Konsentrasi Minyak dan Lemak di Perairan Laut

et al. 2005, diacu dalam Liu et al. 2007. Konsentrasi PAH’s dalam sedimen di pantai, estuari dan paparan benua sering lebih tinggi hal ini berhubungan dengan tingginya tekanan dari input-input antropogenik Liu et al.2007. Berkembangnya penduduk dan industri secara pesat selama dua dekade belakangan ini di perairan pesisir, termasuk berkembangnya kota-kota, pelabuhan dan kegiatan perikanan, menyebabkan terjadinya kemerosotan kualitas lingkungan laut. Hasil analisis baik pada sedimen maupun biota dapat dilihat bahwa konsentrasi PAH’s total dalam sedimen di PLN-Poka dan dalam biota di perairan Poka cenderung lebih tinggi Gambar 73 dan Tabel 30. Walaupun secara umum nilai-nilai masih di bawah nilai ambang batas baku mutu air untuk biota laut yaitu 0,003 ppm. Akan tetapi jika diperhatikan untuk konsentrasi total PAH’s dalam sedimen sudah hampir mendekati 0,002 ppm. Hal ini berarti sudah harus mendapat perhatian, oleh karena masyarakat setempat masih mengeksploitasi kerang-kerang di sekitar perairan pantai ini, dengan demikian akan berbahaya bagi kesehatannya. Dibanding dengan referensi kehadiran individu-individu PAH’s di air, maka dalam sedimen dan biota hadir individu PAH’s sebagai berikut: fluoranthene, chrysene, benzok fluoranthene, benzo a pyrene, indeno 123,cd pyrene, dibenzoah anthacene. Diketahui bahwa dari sifatnya phenanthrenes dan anthracenes dikatakan agak tidak gampang menguap dan larut dalam air, dibandingkan naphthalenes. Selain itu konsentrasi dan perubahan distribusi isomernya kemungkinan merupakan indikator adanya aktivitas mikroorganisma dalam senyawa. Di dalam proses-proses biokimia yang berasosiasi dengan orgnisma bentik dapat juga mempengaruhi distribusi isomerik dari alkyl phenanthrenes di alam Farrington et al. 1982a.b; Farrington et al.,1986 diacu dalam Peacock et al. 2007. Dikatakan bahwa dalam satu tahun, konsentrasi PAH’s berkurang dratis sekali. Dua atau setengah tahun sesudah daerah rawa tercemar, konsentrasi naphthalenes Gambar 73 Konsentrasi PAH’s total dalam sedimen dan biota Tabel 30 Konsentrasi PAH’s tiap individu ppm dalam sedimen dan biota INDIVIDU PAH’s Sedimen Poka Sedimen PLN - Poka Biota Poka Biota PLN - Poka Me-Naphtalene 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 Acenaphthylene 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 Acenaphthene 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 Fluorene 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 Phenanthrene 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 Anthracene 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 Fluoranthene 0,00003 0,00006 0,00000 0,00000 Pyrene 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 Chrysene 0,00011 0,00012 0,00012 0,00006 BenzobFluoranthene 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 BenzokFluoranthene 0,00028 0,00034 0,00030 0,00019 BenzoaPyrene 0,00039 0,00048 0,00049 0,00024 Indeno123,cdPyrene 0,00019 0,00017 0,00018 0,00018 DibenzoahAnthacene 0,00043 0,00066 0,00052 0,00000 BenzghiPerylene 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 Total 0,00142 0,00182 0,00161 0,00067 umumnya menurun sampai dua kali lipat, tetapi alkyl phenanthreneanthracene berkurang hanya setengahnya sama dengan naphthalene Peacock et al. 2007. Pergerakan PAH’s di lingkungan tergantung pada sifatnya seperti, mudah larut dalam air dan mudah menguap. Secara umum PAH’s tidak mudah larut dalam air. Kebanyakan PAH’s dapat menguap dari permukaan air dan tanah ke atmosfer, tetapi yang berbentuk partikel padat akan mengendap ke dasar sungai-sungai atau danau-danau. Jelasnya kehadiran PAH’s di dalam tanah tentunya akan mengkontaminasi air tanah juga. Selain itu kandungan PAH’s pada tumbuh- tumbuhan yang hidup di darat atau hewan yang hidup di perairan dapat lebih 0.00142 0.00182 0.00161 0.00067 0.00000 0.00020 0.00040 0.00060 0.00080 0.00100 0.00120 0.00140 0.00160 0.00180 0.00200 Konse ntrasi PAH ppm Sedimen Poka Sedimen PLT D- Poka Biota Poka Biota PLT D- Poka Se dime n dan Biota Konse ntrasi PAH Total dalam Se dime n dan Biota dari Pe rairan TAD Konsentr asi PAH T otal ppm tinggi dibanding PAH’s dalam tanah dan air. PAH’s dapat hancur apabila bereaksi dengan cahaya matahari dan bahan kimia lain di dalam air serta dibantu oleh mikroorganisma, dan umumnya membutuhkan periode semingguan hingga bulanan.

6.2 Analisis Beban Pencemaran dan Kapasitas Asimilasi Perairan TAD

Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa gambaran umum kondisi perairan sungai dan laut dengan pendekatan beberapa parameter baik parameter pendukung maupun indikator, ternyata belum dapat memastikan bagaimana kondisi kualitas lingkungan perairan TAD yang sebenarnya. Oleh karena itu analisis beban pencemaran dan kapasitas asimilasi diharapkan dapat menjawab permasalahan lingkungan yang telah terjadi selama ini, khususnya di perairan TAD. Analisis kapasitas asimilasi didasarkan pada analisis hubungan antara kualitas air dengan beban limbahnya. Nilai kapasitas asimilasi diperoleh dari grafik hubungan antara konsentrasi masing-masing parameter bahan pencemar di perairan pesisir dengan beban pencemar tersebut di muara sungai. Nilai temuan dari beban limbah dan konsentrasi tersebut kemudian dibandingkan dengan nilai baku mutu dari masing-masing parameter untuk biota laut dan budidaya laut. Gambaran hubungan ini dapat dilihat pada beberapa parameter yang diuji untuk melihat kapasitas asimilasi apakah sudah terlampaui atau malah lebih rendah. Diketahui bahwa permasalahan pencemaran pesisir dan laut umumnya terjadi karena pemusatan penduduk, industrialisasi, kegiatan parawisata dan pertanian. Akibat kegiatan-kegiatan tersebut baik langsung maupun tidak langsung dapat merubah kondisi lingkungan baik ekologis maupun biologis di perairan pesisir dan laut melalui buangan limbahnya. Diketahui bahwa kuantitas limbah yang masuk ke ekosistem pesisir dan laut dari tahun ke tahun terus meningkat. Misalnya, peningkatan penggunaan pupuk nitrogen untuk seluruh kegiatan pertanian tahun 1972, di seluruh Indonesia yaitu sekitar 350.000 ton, dan pada tahun 1990 jumlah tersebut meningkat menjadi 1500.000 ton. Total penggunaan insektisida pada tahun 1975 sebesar 2000 ton, kemudian pada tahun 1984 mencapai 16000 ton ESCAP 1990, diacu dalam Dahuri 1996. Sejak dulu, dari sisi kuantitas keberadaan limbah organik itu sangat besar dan bahkan telah menyebar luas hingga mencemari perairan pesisir. Sumber pencemaran utama dari pencemaran organik adalah buangan domestik; pertanian khususnya run off dari daerah peternakan, baik kotoran maupun sisa makanannya; berbagai bentuk sisa industri makanan dan sejumlah industri yang berasal dari bahan alami seperti industri kertas dan tekstil. Kebanyakan limbah organik yang ada di perairan mengandung sejumlah besar material suspensi. Konsekwensi penting dari kehadiran limbah organik adalah pengaruhnya yang besar kekonsentrasi oksigen terlarut di dalam air dan sedimen Abel 1989. Selain itu salah satu bentuk kerusakan terhadap pesisir dan lautan adalah terjadinya sedimentasi. Sedimentasi yang terjadi di perairan pesisir dan lautan merupakan akibat aktivitas pembangunan yang meningkat dari tahun ke tahun, sehingga terjadi alih fungsi lahan atas. Akibat perubahan struktur lahan darat tersebut maka akan meningkatkan laju erosi bila musim hujan tiba, dengan demikian meningkat pula laju sedimentasi di perairan pesisir dan lautan. Kondisi seperti ini telah terjadi di seluruh perairan Indonesia dimana laju sedimentasi yang masuk ke perairan pesisir Indonesia terus meningkat, terutama di daerah-daerah yang memiliki sungai besar. Meningkatnya laju sedimentasi di perairan pesisir dan lautan bukan hanya bergantung pada laju erosi proses alam, tetapi bergantung juga pada kebijakan pengelolaan daerah aliran sungai DAS yang baik, sehingga pengendalian erosi dan sedimentasi dapat dilakukan, misalnya untuk sungai dengan material dasar sangat kasar, kapasitas transport sedimen untuk fraksi halus dihitung dengan persamaan-persamaan transport sedimen, jauh lebih besar daripada suplai sedimen dari sumber-sumber di bagian hulu Kodoatie dan Sjarief 2005. Gambaran kemungkinan terjadinya pencemaran di perairan pesisir dan laut akibat bertambahnya beban pencemaran yang masuk ke suatu perairan secara terus menerus tanpa terkontrol, akan berakibat pada kehidupan ekosistem perairan tersebut maupun kekesehatan manusia. Oleh karena itu salah satu cara untuk mengetahui kondisi suatu perairan apakah tercemar atau tidak akibat tingginya intensitas pemanfaatan adalah dengan menganalisis beban pencemaran dan kapasitas asimilasi. Untuk kasus perairan TAD lebih berfokus pada pencemaran