Perumusan Masalah PENDAHULUAN Latar Belakang

kepercayaan, jaringan sosial, norma-norma sosial, tindakan yang proaktif dan kepedulian terhadap sesama dan lingkungan. Mengukur dan menganalisis hubungan antara karakteristik individu dengan unsur-unsur modal sosial, dan antara modal sosial dengan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan TNGHS melalui persamaan koefisien Rank Spearman. Kelembagaan dalam penelitian ini dilakukan untuk mengkaji aturan yang mengatur perilaku atau hubungan antar manusia dalam penetapan dan pengurusan sumber daya alam di taman nasional. Analisis kelembagaan mengacu dengan menggunakan kerangka analisis S-S-B-P Situation-Structure- Behaviour-Performance . Melalui penelitian ini diharapkan dapat dirumuskan strategi pengelolaan TNGHS melalui pengembangan pemanfaatan sumber daya hutan dengan berorientasi pada kelestarian hasil secara ekologi, ekonomi dan sosial budaya.

1.6. Kebaruan Novelty

Nilai kebaruan dari penelitian ini adalah mengembangkan pengelolaan taman nasional dengan konsep modal sosial masyarakat dalam rangka penyusunan strategi pengelolaan TNGHS. Perhutanan sosial dalam perkembangannya masih menganggap masyarakat sebagai pihak luar yang perlu dibantudikasihani charity. Disertasi ini menempatkan masyarakat di dalam pengelolaan kawasan konservasi, modal sosial diadaptasikan atau diadopsi ke dalam pola pengelolaan taman nasional. Penelitian yang mengadopsi tentang modal adatbudaya dalam pengelolaan sumber daya alam taman nasional sudah banyak dipublikasikan, antara lain: Nur Arafah yang mengadopsi terhadap modal adat tentang zonasi taman nasional; Golar yang mengadopsi masyarakat adat dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya taman nasional. Disertasi ini menambahkan modal sosial masyarakat dalam pengelolaan taman nasional. Adaptive management paradigm dalam disertasi ini direalisasikan ke dalam strategi pengelolaan taman nasional dengan menambahkan modal sosial sebagai wujud pentingnya masyarakat. Seiring dengan perkembangan kebijakan kawasan konservasi, yaitu pada kongres WCPA World Commission on Protected Areas di Caracas, Venezuela tahun 1993 dan di Durban, Yordania tahun 2003, yang mengamanahkan bahwa pengelolaan kawasan konservasi tidak bisa hanya dikelola oleh single institution, melainkan harus melibatkan masyarakat sekitar hutan dan dapat memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat yang tinggal di dalam dan di sekitar kawasan konservasi. Disertasi ini menempatkan masyarakat lokal sebagai mitra yang penting dengan mengintegrasikan modal sosial masyarakat dalam pengelolaan hutan.

1.7. Kerangka Pemikiran

Pengelolaan TNGHS tidak dapat dipisahkan dari masyarakat yang berada di dalam dan di sekitar kawasan yang mempunyai ketergantungan tinggi terhadap sumber daya alam yang ada di dalam kawasan. Bentuk pemanfaatan sumber daya alam berlangsung sejak sebelum adanya perluasan kawasan TNGHS, yaitu sejak pengelolaan oleh Perum Perhutani. Tingkat kesejahteraan masyarakat di sekitar dan di dalam kawasan TNGHS pada umumnya masih rendah. Jumlah rumah tangga RT miskin di desa-desa yang ada di dalamsekitar kawasan TNGHS sekitar 68.113 rumah tangga BTNGHS 2007. Berbagai usaha dilakukan oleh pengelola TNGHS dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pelestarian kawasan melalui berbagai program, antara lain: program pemungutan hasil hutan bukan kayu HHBK, ekowisata, budidaya ternak, kegiatan adopsi pohon dan rehabilitasi. Dalam mensukseskan program pengelolaan TNGHS diperlukan adanya aksi kolektif collective action yang positif dari masyarakat. Untuk membangun aksi kolektif diperlukan tingkat modal sosial yang cukup dari masyarakat. Selain modal sosial masyarakat, keberhasilan program juga ditentukan oleh tingkat partisipasi masyarakat. Partisipasi masyarakat dalam program pengelolaan TNGHS perlu diwujudkan dengan cara mengetahui karakteristik sosial, ekonomi dan budaya masyarakat, karakteristik individu dalam masyarakat serta mengidentifikasi unsur-unsur modal sosial yang berada dalam kehidupan masyarakat. Konsep modal sosial Uphoff 2000 menjadi rujukan untuk mengetahui tingkat modal sosial masyarakat, sedangkan unsur-unsur modal sosial mengacu pada Hasbullah 2006 yang terdiri dari: partisipasi dalam jaringan, resiprocity, kepercayaan, norma, dan tindakan yang proaktif. Tingkat modal sosial dalam masyarakat dapat ditentukan dengan melakukan penilaian terhadap unsur-unsur modal sosial yang terdapat dalam masyarakat. Kemudian dilakukan analisis untuk mengetahui hubungan antara karakteristik individu dengan unsur-unsur modal sosial, dan hubungan antara modal sosial dengan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan TNGHS. Karakteristik individu yang dianggap berhubungan dengan unsur modal sosial antara lain: umur, pendidikan formal, pendidikan non formal, pendapatan, luas lahan garapan, tingkat kesehatan, lama tinggal serta status sosial. Analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan karakteristik sosial, ekonomi dan budaya masyarakat, dan kelembagaan pengelolaan TNGHS serta bentuk dukungan dari pemerintah desa, tokoh masyarakatadat dan LSM dalam kegiatan pengelolaan TNGHS. Berdasarkan karakteristik individu, karakteristik masyarakat, modal sosial masyarakat dan aspek kelembagaan, kemudian dilakukan analisis strength, weakness , opportunity and threat SWOT untuk mengetahui faktor-faktor internal dan eksternal yang berpengaruh dalam pengelolaan TNGHS. Untuk menentukan strategi pilihan dalam pengelolaan TNGHS digunakan metode Quantitative Strategic Planning Matrix QSPM, sehingga akan dirumuskan strategi pengelolaan TNGHS melalui pengembangan pemanfaatan sumber daya hutan dengan berorientasi pada kelestarian hasil secara ekologi, ekonomi dan sosial budaya. Secara skematis, kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.