Gambar 27 Sebaran persentase rata-rata diameter ukuran sedimen di tiap perairan pantai di TAD
Pe rse ntase Rata-Rata Di ame te r Buti ran Se di me n Pe rai ran pantai Poka
12.6, 13 5.0, 5
6.7, 7 19.3, 19
33.2, 33 10.4, 10
8.7, 9 3.4, 3
0.8, 1 Φ mm 4.000
Φ mm 2.000 Φ mm1.000
Φ mm 0.425 Φ mm 0.250
Φ mm 0.125 Φ mm 0.063
Φ mm 0.038 Φ mm 0.038
Pe rse ntase Rata-Rata Di ame te r Buti ran Se di me n Pe rai ran pantai Batu Kone ng
40.2, 39 11.9, 12
9.6, 10 13.0, 13
13.3, 13 4.9, 5
4.7, 5 1.9, 2
0.5, 1 Φ mm 4.000
Φ mm 2.000 Φ mm1.000
Φ mm 0.425 Φ mm 0.250
Φ mm 0.125 Φ mm 0.063
Φ mm 0.038 Φ mm 0.038
Pe rse n tase Rata-Rata Di ame te r Bu ti ran S e di me n Pe rai ran pan tai Ai r Gu ru -
Gu ru
31.0, 32 11.2, 11
10.2, 10 13.4, 13
9.4, 19 6.1, 6
5.8, 6 2.3, 2
0.5, 1 Φ mm 4.000
Φ mm 2.000 Φ mm1.000
Φ mm 0.425 Φ mm 0.250
Φ mm 0.125 Φ mm 0.063
Φ mm 0.038 Φ mm 0.038
Pe rse ntase Rata-Rata Di ame te r Buti ran Se di me n Pe rai ran pantai Kate -Kate
26.3, 26 11.2, 11
9.0, 9 15.1, 15
21.1, 21 7.6, 8
6.5, 7 2.4, 2
0.8, 1 Φ mm 4.000
Φ mm 2.000 Φ mm1.000
Φ mm 0.425 Φ mm 0.250
Φ mm 0.125 Φ mm 0.063
Φ mm 0.038 Φ mm 0.038
Pe rse n tase Rata-Rata Di am e te r Bu ti ran S e di m e n Pe rai ran pan tai W ai h e ru
20.4, 20 6.7, 7
6.0, 6 18.4, 18
31.3, 32 8.0, 8
6.0, 6 2.8, 3
0.4, 0 Φ mm 4.000
Φ mm 2.000 Φ mm1.000
Φ mm 0.425 Φ mm 0.250
Φ mm 0.125 Φ mm 0.063
Φ mm 0.038 Φ mm 0.038
Pe rse n tase Rata-Rata Di ame te r Bu ti ran S e di me n Pe rai ran pan tai Ne ge ri Lama
20.2, 20 7.4, 7
5.8, 6 13.9, 14
29.3, 29 10.3, 10
9.5, 10 2.6, 3
0.9, 1 Φ mm 4.000
Φ mm 2.000 Φ mm1.000
Φ mm 0.425 Φ mm 0.250
Φ mm 0.125 Φ mm 0.063
Φ mm 0.038 Φ mm 0.038
Pe rse ntase Rata-Rata Di ame te r Buti ran Se di me n Pe rai ran pantai Late ri
11.5, 12 6.9, 7
10.9, 11 16.3, 16
26.1, 25 12.6, 13
11.9, 12 2.9, 3
0.8, 1 Φ mm 4.000
Φ mm 2.000 Φ mm1.000
Φ mm 0.425 Φ mm 0.250
Φ mm 0.125 Φ mm 0.063
Φ mm 0.038 Φ mm 0.038
Pe rse n tase Rata-Rata Di ame te r Bu ti ran S e di me n Pe rai ran pan tai Latta
16.4, 16 7.1, 7
7.9, 8 13.1, 13
22.1, 22 15.0, 15
13.9, 14 3.8, 4
0.8, 1 Φ mm 4.000
Φ mm 2.000 Φ mm1.000
Φ mm 0.425 Φ mm 0.250
Φ mm 0.125 Φ mm 0.063
Φ mm 0.038 Φ mm 0.038
Pe rse ntase Rata-Rata Diame te r Butiran Se dime n Pe rairan pantai Halong
10.1, 10 6.8, 7
9.6, 10 19.4, 19
31.2, 31 11.4, 11
8.8, 9 2.1, 2
0.6, 1
Φ mm 4.000 Φ mm 2.000
Φ mm1.000 Φ mm 0.425
Φ mm 0.250 Φ mm 0.125
Φ mm 0.063 Φ mm 0.038
Φ mm 0.038
Pe rse ntase Rata-Rata Diame te r Butiran Se dime n Pe rairan pantai Galala
15.4, 15 6.8, 7
8.5, 8 14.2, 14
25.1, 26 18.5, 18
8.7, 9 2.1, 2
0.7, 1 Φ mm 4.000
Φ mm 2.000 Φ mm1.000
Φ mm 0.425 Φ mm 0.250
Φ mm 0.125 Φ mm 0.063
Φ mm 0.038 Φ mm 0.038
Pe rse ntase Rata-Rata Diame te r Butiran Se dime n Pe rairan pantai Galala
15.4, 15 6.8, 7
8.5, 8 14.2, 14
25.1, 26 18.5, 18
8.7, 9 2.1, 2
0.7, 1 Φ mm 4.000
Φ mm 2.000 Φ mm1.000
Φ mm 0.425 Φ mm 0.250
Φ mm 0.125 Φ mm 0.063
Φ mm 0.038 Φ mm 0.038
pH ekstrim akan mengganggu organisma akuatik, kisaran pH antara 6–9 umumnya cocok untuk kebanyakan spesies.
Hasil penelitian Pemkot Ambon dan Unpatti 2002, menunjukkan bahwa nilai pH pada lapisan permukaan laut TAD berkisar antara 8,3–8,6; pada
kedalaman 30–40 m berkisar antara 7,3–8,6. Pada kedalaman ini terjadi variasi pH cukup besar dibandingkan dengan kedalaman lainnya.
Hasil penelitian ini menunjukkan nilai pH tiap stasion dan musim berkisar antara 7,40-8,5. Nilai pH
sangat mempengaruhi proses biokimia perairan, misalnya proses nitrifikasi akan berakhir pada pH rendah Novotny dan Olem 1994, diacu dalam Effendi 2003.
Nilai pH 4, sebagian besar tumbuhan air mati karena tidak dapat bertoleransi terhadap pH rendah Effendi 2003. Seperti dikemukakan sebelumnya bahwa
bahan buangan dapat juga mempengaruhi nilai pH, limbah penghabis oksigen berasal dari limbah rumah tangga yang mengandung sisa-sisa makanan, kotoran
manusia dan ternak, bangkai, bahan organik lainnya. Zat dan bahan-bahan ini akan mengalami pembusukan menghasilkan senyawa-senyawa lain yang beracun,
menurunkan kadar oksigen terlarut, meningkatkan suhu dan menurunkan keasaman pH, warna air akan berubah coklat kehitaman dan akan mengeluarkan
bau busuk yang menyengat http:digilib.upi.edupascasubmittedetd
. Pada penelitian ini walaupun pada stasion 8 dan pada musim pancaroba II menunjukkan
nilai pH yang lebih kecil dari stasion dan musim yang lain, akan tetapi nilai pH ini belum mencapai nilai keasaman yang rendah. Perbedaan nilai pH yang ada lebih
kepada pengaruh sungai dan proses biologi yang dominan pada saat sampling. Secara keseluruhan merujuk pada baku mutu air laut, hasil penelitian
terhadap nilai pH air laut ternyata masih berada dalam kisaran yang disukai organisme akuatik. Hal ini diperjelas dengan gambaran sebaran pH tiap stasion
dan tiap musim yang relatif hampir sama diseluruh bagian perairan TAD Gambar 28, 29, 30 dan 31.
4.2.2 Salinitas
Salinitas air laut dikontrol oleh variasi lokal dari laju transportasi melalui siklus hidrologis. Oleh karena itu salinitas merupakan variabel di daerah pantai
yang dipengaruhi oleh sungai dan runoff air tanah. Salinitas air laut permukaan bervariasi menurut lintang sebagai hasil pertukaran laju relatif air yang hilang
melalui evaporasi dan air yang tersedia melalui presipitasi. Kisaran salinitas perairan teluk Ambon bagian dalam, hasil penelitian P3O
LIPI Ambon tahun 1974-1975, dilaporkan berkisar antara 29,24 – 33,59 PSU Tabel 13. Sedangkan hasil penelitian lainnya, didapatkan kisaran salinitas antara
27,00 – 32,00 PSU Pemkot Ambon dan Unpatti, 2002. Variasi salinitas dapat secara temporal maupun spasial, berubah sepanjang
waktu berdasarkan perubahan keadaan lautan, penutupan awan, dan jarak dari matahari. Hasil penelitian diperoleh nilai salinitas dari rata-rata tiap stasion
berkisar antara 32,25–34,75 PSU, sedangkan rata-rata tiap musim berkisar antara 29,45 – 35,27 PSU Gambar 32.
Pada perairan payau salinitas berkisar antara 0,5–30 PSU, sedangkan perairan laut salinitas berkisar antara 30–40 PSU. Dengan demikian kisaran yang
ada sebagian besar merupakan kisaran salinitas air laut. Sedangkan salinitas terendah yang diperoleh yaitu pada musim timur.
Gambaran sebaran nilai salinitas tiap stasion dan tiap musim dapat dilihat pada Gambar 33, 34, 35 dan 36, dimana variabilitas nilai salinitas pada
keseluruhan stasion dan musim relatif kecil lihat standart deviasi.
Ket: sd rata-rata semua stasion=0,76 sdrata-rata semua musim=2,68
Gambar 32 Salinitas rata-rata tiap stasion dan tiap musim di perairan TAD
S alinitas Rata-rata tiap S tasion di Perairan TAD
34.75 34.00
32.75 33.00
33.75 32.25
34.25 33.25
33.75 32.50
33.50
31.00 31.50
32.00 32.50
33.00 33.50
34.00 34.50
35.00
ST 1
ST 2
ST 3
ST 4
ST 5
ST 6
ST 7
ST 8
ST 9
ST 10
ST 11
S tasion
S al
in itas
P S
U Salinitas Rata-rata tiap Musim di Perairan TAD
0.00 5.00
10.00 15.00
20.00 25.00
30.00 35.00
40.00
M.T imurAgust06 M.pancaroba
IIOkt06 M.BaratJan07
M.pancaroba IMart07
Musim
Sa li
ni ta
s P
SU
Dikatakan bahwa variasi temporal salinitas dipengaruhi oleh curah hujan serta run off sungai-sungai. Stasion 6 merupakan stasion di depan sungai
Waetonahitu Passo, sungai ini relatif lebih besar dibanding yang lain, dengan demikian input sungai tersebut berpengaruh juga ke nilai salinitasnya,
demikianpun dengan stasion 10 depan sungai Poka. Akan tetapi secara keseluruhan pengaruh sungai relatif kecil, karena secara umum volume air sungai
yang bermuara di TAD kecil sehingga kontribusi air sungai terhadap pembentukan nilai salinitas juga kecil.
4.2.3 Klorofil –
a
Keberadaan konsentrasi klorofil yang teramati di perairan ini dilakukan dengan menerjemahkan informasi dari down load data citra. Oleh karena titik
keterdapatan TAD sangat kecil maka untuk informasi nilai klorofil di perairan ini adalah dengan mengekspresikan kondisi klorofil di perairan sekitar TAD.
Hasil uji toksisitas mengindikasikan bahwa banyak spesies fitoplankton dari TAD yang memproduksikan toxin, antara lain Alexandrium cohorticula dan
Gymnodinium catenatum. Hasil penelitian ini merupakan yang pertama menemukan bahwa kedua spesies yang ada di perairan TAD ini berpotensi
membahayakan Wagey 2002. Dengan demikian dari hasil penelitian ini menemukan bahwa perairan teluk ambon telah mengalami pencemaran biologis
yang ditandai dengan melimpahnya spesies ini. Sementara hasil perhitungan dengan model algoritma yang dikembangkan
diperoleh konsentrasi klorofil-a dengan data citra tanggal 17 November 1995 berkisar antara 0,40–1,80 µgl, dan konsentrasi tanggal 20 Januari 1996 adalah
0,40–1,00 µgl Pentury 1997. Kelimpahan fitoplankton pada perairan TAD masuk kategori berlimpah 10
4
–10
5
selm³. Kelimpahan fitoplankton yang tertinggi ditemukan di perairan desa Passo yaitu 12,556 selm
3
dan terendah ditemukan di perairan desa Poka yakni 4,243 selm³. Kelimpahan organisme
fitoplankton di perairan TAD didominasi oleh jenis Chaetoceros spp, Rhizosolenia spp, Coscinodiscus, spp, Skeletonema sp, Acanthometron sp dan
Ceratium spp.
Dikatakan bahwa antara bulan Mei-Agustus konsentrasi rata-rata klorofil-a bisa mencapai 6 mgm
3
, hal ini berhubungan dengan blooming fitoplankton Wagey 2002. Pada Gambar 37, terlihat bahwa pada musim timur tepatnya di
bulan Agustus 2006, klorofil-a di perairan sekitar TAD adalah sekitar 0,6 mgm
3
. Hasil penelitian Wagey 2002 diperoleh konsentrasi klorofil-a bervariasi
antara 0,5-8,0 mgm
3
selama tahun 1996-1997. Konsentrasi klorofil dari interpretasi peta yang didapatkan pada penelitian ini masih berada dalam kisaran
yang ditemukan Wagey. Sedangkan konsentrasi klorofil-a selama bulan Oktober 2006 dan Januari 2007 pada penelitian ini ternyata lebih kecil dari yang
didapatkan Wagey Gambar 38 dan 39.
Chlorophyll Concentration –Aug 22 2006
Gambar 37 Konsentrasi klorofil di sekitar perairan pulau Ambon pada bulan Agustus 2006.
Pada umumnya, untuk perairan tropis dimana ada terdapat lapisan termoklin, konsentrasi klorofil pada lapisan permukaannya sering ditemukan
rendah Harris 1986, diacu dalam Wolanski 2006. Kecuali pada daerah yang terkena dampak langsung monsoon, misalnya pada laut Arabian. Dijelaskan
bahwa selama south-west monsoon, anginnya menyebabkan terjadinya proses
upwelling yang memperkaya permukaan dengan nutrien pada lapisan eufotik euphotic zone.
Ditambahkan pula bahwa pengaruh musim monsoon terhadap fraksi ukuran klorofil juga sudah diteliti pada upwelling di zona pantai yaitu di laut
north-west India. Selama akhir south-west monsoon, tercatat chlorofil dan produksi maksimal serta komunitas fitoplankton didominasi oleh fraksi ukuran
18 µm diatom. Bagaimanapun, selama pertengahan monsoon, baik konsentrasi klorofil maupun produksi menurun dan didominasi oleh picoplankton 0,2-2 µm
ukuran fraksinya Wolanski 2006.
Chlorophyll Concentration-Oct 1 2006
Gambar 38 Konsentrasi klorofil di sekitar perairan pulau Ambon bulan Oktober 2006
Kondisi konsentrasi klorofil di perairan umumnya tergantung pada kualitas air dan keberadaan nutrien dalam perairan tersebut. Misalnya, pada perairan
dimana terjadi percampuran massa air serta dirus atau pembilasan yang baik, biasanya konsentrasi klorofilnya rendah, oleh karena semua nutrien akan terbawa
waktu pembilasan atau percampuran terjadi. Sebaliknya perairan dengan ciri-ciri tenang cenderung terjadi akumulasi nutrien, sehingga terjadi blooming alga di
perairan dengan demikian akan mempengaruhi konsentrasi klorofil.
Chlorophyll Concentration – Jan 16 2007
Gambar 39 Konsentrasi klorofil di sekitar perairan pulau Ambon pada bulan Januari 2007
4.3 Perspektif Ekologi dalam Pencemaran Pesisir dan Laut
4.3.1 Kondisi Biologi Perairan TAD
Sejak awal abad terakhir ini, masalah pencemaran lingkungan perairan oleh sejumlah bahan-bahan kimia serta pengaruh-pengaruhnya terhadap ekosistem
sudah merupakan issue yang tersebar di kota-kota bahkan hingga di seluruh dunia. Worm and Duffy 2003 diacu dalam Jasen et al.2007 menyatakan bahwa ada 3
tiga aspek mendasar dalam ekosistem: i kuantitas, yang dijelaskan dengan biomassa dan produktivitas, ii kualitas, dinyatakan dengan komposisi jenis dan
kekayaan, dan iii stabilitas, maksudnya waktu yang konstan, resistan daya tahan terhadap perubahan lingkungan, atau kondisi pemulihan sesudah
tergganggu. Dalam kaitan dengan upaya untuk melihat seberapa jauh pengaruh berbagai aktivitas manusia yang menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan