kawasan TNGHS disebabkan belum adanya penetapan batas kawasan akibat belum selesainya proses tata batas kawasan, dan lemahnya pengakuan masyarakat
di lapangan terhadap eksistensi kawasan TNGHS BTNGHS 2007. Peubah yang memiliki nilai terendah untuk faktor kelemahan adalah tingkat pendidikan
masyarakat yang rendah dengan nilai 0,074. Rendahnya pendidikan baik formal maupun non formal masyarakat karena terbatasnya biaya, sarana dan prasarana.
Biaya yang tinggi dan kemampuan ekonomi masyarakat yang rendah merupakan penyebab
kurangnya minat
masyarakat untuk
bersekolah. Sidu
2006 menyatakan bahwa untuk memperkuat pemberdayaan masyarakat sangat
diperlukan usaha-usaha untuk menambah pengetahuan dan keterampilan masyarakat melalui pendidikan formal maupun non formal. Proses pemberdayaan
dapat berjalan lancar apabila pendidikan non formal yang diberikan sesuai dan berkaitan dengan profesi dan potensi sumberdaya lokal.
5.12.2. Identifikasi Faktor Eksternal
Selain dipengaruhi faktor internal, pembangunan pengelolaan TNGHS juga dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal. Matriks evaluasi faktor eksternal
digunakan untuk mengetahui sejauh mana pihak pengelola TNGHS mampu memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman yang ada pada lingkungan
eksternal. Hasil pembobotan, peringkat, dan skor setiap faktor eksternal peluang dan ancaman seperti diperlihatkan pada Tabel 84 dan 85. Faktor peluang dan
ancaman selanjutnya dievaluasi untuk mengetahui faktor yang memberikan pengaruh terbesar pada pembangunan TNGHS.
C. Peluang
Faktor-faktor peluang
yang berpengaruh
terhadap pembangunan
pengelolaan TNGHS disajikan pada Tabel 84.
Tabel 84. Faktor-faktor unsur peluang dan nilai pengaruhnya N
o Faktor eksternal
Rata-rata bobot
Rata-rata rating
Nilai pengaruh
C. Peluang
1 Kerjasama dengan stakeholders sangat
banyak 0,125
2,571 0,321
2 Dukungan para pihak yang ditunjukkan
dengan sinergi
kebijakan dalam
pengelolaan TNGHS 0,125
2,857 0,357
3 Pemanfaatan SDA sangat potensial
0,121 2,571
0,311 4
Partisipasi para
pihak dalam
pengelolaan TNGHS sangat potensial 0,129
3,000 0,387
Sub total peluang
0,500 11,000
1,377
Penjelasan setiap faktor peluang tersebut disajikan di bawah ini
1. Kerjasama dengan stakeholders sangat banyak
Peluang yang dimiliki oleh TNGHS adalah kerjasama dengan stakeholders sangat banyak, baik itu dalam kegiatan rehabilitasi lahan ataupun dalam kegiatan
pemberdayaan masyarakat. Pengelolaan TNGHS memerlukan kolaborasi banyak pihak dan dana yang tidak bisa dipenuhi hanya dari anggaran negara. Kerjasama
ini dilakukan oleh BTNGHS dengan perusahaan baik swasta maupun BUMN, pemerintah daerah Dinas Kehutanan, Dinas Pertanian, dan Dinas Perikanan,
Dinas Pertambangan dan Energi, BKSDA, LSM-LSM pemerhati areal konservasi JICA, JEEF, RMI, Lembaga Penelitian dan kelompok masyarakat.
2. Dukungan para pihak yang ditunjukkan dengan sinergi kebijakan dalam pengelolaan TNGHS
Dukungan kebijakan dari berbagai instansi pemerintah antara lain dalam pengembangan wilayah, pengelolaan sumber daya alam dan peningkatan
kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat dalam Rencana Pengelolaan Jangka Panjang RPJP Provinsi Banten, Provinsi Jawa Barat, Kabupaten Bogor,
Kabupaten Lebak dan Kabupaten Sukabumi BTNGHS 2007. Dukungan kebijakan sangat berperan dalam pembangunan TNGHS. Bantuan bibit dari Balai
DAS dalam program rehabilitasi lahan kawasan terdegradasi sangat membantu dalam kelestarian TNGHS.
3. Pemanfaatan SDA sangat potensial
Beberapa potensi sumber daya alam untuk dikembangkan melalui pembayaran jasa lingkungan antara lain perlindungan DAS dan tata air,
pemanfaatan obyek wisata alam. Pemanfaatan air minum untuk masyarakat dan air minum dalam kemasan yang bertumpu pada banyaknya mata air dalam
kawasan TNGHS. Kondisi keindahan landscape memiliki nilai jual yang tinggi melalui pengembangan wisata alam. Pengembangan wisata diarahkan pada
adanya perusahaan dan para pihak yang mampu memberikan kontribusi yang signifikan baik bagi konservasi kawasan TNGHS maupun bagi peningkatan
kesejahteraan masyarakat lokal yang ada di sekitar kawasan TNGHS. Pemanfaatan SDA ini merupakan faktor penting untuk berkembangnya kegiatan
ekonomi, termasuk kegiatan pengembangan ilmu pengetahuan di TNGHS.
4. Partisipasi para pihak dalam pengelolaan TNGHS sangat potensial
Partisipasi para pihak dalam pengelolaan TNGHS antara lain dalam program adopsi pohon. Tujuan program ini dalam rangka merehabilitasi lahan
kawasan di areal perluasan yang sebelumnya merupakan hutan produksi yang dikelola Perum Perhutani dan sebagian besar lahan telah terdegradasi. Sampai saat
ini terdapat 11 adopter yang telah membantu kegiatan program adopsi pohon kawasan TNGHS, antara lain Mitra TNGHS, PT KMI, PT Crawford, Yamaha
Jelajah Alam, PT Grace, Yamaha Green United, Universitas Pakuan, PILI Network, PT AIA, Gunma Safari Park dan Kagoshima University. Luas lahan
yang sudah di rehabilitasi seluas 53,25 ha dengan jumlah bibit 32.710 BTNGHS 2011.
Pada Tabel 83 diketahui bahwa faktor peluang dengan nilai pengaruh terbesar adalah kerjasama dengan stakeholders dan merupakan peluang yang