15 41,7 7 Malasari 53 26 49,0 25 47,2 2 3,8 8 Lebak Gedong 30 16 53,3 13 43,3 1 3,4 Jumlah Persentase 297 179 60,3 108 36,4 10 3,3 Jenis pekerjaan utama responden Petani Buruh Pedagangwiraswasta Petani Pegawai

5.2.9. Jenis Mata Pencaharian

Masyarakat yang tinggal di sekitar TNGHS umumya mempunyai mata pencaharian pokok sebagai petani. Hasil penelitian menunjukkan 82,8 responden berprofesi sebagai petani, selebihnya 17,8 mempunyai mata pencaharian yang bervariasi, yaitu sebagai buruh, pedagang, wiraswasta, penyadap, dan pegawai harian lepas Gambar 6. Desa Pangradin adalah satu- satunya desa yang mayoritas respondennya mempunyai pekerjaan utama sebagai penyadap getah karet Hevea brasiliensis. Hal ini dikarenakan lahan kawasan TNGHS yang dikelola masyarakat Desa Pangradin berupa perkebunan karet. Mata pencaharian sebagian besar responden seperti tersebut di atas menggambarkan tingkat ketergantungan masyarakat sekitar TNGHS yang tinggi akan sumber daya lahan. Hal yang perlu dilakukan adalah mengarahkan dan membina masyarakat melalui penyuluhan sehingga mereka dapat meningkatkan produktivitas lahan dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan antara lain melalui pola agroforestri. Gambar 6. Sebaran responden berdasarkan pekerjaan utama Selain mempunyai pekerjaan utama sebagian besar responden mempunyai mata pencaharian sampingan untuk mencukup kebutuhan rumah tangga. Jumlah responden yang mempunyai mata pencaharian sampingan sebanyak 256 orang atau 86,2 dari total responden. Jenis mata pencaharian sampingan responden bervariasi, yaitu sebagai buruh tani atau buruh bangunan 44,2, pedagangwiraswasta 17,8, penyadap getah pinus atau aren 6,4, dan supir ojeg, beternak dan lainnya 17,8 Gambar 7. Namun masih banyak pula responden yang hanya mengandalkan pendapatannya dari hasil pertanian sebagai pekerjaan utama dan tidak mempunyai pekerjaan sampingan, yaitu sebanyak 41 orang atau 13,8. Oleh karena itu perlu pengembangan keterampilan dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat supaya tidak hanya mengandalkan pendapatan dari penggunaan lahan.