Persentase Lama Waktu Menetap di Desa Persepsi Masyarakat tentang Lingkungan dan Kesehatan

20 mgl, sedangkan berdasarkan kriteria mutu air sesuai PP No.822001, untuk air kelas I semua peruntukan adalah sebesar 50 mgl. Dengan demikian nilai TSS di perairan sungai saat penelitian ini sangat kecil. Sehingga pengaruhnya ke ekosistem yang ada hampir tidak ada. Ket: sd rata-rata semua stasion= 0,004 sdrata-rata semua musim=0,021 Gambar 57 TSS rata-rata tiap stasion dan tiap musim di sungai

5.2.6 Masalah Sampah dan Sungai

Di Indonesia masalah sampah dan sungai mempunyai keterikatan yang sangat erat. Tidak peduli sungai besar atau kecil semua dimanfaatkan sebagai tempat pembuangan sampah padat, berbagai limbah cair baik dari industri maupun rumah tangga. Sungai yang sehat dan indah dengan kesan sejuk karena airnya yang bersih dan jernih agak sulit didapatkan di kota. Justru sebaliknya pemandangan sungai yang berwarna hitam dan keruh, penuh sampah dan bau sering dijumpai. Masalah sampah dikenal sebagai masalah yang sulit dipecahkan, sehingga dikhawatirkan akan menjadi persoalan lingkungan yang serius, oleh sebab itu masalah sampah menarik untuk dikaji, selain menimbulkan persoalan lingkungan, juga dapat memicu permasalahan yang mengganggu stabilitas baik dibidang ekonomi, tenaga kerja, keamanan, kesehatan dan keindahan tata ruang kota. Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis Ecolink 1996 dalam http:pedulisampah.orgblog..., 2008. Secara garis besar, TSS Rata-rata tiap Stasion di Perairan Sungai 0.034 0.038 0.030 0.039 0.000 0.010 0.020 0.030 0.040 0.050 S.Air Bsr Halong S.Waerekan S.Waetonahitu S.Waeheru Stasion T SS m g l di s ung a i TSS Rata-rata tiap Musim di Perairan Sungai 0.034 0.006 0.048 0.054 0.000 0.010 0.020 0.030 0.040 0.050 0.060 M.T imur Agust06 M.Pancaroba IIOkt06 M.Barat Jan07 M.Pancaroba IMart07 Musim T SS m g l di s ung a i sampah dibedakan menjadi tiga jenis yaitu sampah anorganikkering yaitu sampah yang tidak dapat mengalami pembusukan secara alami contohnya: logam, besi, kaleng, plastik, karet, botol, sampah organikbasah yaitu sampah yang dapat mengalami pembusukan secara alami contohnya : sampah dapur, sampah restoran, sisa sayuran, rempah-rempah atau sisa buah, sampah berbahaya yaitu sampah yang mengandung bahan berbahaya contohnya: baterai, botol racun nyamuk, jarum suntik bekas http:pedulisampah.orgblog2008. Hasil penelitian ini menemukan bahwa jenis sampah yang sering dibuang masyarakat ke pantai Gambar 58 terdiri atas; sisa bahan makanan 23,13 , daun-daunan dan kayu 18,75 , bahan kertas 15,31 , plastik 12,19 , bahan gelas atau kaca 10,31 , dan bahan logam 8,44 . Kontribusi seperti ini berpotensi mencemari lingkungan dengan limbah organik, apalagi jenis sampah yang mudah terurai telah mendominasi kehadirannya di alam. Gambar 58 Persentase jenis sampah yang dibuang masyarakat ke perairan TAD Informasi ini, jika di bandingkan dengan produksi sampah yang di hasilkan setiap hari oleh masyarakat kota Ambon berdasarkan data Dinas Tata Kota dan Kebersihan kota Ambon, didapatkan bahwa persentase jenis sampah organik 69 atau 237m 3 , plastik 13 atau 43 m 3 dan kertas 9 atau 21 m 3 masih merupakan jenis yang dominan Gambar 59. Dikatakan bahwa fasilitas pengangkut limbah padat kota yang tersedia oleh pemerintah kota sangat terbatas, sehingga hanya bisa menjangkau desa-desa terdekat saja. Dengan demikian sisa sampah yang ditangani masyarakat inilah yang akan menjadi masalah, oleh karena kemana atau bagaimana cara sampah-sampah tersebut dimusnahkan. 23.13 15.31 8.44 10.31 12.19 18.75 Plastik Gelas kaca Logam kaleng Kertas kardus karton Sisa bahan makanan Dedaunan kayu-kayuan Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan, selain dibakar di halaman sendiri maka kebanyakan di buang ke sungai atau ke pantai. Tumpukan sampah di pantai, di sungai dan di daerah ekosistem mangrove telah menjadi pemandangan yang lazim. Jenis limbah rumah tangga domestik seperti yang dikemukakan Dinas Tata Kota dan Kebersihan serta yang ditemukan dalam penelitian ini, setiap saat berada disepanjang pantai atau memasuki perairan laut melalui aliran sungai, kemudian disebarkan ke segala arah oleh arus pasang surut. Dari persepsi masyarakat ternyata pengetahuan yang cukup tentang kesehatan dan lingkungan tidak menjamin perubahan sikap dan perilaku membuang sampah sembarang di pantai dan laut. Sumber: Dinas Kebersihan Kota Ambon Gambar 59 Persentase produksi sampah Kota Ambon Sungai yang semestinya dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sumber air tawar, menjadi tercemar karena alih fungsi sebagai tempat pembuangan akhir semua kegiatan manusia. Bagi sungai-sungai kecil yang bermuara di TAD, bila terjadi sedikit saja perubahan pada sungai-sungai tersebut akan berdampak terhadap rusaknya ekosistem sungai, baik aspek biologi maupun ekologi sungai. Pembuangan sampah terus-menerus yang dilakukan oleh masyarakat sekitar sungai akan menyebabkan terjadinya pendangkalan sungai karena beberapa jenis sampah yang tersangkut, serta pengotoran sungai yang sangat serius Gambar 60. Penumpukan sampah di sungai juga akan menyebabkan persoalan kesehatan yang serius dan berpotensi terjadinya banjir bila musim hujan tiba. Selanjutnya permasalahan ini tidak hanya sampai di sungai tersebut akan tetapi melalui aliran sungai maka sampah-sampah tersebut akan ditransport ke laut. 69 3 13 9 6 Organik Logam Plastik Kertas Lainnya Dengan demikian permasalahan pun berlanjut ke keberadaan sumber daya laut. Pemanfaatan wilayah dalam DAS Musi untuk pembangunan pada umumnya telah menimbulkan sejumlah permasalahan. Permasalahan tersebut antara lain adalah menurunkan kualitas dan kuantitas air, penurunan sumber daya lahan karena erosi, serta adanya banjir dan kekeringan Diha dan Rahim 2001. Gambar 60 Contoh tempat pembuangan sampah di sungai Waetonahitu Passo VI BEBAN PENCEMARAN, PENENTUAN STATUS KUALITAS PERAIRAN DAN PENDUGAAN ANGKA KERUSAKAN KOMUNITAS Konsentrasi Bahan Pencemaran Selanjutnya untuk menganalisis lebih dalam lagi perubahan kualitas lingkungan perairan TAD yang diawali dengan gambaran kondisi umum perairan TAD maupun sungai seperti yang sudah dijelaskan di Bab sebelumnya, maka pada bagian ini analisis dilanjutkan untuk mengetahui berapa beban pencemaran serta seperti apa status perairan TAD yang sebenarnya. Analisis beban pencemaran merupakan analisis hubungan antara besarnya beban pencemaran pollution load dari masing-masing pencemar pollutan dengan konsentrasi pencemar di laut. Rata-rata konsentrasi pencemar yang terukur melalui tiap paramater indikator pada tiap musim tidak terlalu bervariasi, kecuali indikator COD dan TOM Tabel 23, standar deviasi yang lebih besar dibandingkan parameter lain memperlihatkan variabilitas data kedua parameter ini. Konsentrasi limbah tertinggi adalah dari parameter COD, sedangkan konsentrasi limbah indikator TOM tertinggi hanya dijumpai pada musim timur Agustus. Tabel 23 Rata-rata konsentrasi parameter indikator di laut Konsentrasi mgl Musim NO 3 PO 4 BOD COD TOM TSS M.Timur Agustus 0,061 - 0,002 3,964 36,582 17,208 0,021 M.Pancaroba II Oktober 0,065 0,007 1,802 29,347 2,183 0,012 M.Barat Januari 0,096 0,007 1,938 44,829 5,315 0,037 M.Pancaroba I Maret 0,217 0,049 1,247 45,195 8,447 0,035 sd 0,070 0,023 1,189 7,558 6,473 0,011 Tabel 23, menjelaskan bahwa bila analisis hanya menggunakan nilai konsentrasi yang didapatkan, kemudian dibandingkan dengan nilai baku mutu air yang ditetapkan, maka hanya parameter NO 3 dan PO 4 yang menggambarkan bahwa kualitas perairan TAD sudah melebihi baku mutu. Demikian juga dengan parameter COD yang merujuk pada WHO, ternyata menunjukkan kondisi perairan telah tercemar. Namum membandingkan langsung nilai yang terukur dengan baku mutu seperti ini dikuatirkan tidak akan memberi gambaran yang sesungguhnya