Tingkat Pendidikan Non Formal

Jenis pekerjaan utama responden Petani Buruh Pedagangwiraswasta Petani Pegawai

5.2.9. Jenis Mata Pencaharian

Masyarakat yang tinggal di sekitar TNGHS umumya mempunyai mata pencaharian pokok sebagai petani. Hasil penelitian menunjukkan 82,8 responden berprofesi sebagai petani, selebihnya 17,8 mempunyai mata pencaharian yang bervariasi, yaitu sebagai buruh, pedagang, wiraswasta, penyadap, dan pegawai harian lepas Gambar 6. Desa Pangradin adalah satu- satunya desa yang mayoritas respondennya mempunyai pekerjaan utama sebagai penyadap getah karet Hevea brasiliensis. Hal ini dikarenakan lahan kawasan TNGHS yang dikelola masyarakat Desa Pangradin berupa perkebunan karet. Mata pencaharian sebagian besar responden seperti tersebut di atas menggambarkan tingkat ketergantungan masyarakat sekitar TNGHS yang tinggi akan sumber daya lahan. Hal yang perlu dilakukan adalah mengarahkan dan membina masyarakat melalui penyuluhan sehingga mereka dapat meningkatkan produktivitas lahan dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan antara lain melalui pola agroforestri. Gambar 6. Sebaran responden berdasarkan pekerjaan utama Selain mempunyai pekerjaan utama sebagian besar responden mempunyai mata pencaharian sampingan untuk mencukup kebutuhan rumah tangga. Jumlah responden yang mempunyai mata pencaharian sampingan sebanyak 256 orang atau 86,2 dari total responden. Jenis mata pencaharian sampingan responden bervariasi, yaitu sebagai buruh tani atau buruh bangunan 44,2, pedagangwiraswasta 17,8, penyadap getah pinus atau aren 6,4, dan supir ojeg, beternak dan lainnya 17,8 Gambar 7. Namun masih banyak pula responden yang hanya mengandalkan pendapatannya dari hasil pertanian sebagai pekerjaan utama dan tidak mempunyai pekerjaan sampingan, yaitu sebanyak 41 orang atau 13,8. Oleh karena itu perlu pengembangan keterampilan dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat supaya tidak hanya mengandalkan pendapatan dari penggunaan lahan. Gambar 7. Sebaran responden berdasarkan pekerjaan sampingan

5.2.10. Luas dan Penggunaan Lahan Garapan

Luas lahan garapan merupakan luas keseluruhn lahan yang digarap responden untuk tujuan produksi, baik lahan milik sendiri maupun lahan garapan di kawasan TNGHS. Lahan garapan yang dikeloladigarap responden berupa sawah, dan atau kebun. Sebagian besar responden 55,5 memiliki luas lahan garapan dengan kategori sempit, yaitu kurang dari 0,5 ha Tabel 23. Rata-rata luas lahan garapan responden di seluruh desa kajian sebesar 0,60 ha dengan selang antara 0,19 sampai 1,42 ha. Hamid et al. 2011 mengemukakan bahwa terdapat hubungan yang nyata antara kepemilikan lahan dengan aspek sosial ekonomi. Semakin luas kepemilikan lahan masyarakat maka semakin sejahtera kondisi sosial ekonomi masyarakat. Tabel 23. Sebaran responden berdasarkan luas lahan milik dan lahan garapan di kawasan TNGHS N o Lokasi desa penelitian Jumlah respon- den Jumlah responden menurut luas lahan garapan milik dan garapan di TNGHS 0,5 ha Rendah 0,5 – 1,0 ha Sedang 1,0 ha Tinggi Rata-rata ha 1 Tamansari 30 76,60 23,40 0,28 2 Tapos I 30 93,30 6,60 0,19 3 Sirnaresmi 32 53,12 34,38 12,50 0,52 4 Mekarnangka 28 67,85 17,85 14,30 0,46 5 Cipeuteuy 58 62,07 24,13 13,80 0,52 6 Pangradin 36 13,80 30,50 55,50 1,42 7 Malasari 53 62,26 24,53 13,21 0,44 8 Lebak Gedong 30 13,30 53,40 33,30 0,97 Jumlah responden Persentase 297 165 55,5 79 26,6 53 17,9 Jenis pekerjaan sampingan responden Tidak ada Buruh tanibangunan Pedagangwiraswasta Penyadap Lainnya